Menteri Koperasi (Menkop) Ferry Juliantono menyampaikan target ambisius untuk mengoperasikan 80.000 unit Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdeskel) Merah Putih secara penuh pada Maret 2026. Target ini merupakan tindak lanjut dari Rapat Terbatas (Ratas) dengan Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan pentingnya percepatan operasionalisasi Kopdes/Kel Merah Putih. Meskipun demikian, realisasi target ini menghadapi tantangan, terutama terkait ketersediaan infrastruktur seperti gudang/gerai dan sarana pendukung lainnya. Pemerintah berupaya mempercepat pembangunan aset fisik tersebut agar Kopdeskel Merah Putih dapat segera memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian desa. Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, Menkop Ferry optimistis target ini dapat tercapai dan mewujudkan visi Presiden Prabowo untuk mengembalikan sistem ekonomi masyarakat berbasis gotong royong.
Target Operasional Koperasi Merah Putih di Tahun 2026
Target operasionalisasi 80.000 Kopdeskel Merah Putih pada Maret 2026 merupakan langkah strategis pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat desa. Pemerintah menyadari pentingnya koperasi sebagai wadah ekonomi kerakyatan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Dengan operasionalisasi Kopdeskel Merah Putih, diharapkan dapat tercipta lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta memperkuat daya saing produk-produk lokal. Selain itu, koperasi juga berperan penting dalam pemerataan pembangunan ekonomi antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Kendala dan Solusi Percepatan Pembangunan Aset Fisik
Salah satu kendala utama dalam mencapai target operasional Kopdeskel Merah Putih adalah belum tersedianya infrastruktur yang memadai, seperti gudang dan gerai. Untuk mengatasi kendala ini, pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pembentukan 80.000 Kopdeskel Merah Putih berupaya mempercepat pembangunan aset fisik tersebut. Satgas melakukan inventarisasi tanah-tanah idle di setiap desa yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan gerai dan gudang. Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan plafon pinjaman hingga Rp3 miliar untuk setiap Kopdeskel Merah Putih, yang dapat digunakan untuk pembangunan aset dan modal kerja.
Strategi Inventarisasi Lahan dan Pembangunan Infrastruktur
Pemerintah mengambil langkah proaktif dalam melakukan inventarisasi lahan potensial untuk pembangunan gerai dan gudang Kopdeskel Merah Putih. Tim di lapangan menargetkan untuk mendapatkan minimal seribu titik tanah di desa-desa setiap harinya. Proses pembangunan akan segera dimulai setelah titik tanah tersedia. Strategi ini diharapkan dapat mempercepat penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan oleh Kopdeskel Merah Putih. Selain itu, pemerintah juga memberikan pendampingan kepada koperasi dalam pengelolaan keuangan dan pengembangan usaha.
Peran Business Assistant dan Project Manager Officer (PMO)
Untuk memastikan operasional Kopdeskel Merah Putih berjalan dengan baik, pemerintah telah menurunkan Business Assistant dan Project Manager Officer (PMO) di setiap wilayah. Setiap Business Assistant dan PMO bertanggung jawab terhadap 10 Kopdeskel Merah Putih. Tugas mereka adalah memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada koperasi, serta membantu dalam mengatasi berbagai permasalahan yang mungkin timbul. Dengan adanya pendampingan yang intensif, diharapkan Kopdeskel Merah Putih dapat beroperasi secara optimal dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat.
Optimisme Pemerintah dalam Mewujudkan Ekonomi Gotong Royong
Pemerintah optimistis bahwa ambisi besar Presiden Prabowo untuk mengembalikan sistem ekonomi masyarakat berbasis gotong royong melalui Kopdes/Kel Merah Putih akan tercapai secepatnya. Dukungan penuh dari lintas kementerian/lembaga (K/L) dan stakeholder terkait lainnya menjadi modal penting dalam mewujudkan visi ini. Pemerintah meyakini bahwa dengan semangat gotong royong dan kerja sama yang solid, Kopdeskel Merah Putih dapat menjadi motor penggerak ekonomi di tingkat desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.