Kisah penyelamatan seorang santri bernama Nur Ahmad (14) dari reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo menjadi sorotan. Tim medis RSUD Sidoarjo mengambil tindakan cepat dan berani dengan melakukan amputasi darurat di lokasi kejadian. Keputusan sulit ini diambil demi menyelamatkan nyawa Ahmad yang terjebak di antara reruntuhan bangunan. Kondisi yang serba terbatas dan risiko bangunan runtuh susulan menambah dramatisnya proses penyelamatan tersebut. Dokter spesialis dan tim medis lainnya bahu-membahu memberikan pertolongan terbaik di tengah situasi yang sangat menantang.
Perjuangan Dokter Menuju Korban
Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi RSUD Sidoarjo, dr. Larona Hydravianto, menjadi garda terdepan dalam upaya penyelamatan Nur Ahmad. Dengan sigap, ia merangkak melalui celah-celah sempit di antara reruntuhan beton untuk mencapai korban. Tindakan ini menunjukkan dedikasi tinggi seorang dokter dalam menjalankan tugas kemanusiaan. Meskipun kondisi di lokasi sangat berbahaya, dr. Larona tidak ragu untuk segera memberikan pertolongan pertama. Keberaniannya menjadi inspirasi bagi tim medis lainnya yang terlibat dalam operasi penyelamatan. Upaya ini menjadi kunci awal dalam menyelamatkan nyawa santri tersebut.
Kondisi Genting di Lokasi Reruntuhan
Situasi di dalam reruntuhan sangat genting dan penuh risiko. Peralatan medis yang terbatas menjadi tantangan tersendiri bagi tim dokter. Dr. Larona sempat keluar untuk meminta bantuan tambahan dari rumah sakit terdekat. Kondisi bangunan yang tidak stabil juga menimbulkan kekhawatiran akan runtuh susulan. Tim medis hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik sambil terus berupaya menyelamatkan korban. Keterbatasan ruang gerak dan minimnya peralatan membuat proses evakuasi semakin sulit dan menegangkan. Mereka tetap fokus memberikan yang terbaik meski dihadapkan dengan tekanan waktu dan bahaya yang mengintai.
Amputasi Darurat Sebagai Upaya Penyelamatan
Dalam kondisi yang serba sulit, dr. Larona dan timnya mengambil keputusan berat untuk melakukan amputasi darurat. Lengan Ahmad yang sudah remuk hingga siku tidak memungkinkan untuk diselamatkan. Sementara itu, beton besar yang menimpanya sulit diangkat dengan cepat. Berdasarkan prinsip kegawatdaruratan, amputasi menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa korban. Tindakan ini dilakukan dengan penuh pertimbangan dan perhitungan yang matang, mengingat risiko dan dampak jangka panjang bagi pasien. Prioritas utama adalah menyelamatkan nyawa Ahmad terlebih dahulu.
Proses Stabilisasi dan Operasi Lanjutan
Setelah berhasil diamputasi, Ahmad segera dievakuasi dari reruntuhan dan dilarikan ke RSUD Sidoarjo. Tim medis melakukan stabilisasi kondisi korban, termasuk memastikan saluran napas berfungsi dengan baik dan memberikan oksigen. Malam itu juga, dilakukan operasi lanjutan untuk membersihkan luka, membuang jaringan mati, dan merapikan kulit di bagian amputasi. Serangkaian tindakan medis ini bertujuan untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses pemulihan. Tim dokter bekerja keras untuk memastikan kondisi Ahmad stabil dan siap untuk menjalani perawatan intensif.
Kondisi Terkini dan Proses Pemulihan
Saat ini, Ahmad sedang menjalani proses pemulihan di kamar perawatan RSUD Sidoarjo. Kondisinya terus membaik dan stabil. Secara mental, Ahmad juga menunjukkan perkembangan yang positif. Ia mulai berinteraksi dengan tim medis dan keluarga. Keluhan nyeri semakin berkurang, nafsu makan membaik, dan hasil laboratorium menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi. Dukungan moril dari keluarga dan teman-teman juga sangat membantu dalam proses pemulihannya. Diharapkan Ahmad dapat segera pulih sepenuhnya dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.