Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menunjukkan sinyal positif dengan kenaikan 0,35% menjadi Rp 7.525 pada perdagangan Jumat, 3 Oktober 2025. Kenaikan ini menjadi angin segar setelah saham bank swasta terbesar ini mengalami tekanan sepanjang September 2025, dengan penurunan sebesar 5,57% dari posisi akhir Agustus. Para analis menilai bahwa saat ini, saham BBCA tergolong murah jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya. Hal ini terlihat dari rasio price to book value (PBV) dan price earning ratio (PER) yang berada di bawah standar deviasi rata-rata tiga tahun terakhir. Kondisi ini menarik minat investor ritel untuk mengakumulasi saham BBCA, meskipun di sisi lain, investor asing cenderung melakukan penjualan bersih (net sell) dalam sebulan terakhir. Pertanyaannya, apakah momentum ini akan berlanjut dan membawa saham BBCA menuju target harga yang lebih tinggi?
Analisis Harga Saham BBCA: Murah atau Momentum?
Penilaian "murah" terhadap saham BBCA didasarkan pada perbandingan rasio PBV dan PER saat ini dengan rata-rata historisnya. PBV BBCA saat ini berada di 3,55 kali, di bawah -2 standar deviasi rata-rata 3 tahun terakhir yang berada di 3,95 kali. Sementara itu, PER BBCA tercatat 16,28 kali (TTM), juga di bawah -2 standar deviasi rata-rata 3 tahun terakhir yang berada di 17,56 kali.
- PBV (Price to Book Value): Mengukur valuasi pasar saham terhadap nilai buku perusahaan. PBV yang rendah bisa mengindikasikan saham undervalued. Tetapi, PBV saja tidak cukup karena bisa jadi perusahaan memang bermasalah sehingga PBV-nya rendah.
- PER (Price Earning Ratio): Membandingkan harga saham dengan laba bersih per saham. PER rendah bisa menandakan saham murah, tetapi perlu diperhatikan potensi pertumbuhan laba perusahaan ke depannya. Kalau labanya stagnan atau bahkan turun, PER rendah tidak selalu menarik.
Kedua rasio ini memberikan indikasi awal bahwa saham BBCA mungkin sedang undervalued. Namun, investor perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti kinerja fundamental perusahaan, prospek industri perbankan, dan sentimen pasar secara keseluruhan.
Ritel Serbu Saham BBCA: Pertanda Baik?
Minat investor ritel terhadap saham BBCA terlihat dari peningkatan signifikan jumlah pemegang saham. Per 30 September 2025, tercatat 612.173 pihak memegang saham BBCA, meningkat hampir 90 ribu dari posisi akhir Agustus yang masih 522.914 pihak. Kenaikan jumlah investor ritel ini bisa menjadi pertanda positif, menunjukkan kepercayaan terhadap prospek BBCA. Apalagi ritel cenderung investasi jangka panjang.
Namun, perlu diingat bahwa investor ritel seringkali lebih reaktif terhadap sentimen pasar dibandingkan investor institusi. Oleh karena itu, peningkatan kepemilikan ritel juga bisa menjadi pedang bermata dua. Jika sentimen pasar berubah negatif, investor ritel cenderung melakukan aksi jual secara bersamaan, yang dapat menekan harga saham.
Aksi Jual Asing: Waspada atau Peluang?
Di tengah antusiasme investor ritel, investor asing justru tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) saham BBCA sebesar Rp 7,02 triliun dalam sebulan terakhir. Aksi jual asing ini tentu menjadi perhatian, karena investor asing umumnya memiliki bobot yang signifikan dalam pergerakan harga saham.
Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab aksi jual asing ini. Bisa jadi investor asing melakukan profit taking setelah sebelumnya mengakumulasi saham BBCA. Atau, bisa juga karena adanya perubahan strategi investasi global yang menyebabkan investor asing mengurangi eksposur mereka di pasar saham Indonesia. Apapun alasannya, investor perlu mewaspadai potensi tekanan jual lebih lanjut dari investor asing. Namun, aksi jual asing juga bisa menjadi peluang bagi investor lain untuk mengakumulasi saham BBCA pada harga yang lebih menarik. Apalagi jika fundamental perusahaan tetap kuat dan prospeknya cerah.
Target Harga BBCA: Mungkinkah ke Rp 11.000?
Artikel ini tidak secara eksplisit menyebutkan target harga Rp 11.000. Namun, pertanyaan "Bisakah Saham Ini ke Rp 11.000?" mengimplikasikan adanya potensi kenaikan harga saham BBCA di masa depan. Untuk mencapai target harga tersebut, dibutuhkan katalis positif yang signifikan, seperti:
- Kinerja keuangan yang solid: Pertumbuhan laba bersih yang berkelanjutan akan meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong harga saham naik.
- Sentimen pasar yang positif: Kondisi ekonomi yang stabil dan iklim investasi yang kondusif akan menarik minat investor domestik dan asing.
- Kebijakan pemerintah yang mendukung: Regulasi yang mendukung pertumbuhan sektor perbankan akan memberikan sentimen positif bagi saham BBCA.
Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan risiko-risiko yang dapat menghambat kenaikan harga saham, seperti:
- Kenaikan suku bunga: Suku bunga yang lebih tinggi dapat menekan margin keuntungan bank.
- Peningkatan kredit macet: Kondisi ekonomi yang memburuk dapat meningkatkan risiko kredit macet.
- Persaingan yang semakin ketat: Munculnya pemain baru di industri perbankan dapat menggerus pangsa pasar BBCA.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih tepat dan terinformasi terkait saham BBCA.