Aktivis iklim Greta Thunberg dan ratusan relawan dari Global Sumud Flotilla (GSF) telah tiba di Yunani setelah diusir oleh Israel. Mereka sebelumnya mencoba mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang terkepung. Kedatangan mereka di Athena menandai akhir dari perjalanan yang penuh tantangan dan kontroversi, dengan Thunberg dan para aktivis menyuarakan kritik keras terhadap blokade Israel dan kurangnya tindakan dari pemerintah internasional. Misi ini bertujuan untuk mematahkan pengepungan yang mereka sebut ilegal dan tidak manusiawi, menyoroti penderitaan warga Palestina di Gaza dan mendesak komunitas global untuk mengambil tindakan nyata. Upaya ini menjadi simbol solidaritas dan seruan mendesak untuk perubahan dalam kebijakan internasional terkait konflik Israel-Palestina.
Kedatangan Greta Thunberg di Yunani Usai Deportasi Israel
Greta Thunberg, aktivis iklim terkemuka asal Swedia, bersama dengan 160 aktivis lainnya dari Global Sumud Flotilla (GSF), mendarat di Bandara Internasional Athena pada Senin (6/10). Kedatangan mereka menandai akhir dari upaya pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang dicegat oleh Angkatan Laut Israel. Setibanya di Yunani, Thunberg menyampaikan pernyataan tegas mengenai misi GSF, menyebutnya sebagai upaya terbesar untuk mematahkan pengepungan ilegal dan tidak manusiawi yang dilakukan Israel terhadap Gaza. Ia juga mengkritik kurangnya tindakan dari pemerintah negara-negara di dunia untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Palestina. Kehadiran Thunberg dalam flotilla ini menarik perhatian media internasional, meningkatkan kesadaran tentang situasi di Gaza dan seruan untuk solusi yang adil dan berkelanjutan.
Kritik Greta Thunberg Terhadap Aksi Genosida Israel
Thunberg tidak hanya mengkritik pengepungan Israel terhadap Gaza, tetapi juga menuduh Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina selama dua tahun terakhir. Tuduhan ini mencerminkan keprihatinan mendalam tentang pelanggaran hak asasi manusia dan penderitaan yang dialami oleh warga sipil di wilayah konflik. Ia mendesak dunia untuk bertindak mencegah genosida tersebut, menyoroti urgensi situasi dan kebutuhan akan intervensi internasional. Pernyataan keras Thunberg kemungkinan akan memicu perdebatan lebih lanjut tentang tanggung jawab negara-negara di dunia untuk melindungi warga sipil dan menegakkan hukum internasional di wilayah konflik.
Respons Kementerian Luar Negeri Yunani dan Israel
Kementerian Luar Negeri Yunani mengonfirmasi bahwa penerbangan repatriasi khusus telah mendarat di Athena, membawa 27 warga Yunani dan 134 warga negara lainnya dari 15 negara Eropa. Hal ini menunjukkan upaya koordinasi untuk memulangkan para aktivis yang dideportasi oleh Israel. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan telah mendeportasi total 171 aktivis ke Yunani dan Slovakia. Kemlu Slovakia juga mengonfirmasi bahwa seorang warganya telah kembali ke negara Eropa tengah tersebut. Perbedaan angka antara jumlah aktivis yang tiba di Yunani dan yang dideportasi oleh Israel mungkin mencerminkan proses deportasi yang kompleks dan melibatkan beberapa negara.
Tujuan Global Sumud Flotilla ke Jalur Gaza
Global Sumud Flotilla (GSF) adalah gerakan internasional yang bertujuan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Palestina, yang saat ini berada di bawah blokade Israel. Inisiatif ini dimulai pada 31 Agustus dan melibatkan sekitar 40 kapal sipil. Armada GSF berangkat dari Barcelona di Spanyol pada awal September, membawa serta jurnalis, tenaga kesehatan, aktivis, termasuk Greta Thunberg. Misi GSF adalah untuk memecah blokade dan memberikan dukungan langsung kepada warga Palestina di Gaza, yang menghadapi kondisi kehidupan yang sulit akibat pembatasan yang diberlakukan oleh Israel.
Serangan Terhadap Armada Global Sumud Flotilla
Aksi pelayaran GSF beberapa kali mendapat serangan, yang menurut GSF didalangi oleh Israel. Serangan tersebut terjadi saat GSF berlayar di perairan Yunani dan saat berlabuh di Tunisia. Tuduhan ini menambah lapisan kontroversi pada misi GSF, menyoroti risiko dan tantangan yang dihadapi oleh para aktivis dalam upaya mereka untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Serangan-serangan ini juga memicu kecaman internasional dan seruan untuk penyelidikan independen. Insiden ini menyoroti kerentanan aktivis kemanusiaan di zona konflik dan perlunya perlindungan yang lebih baik bagi mereka yang berupaya memberikan bantuan kepada populasi yang membutuhkan.