Sedikitnya 30 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di Gaza, hanya beberapa jam setelah pengumuman kesepakatan gencatan senjata. Serangan ini terjadi di tengah harapan warga Gaza untuk masa tenang setelah berbulan-bulan konflik yang menghancurkan. Insiden ini memicu kecaman internasional dan menimbulkan pertanyaan serius tentang efektivitas gencatan senjata yang baru disepakati antara Israel dan Hamas. Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk dengan puluhan ribu warga sipil dilaporkan tewas sejak agresi dimulai pada Oktober 2023, dan bencana kelaparan akut yang semakin parah. Dunia internasional menyerukan penyelidikan menyeluruh terhadap insiden ini dan mendesak semua pihak untuk menghormati kesepakatan gencatan senjata demi melindungi warga sipil dan mencegah eskalasi lebih lanjut. Upaya diplomatik terus dilakukan untuk mencapai solusi jangka panjang yang berkelanjutan bagi konflik yang telah berlangsung lama ini.
Serangan Israel di Gaza Utara Pasca Gencatan Senjata
Serangan udara Israel menghantam sebuah rumah keluarga Ghaboun di lingkungan Al-Sabra, Gaza Utara. Akibat serangan ini, lebih dari 40 orang dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan. Tim penyelamat dari pertahanan sipil Gaza bergegas ke lokasi kejadian untuk mencari dan menyelamatkan korban yang tertimbun. Dr. Mohammed Abu Salmiya, Direktur Rumah Sakit Al-Shifa, mengkonfirmasi bahwa setidaknya enam orang tewas dalam serangan tersebut. Jumlah korban tewas sejak Rabu malam mencapai 30 orang. Rekaman dari lokasi kejadian menunjukkan petugas penyelamat berjuang di antara puing-puing untuk menyelamatkan pria, wanita, dan anak-anak. Seorang bocah ditemukan tertimbun reruntuhan dengan tubuh penuh debu dan luka, tangisannya memilukan. Serangan ini meningkatkan kekhawatiran akan keselamatan warga sipil di Gaza dan efektivitas perlindungan yang seharusnya diberikan oleh gencatan senjata.
Klaim IDF dan Respons Internasional
Angkatan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan sel teroris Hamas yang beroperasi dekat dengan pasukan IDF dan mengancam mereka secara langsung. Namun, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen. Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang bertujuan untuk menghentikan permusuhan dan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Serangan tersebut memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk organisasi kemanusiaan dan pemerintah asing. Mereka menyerukan penyelidikan menyeluruh terhadap insiden ini dan meminta semua pihak untuk menghormati kesepakatan gencatan senjata. Pertanyaan mengenai proporsionalitas serangan dan langkah-langkah yang diambil untuk melindungi warga sipil juga menjadi sorotan.
Gencatan Senjata yang Dilanggar dan Harapan Warga Gaza
Gencatan senjata yang baru diumumkan seharusnya menjadi awal masa tenang bagi warga Gaza setelah bertahun-tahun konflik dan blokade. Kesepakatan itu mencakup pembebasan seluruh sandera dari Gaza dan penarikan pasukan Israel. Selain itu, disepakati bahwa minimal 400 truk yang membawa bantuan kemanusiaan akan masuk ke Jalur Gaza setiap hari selama lima hari pertama gencatan senjata, dengan peningkatan penyaluran bantuan pada hari-hari berikutnya. Namun, serangan Israel pasca-gencatan senjata ini menghancurkan harapan warga Gaza akan masa depan yang lebih baik. Mereka merasa dikhianati dan putus asa karena kekerasan terus berlanjut meskipun ada kesepakatan gencatan senjata. Kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, dengan banyak warga sipil yang kehilangan tempat tinggal, kekurangan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan.
Dampak Agresi Sejak Oktober 2023
Sejak agresi dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 67 ribu warga sipil Palestina tewas. Bencana kelaparan akut semakin parah di wilayah kantong tersebut. Serangan Israel telah menghancurkan infrastruktur penting, termasuk rumah sakit, sekolah, dan jaringan listrik. Blokade yang diberlakukan oleh Israel telah membatasi akses warga Gaza terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Kondisi ini telah menciptakan krisis kemanusiaan yang mengerikan dan membutuhkan respons segera dari komunitas internasional. Organisasi kemanusiaan menyerukan agar blokade dicabut, bantuan kemanusiaan ditingkatkan, dan langkah-langkah diambil untuk melindungi warga sipil.