Gelombang protes yang dipicu oleh kekhawatiran mendalam terhadap korupsi dan alokasi anggaran publik di Maroko telah memakan korban jiwa. Aksi demonstrasi, yang sebagian besar digerakkan oleh generasi muda yang tergabung dalam kelompok anonim GenZ 212, meluas ke berbagai kota dan wilayah di seluruh negeri. Demonstrasi ini menyoroti ketidakpuasan publik terhadap kesenjangan ekonomi yang mencolok, terutama menjelang perhelatan besar seperti Piala Afrika dan pemilihan umum legislatif mendatang. Tuntutan utama para pengunjuk rasa adalah transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara, serta peningkatan layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan. Insiden bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan telah meningkatkan ketegangan dan memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik lebih lanjut.
Demonstrasi Pemuda GenZ 212 di Maroko Berujung Maut
Protes yang awalnya damai berubah menjadi kekerasan ketika pasukan keamanan menembaki demonstran di beberapa lokasi strategis di Maroko. Insiden tragis ini menyebabkan setidaknya tiga orang tewas di Leqliaa, sebuah kota kecil dekat Agadir. Kementerian Dalam Negeri Maroko mengklaim bahwa korban tewas disebabkan oleh upaya demonstran untuk merebut senjata polisi, namun klaim ini dibantah oleh saksi mata. Ratusan orang dilaporkan terluka dalam bentrokan tersebut, dan lebih dari seribu orang ditangkap. Aksi unjuk rasa ini dipicu oleh kekecewaan atas dugaan korupsi dan prioritas anggaran yang dianggap tidak adil, terutama terkait dengan persiapan Piala Dunia 2030.
Tuntutan Utama Demonstran: Prioritaskan Kesejahteraan Rakyat
Kelompok GenZ 212, yang menggunakan platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Discord untuk mengorganisir aksi mereka, menyuarakan kekecewaan mendalam atas alokasi dana publik. Mereka menyoroti investasi besar-besaran untuk pembangunan stadion dan infrastruktur terkait Piala Dunia 2030, sementara sekolah dan rumah sakit di banyak daerah masih kekurangan dana dan berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Slogan-slogan seperti "Stadion sudah ada, tapi di mana rumah sakitnya?" mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap ketidakseimbangan prioritas pemerintah. Para pengunjuk rasa menegaskan komitmen mereka untuk melanjutkan protes damai dan menekankan bahwa mereka tidak memiliki masalah dengan pasukan keamanan, melainkan dengan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil.
Respon Pemerintah dan Upaya Dialog
Menanggapi meningkatnya gelombang protes, Perdana Menteri Aziz Akhannouch menyatakan kesediaannya untuk berdialog dengan para demonstran. Langkah ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dan membuka jalan bagi solusi yang konstruktif. Pemerintah juga menghadapi tekanan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi yang mendalam di negara tersebut, terutama menjelang perhelatan besar seperti Piala Afrika dan pemilihan umum legislatif tahun 2026. Keberhasilan dialog dan implementasi kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat akan menjadi kunci untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut dan menjaga stabilitas negara.
Kekerasan Meningkat dalam Protes Ekonomi dan Sosial
Demonstrasi kali ini menjadi yang paling keras sejak gelombang protes di wilayah Rif pada tahun 2016 dan 2017. Kondisi ekonomi dan sosial yang memburuk, ditambah dengan persepsi korupsi dan ketidakadilan, telah memicu kemarahan publik dan mendorong mereka untuk turun ke jalan. Pemerintah Maroko perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi akar penyebab masalah ini, termasuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara, serta meningkatkan layanan publik dan menciptakan lapangan kerja. Kegagalan untuk mengatasi masalah-masalah ini dapat memicu gelombang protes yang lebih besar dan mengancam stabilitas politik dan sosial negara.