Sebagian orang mungkin tidak menyadari bahwa perut yang membesar bukan hanya karena penumpukan lemak. Ada kalanya, kondisi tersebut merupakan indikasi masalah kesehatan yang lebih serius, seperti keberadaan kista. Hal ini dialami oleh seorang wanita asal Thailand bernama Ratchanaporn. Awalnya, keluarga mengira perutnya yang membesar disebabkan oleh pola makan yang kurang baik. Namun, seiring waktu, kondisi Ratchanaporn justru semakin memburuk, bahkan sampai membuatnya kesulitan bernapas. Kondisi ini mendorong sang ibu untuk membawa Ratchanaporn ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Di rumah sakit, dokter awalnya menduga bahwa pembengkakan perut Ratchanaporn disebabkan oleh kehamilan. Namun, hasil pemeriksaan USG menunjukkan adanya kista berukuran besar di ovariumnya. Kista tersebut berukuran 30 cm dan menekan organ-organ di sekitarnya, menyebabkan berbagai keluhan yang dialami oleh Ratchanaporn. Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk tidak menyepelekan perubahan pada tubuh dan segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala yang tidak biasa.
Awal Mula Dikira Buncit Biasa
Ratchanaporn, seorang wanita berusia 31 tahun asal Thailand, awalnya mengalami pembesaran perut yang dikira hanya karena berat badan yang berlebihan. Keluarga dan orang-orang di sekitarnya menganggap bahwa kebiasaan makan Ratchanaporn menjadi penyebab utama perutnya membesar. Kondisi ini seringkali disepelekan dan dianggap sebagai masalah estetika semata. Namun, seiring berjalannya waktu, Ratchanaporn mulai merasakan gejala lain yang mengkhawatirkan, seperti sesak napas. Gejala-gejala inilah yang kemudian mendorongnya untuk mencari pertolongan medis.
Banyak orang seringkali mengabaikan perubahan pada tubuh mereka, terutama jika perubahan tersebut terlihat sepele atau tidak menimbulkan rasa sakit yang signifikan. Padahal, perubahan kecil pada tubuh bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan kondisi tubuh dan segera berkonsultasi dengan dokter jika merasakan gejala yang tidak biasa atau mengkhawatirkan. Deteksi dini dapat membantu mencegah kondisi yang lebih parah dan meningkatkan peluang kesembuhan.
Pemeriksaan dan Diagnosis Kista Ovarium
Karena kondisinya yang semakin memburuk, ibu Ratchanaporn membawanya ke Rumah Sakit Satun, Thailand. Di sana, para dokter awalnya kesulitan menentukan penyebab pembengkakan perut Ratchanaporn. Sempat muncul dugaan bahwa Ratchanaporn hamil. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan USG, barulah diketahui bahwa terdapat kista berukuran besar di ovariumnya. Ukuran kista tersebut mencapai 30 cm dan menekan organ-organ di sekitarnya, sehingga menyebabkan berbagai keluhan yang dialami oleh Ratchanaporn. Diagnosis kista ovarium ini menjadi titik terang bagi penanganan selanjutnya.
Pemeriksaan USG merupakan salah satu metode yang efektif untuk mendeteksi keberadaan kista ovarium. Selain USG, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan lain, seperti pemeriksaan panggul dan tes darah, untuk membantu menegakkan diagnosis dan menentukan jenis kista yang dialami. Penting untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh agar penanganan yang diberikan dapat tepat sasaran dan efektif. Dengan diagnosis yang akurat, dokter dapat menentukan langkah-langkah penanganan yang paling sesuai dengan kondisi pasien.
Operasi Pengangkatan Kista Seberat 8 Kg
Setelah diagnosis ditegakkan, tim dokter dari Rumah Sakit Satun yang dipimpin oleh Dr. Thamon Niamrat segera melakukan tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut. Operasi pengangkatan kista dilakukan pada tanggal 31 Juli 2025 dan berlangsung selama lebih dari enam jam. Proses operasi berlangsung cukup lama karena ukuran kista yang sangat besar dan kompleksitasnya. Setelah berhasil diangkat, kista tersebut memiliki berat 8 kg, yang kira-kira sama dengan berat seorang wanita hamil. Keberhasilan operasi ini memberikan harapan baru bagi Ratchanaporn untuk kembali hidup sehat.
Operasi pengangkatan kista ovarium merupakan tindakan medis yang umum dilakukan untuk mengatasi kista yang berukuran besar atau menimbulkan gejala yang mengganggu. Prosedur operasi dapat dilakukan dengan metode laparoskopi atau laparotomi, tergantung pada ukuran dan jenis kista. Setelah operasi, pasien akan menjalani masa pemulihan di rumah sakit dan perlu melakukan kontrol rutin ke dokter untuk memantau kondisi kesehatan. Dengan penanganan yang tepat, pasien dapat kembali beraktivitas normal setelah operasi pengangkatan kista.
Pemulihan dan Pesan Bagi Masyarakat
Setelah operasi pengangkatan kista, berat badan Ratchanaporn turun drastis dari 86 kg menjadi 75 kg. Ia merasa lebih ringan dan nyaman setelah kista tersebut diangkat. Tim dokter juga mengambil sampel jaringan kista untuk pengujian lebih lanjut guna mengetahui jenis kista yang dialami oleh Ratchanaporn. Kasus ini dibagikan oleh Klinik Obstetri dan Ginekologi dr. Thamon Satun di Facebook dan mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Banyak orang memuji upaya rumah sakit dalam mengangkat tumor dengan aman dan merawat pasien selama perawatannya. Kasus ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan diri sendiri dan tidak menyepelekan gejala-gejala yang muncul.
Kasus Ratchanaporn ini menjadi contoh nyata bahwa tumor rahim dan kista ovarium semakin umum terjadi. Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama pemeriksaan organ reproduksi. Dengan melakukan pemeriksaan rutin, penyakit dapat dideteksi sejak dini dan penanganan dapat dilakukan secepatnya. Selain itu, menjaga pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan berolahraga secara teratur juga dapat membantu mencegah terjadinya penyakit pada organ reproduksi.