Rupiah menunjukkan performa yang membanggakan di penghujung pekan perdagangan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sebagian besar mata uang Asia lainnya juga mengalami penguatan terhadap mata uang Negeri Paman Sam tersebut. Kondisi ini memberikan angin segar bagi pasar keuangan regional. Penguatan rupiah ini menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global. Sentimen positif ini diharapkan dapat terus berlanjut dan memberikan dampak yang signifikan bagi stabilitas ekonomi dalam negeri. Selain rupiah, mata uang lain seperti yen Jepang dan peso Filipina juga turut mencatatkan kinerja yang solid. Keberhasilan mata uang Asia mengungguli dolar AS ini tak lepas dari berbagai faktor, termasuk dinamika internal di AS sendiri. Ketidakpastian politik dan penundaan publikasi data ekonomi penting AS menjadi salah satu pemicu melemahnya indeks dolar.
Rupiah Perkasa Ungguli Dolar AS
Rupiah berhasil menutup perdagangan dengan apresiasi sebesar 0,30% hingga mencapai posisi Rp16.530 per dolar AS. Dalam sepekan terakhir, mata uang Garuda ini konsisten menunjukkan tren positif, bahkan penguatan ini telah berlangsung selama enam hari berturut-turut sejak 26 September 2025. Secara kumulatif, rupiah mencatatkan penguatan sebesar 1,17% terhadap dolar AS dalam sepekan. Kinerja ini menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan penguatan terbesar kedua di kawasan Asia. Penguatan rupiah ini memberikan harapan baru bagi stabilitas ekonomi Indonesia dan kepercayaan investor. Diharapkan tren positif ini dapat terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi sektor riil.
Yen Jepang dan Peso Filipina Ikut Menguat
Selain rupiah, yen Jepang juga berhasil mencuri perhatian dengan penguatan sebesar 1,37% hingga mencapai level JPY 147,44 per dolar AS. Peso Filipina juga tak ketinggalan mencatatkan penguatan sebesar 0,36% hingga mencapai level PHP 57,891 per dolar AS. Kinerja positif mata uang-mata uang ini menunjukkan bahwa sentimen pasar terhadap aset-aset di kawasan Asia sedang membaik.
- Yen Jepang: +1.37%
- Peso Filipina: +0.36%
- Ringgit Malaysia: +0.31%
Mata Uang Asia Lainnya Mengikuti Jejak Rupiah
Tak hanya yen Jepang dan peso Filipina, mata uang Asia lainnya seperti ringgit Malaysia juga turut menunjukkan penguatan sebesar 0,31% hingga mencapai level MYR 4,206 per dolar AS. Yuan China, dolar Taiwan, dan dolar Singapura juga kompak menguat sebesar 0,19% terhadap dolar AS. Penguatan serentak ini mengindikasikan adanya sentimen positif terhadap perekonomian Asia secara keseluruhan.
Rupee India dan Baht Thailand Melemah
Di tengah dominasi penguatan, terdapat dua mata uang Asia yang justru mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Rupee India terdepresiasi sebesar 0,08% sepanjang pekan hingga mencapai level 88,730 per dolar AS, sedangkan baht Thailand mengalami pelemahan yang lebih signifikan, yaitu sebesar 0,37% hingga mencapai posisi THB 32,30 per dolar AS. Pelemahan ini menunjukkan bahwa tidak semua mata uang Asia memiliki kinerja yang seragam.
Pelemahan Indeks Dolar AS Jadi Pemicu
Penguatan rupiah dan mayoritas mata uang Asia lainnya tak lepas dari dinamika pelemahan indeks dolar AS (DXY). Indeks yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia ini tercatat mengalami pelemahan sebesar 0,44% dalam sepekan hingga ditutup di level 97,723. Pelemahan ini memberikan ruang bagi mata uang lain untuk menguat terhadap dolar AS.
Ketidakpastian Politik AS Menekan Dolar
Penyebab utama tekanan terhadap dolar datang dari ketidakpastian politik di Amerika Serikat. Penutupan pemerintahan atau government shutdown telah menunda publikasi sejumlah data penting AS, termasuk laporan tenaga kerja nonfarm payrolls (NFP) September yang seharusnya dirilis pada Jumat kemarin. Keterlambatan ini membuat pasar kehilangan salah satu indikator krusial untuk mengukur arah perekonomian AS. Kondisi politik yang tidak stabil ini menimbulkan kekhawatiran pasar terkait kredibilitas pengelolaan ekonomi Negeri Paman Sam.