Aktivis lingkungan ternama, Greta Thunberg, dilaporkan mengalami perlakuan tidak manusiawi selama penahanannya oleh tentara Israel. Kabar ini mencuat setelah Thunberg bersama puluhan aktivis, politisi, dan jurnalis internasional lainnya ditangkap usai armada kapal Global Sumud Flotilla (GSF) yang mereka tumpangi dibajak oleh pasukan Zionis. Armada tersebut berencana menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Palestina, namun dicegat sebelum mencapai tujuan. Insiden ini memicu kecaman internasional terhadap tindakan Israel dan sorotan terhadap perlakuan yang diterima para aktivis selama penahanan. Kesaksian dari berbagai pihak yang ikut dalam armada tersebut mengungkap dugaan penyiksaan dan penghinaan yang dialami oleh Thunberg dan tahanan lainnya.
Kesaksian tentang Penyiksaan Greta Thunberg
Beberapa aktivis yang dideportasi dari Israel mengungkapkan kesaksian yang mengejutkan tentang perlakuan terhadap Greta Thunberg. Jurnalis Turki, Ersin Celik, yang juga merupakan peserta Armada Gaza Sumud, menyatakan kepada media lokal bahwa ia menyaksikan langsung pasukan Israel menyiksa Thunberg. Celik menggambarkan bagaimana aktivis muda itu diseret di tanah dan dipaksa untuk mencium bendera Israel oleh tentara Zionis. Kesaksian ini menambah daftar panjang tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pasukan Israel terhadap para tahanan.
Aktivis Malaysia, Hazwani Helmi, dan peserta armada GSF asal Amerika Serikat, Windfield Beaver, juga memberikan pernyataan serupa di Bandara Istanbul. Mereka menuturkan bahwa Thunberg didorong dengan kasar dan dipamerkan sambil diselimuti bendera Israel. Perlakuan ini dianggap sebagai bentuk penghinaan dan upaya untuk merendahkan martabat aktivis yang dikenal vokal dalam isu-isu lingkungan dan kemanusiaan.
Perlakuan Buruk Lainnya terhadap Tahanan
Selain Thunberg, para tahanan lainnya juga dilaporkan mengalami perlakuan yang tidak manusiawi. Helmi menggambarkan kondisi penahanan yang buruk, di mana para tahanan tidak diberi makanan, air bersih, maupun obat-obatan. Beaver juga menuturkan bahwa Thunberg diperlakukan sangat buruk dan dijadikan alat propaganda. Ia mengenang bagaimana Thunberg didorong masuk ke sebuah ruangan ketika Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, masuk.
Jurnalis Italia, Lorenzo Agostino, turut menguatkan kesaksian tentang perlakuan buruk yang dialami Thunberg. Ia menyatakan bahwa aktivis berusia 22 tahun itu dihina, dililit dengan bendera Israel, dan dipertontonkan layaknya sebuah trofi. Perlakuan ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan martabat individu.
Kondisi Penjara yang Mengerikan
Kesaksian lain mengungkap kondisi penjara yang sangat tidak layak. Presenter televisi Turki, Ikbal Gurpinar, mengatakan bahwa para pasukan Israel memperlakukan mereka seperti anjing. Ia menambahkan bahwa mereka dibiarkan kelaparan selama tiga hari dan terpaksa minum dari toilet karena tidak diberi air bersih. Aktivis Turki, Aycin Kantoglu, menceritakan tentang tembok penjara yang berlumuran darah serta coretan pesan dari para tahanan sebelumnya. Kondisi ini memberikan gambaran tentang penderitaan yang dialami oleh para tahanan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di penjara Israel.
Kecaman Internasional terhadap Israel
Insiden penangkapan dan perlakuan terhadap para aktivis GSF memicu kecaman internasional terhadap Israel. Para pengkritik menilai serangan itu menegaskan kembali ilegalitas blokade Israel, yang selama ini memutus akses 2,3 juta penduduk Gaza di tengah perang yang masih berlangsung. Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, menyatakan bahwa sebanyak 26 warga Italia telah dideportasi, sementara 15 lainnya masih ditahan di Israel menunggu proses pemulangan. Kecaman internasional ini menekan Israel untuk mengakhiri blokade Gaza dan menghormati hak asasi manusia.