Skandal naturalisasi pemain sepak bola di Malaysia tengah menjadi sorotan tajam dunia. Badan sepak bola dunia, FIFA, telah menjatuhkan sanksi tegas terhadap asosiasi sepak bola Malaysia (FAM) dan beberapa pemain yang terlibat. Kasus ini bukan hanya mencoreng nama baik sepak bola Malaysia, tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas proses naturalisasi pemain di kancah internasional.
FIFA menindaklanjuti laporan terkait dugaan pemalsuan dokumen oleh tujuh pemain naturalisasi Malaysia. Mereka adalah Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomas Garces, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazabal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano. FAM mengklaim bahwa para pemain ini memiliki garis keturunan Malaysia melalui kakek atau nenek mereka. Namun, investigasi FIFA mengungkapkan fakta yang berbeda, tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.
Skandal ini mencuat setelah adanya aduan yang masuk ke FIFA. Pengaduan tersebut mempertanyakan kelayakan beberapa pemain naturalisasi yang baru-baru ini bergabung dengan timnas Malaysia. Proses naturalisasi yang cepat dan debut internasional mereka menimbulkan kecurigaan tentang keabsahan proses tersebut. Akibatnya, FIFA melakukan investigasi mendalam yang mengungkap berbagai pelanggaran.
Awal Mula Aduan ke FIFA
Kasus ini bermula dari aduan yang masuk ke FIFA pada 11 Juni. Sehari sebelumnya, timnas Malaysia meraih kemenangan telak 4-0 atas Vietnam dalam Kualifikasi Piala Asia 2027, di mana dua pemain naturalisasi menyumbang gol. Pengaduan tersebut secara khusus menyoroti kelayakan Gabriel Felipe Arrocha, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, dan Hector Alejandro Hevel Serrano. Pelapor mencurigai bahwa pemain-pemain kelahiran luar negeri ini tidak memenuhi syarat untuk membela tim nasional Malaysia.
Dalam pengaduannya, pelapor menyoroti bahwa kedatangan para pemain tersebut di Malaysia dan keterlibatan mereka dengan klub lokal tergolong baru. Proses naturalisasi dan debut internasional mereka terjadi dalam waktu yang singkat, menimbulkan pertanyaan serius tentang validitas proses yang ditempuh. FIFA kemudian menindaklanjuti aduan ini dengan melakukan investigasi menyeluruh.
Identitas pengadu dirahasiakan oleh FIFA. Namun, aduan tersebut menjadi titik awal terkuaknya skandal naturalisasi yang melibatkan timnas Malaysia. Investigasi FIFA mengungkap berbagai kejanggalan dan pelanggaran yang dilakukan oleh FAM dalam proses naturalisasi pemain.
Kegagalan FAM Menyediakan Dokumen Asli
FIFA merinci skandal naturalisasi yang dilakukan Malaysia dalam laporan setebal 19 halaman berjudul 'Notification of the Grounds of the Decision'. Salah satu poin penting yang digarisbawahi adalah ketidakmampuan FAM dalam menyediakan dokumen asli yang membuktikan garis keturunan kakek atau nenek dari ketujuh pemain naturalisasi tersebut. FAM hanya dapat menyerahkan dokumen sekunder dari Jabatan Pendaftaran Negara (JPN) dan Kementerian Dalam Negeri (KDN). Data pemain naturalisasi diperoleh dari agensi luar, sehingga Komite Disiplin FIFA menilai FAM tidak kompeten dalam mengurus kelayakan dokumen pemain.
FIFA menegaskan bahwa mereka berhasil memperoleh dokumen asli yang relevan, yang bertentangan dengan pernyataan FAM. Selain itu, FIFA menyoroti bahwa FAM mengakui telah dihubungi oleh lembaga eksternal terkait warisan para pemain, tetapi gagal memverifikasi keaslian dokumentasi tersebut secara independen. Hal ini menunjukkan kurangnya kehati-hatian yang memadai dari pihak FAM.
Komite FIFA berpendapat bahwa penggunaan dokumen palsu atau dipalsukan bukan sekadar formalitas, melainkan merupakan faktor penentu kelayakan para pemain. Dampak pemalsuan tersebut sangat parah dan lebih dari sekadar masalah teknis.
Sanksi untuk FAM dan Pemain Naturalisasi
FIFA telah menjatuhkan sanksi kepada FAM berupa denda sebesar 350 ribu Swiss Franc atau setara dengan Rp 7,3 miliar. Selain itu, ketujuh pemain naturalisasi yang terlibat juga didenda sebesar 2.000 Swiss Franc atau setara dengan Rp 41 juta.
Tidak hanya itu, ketujuh pemain tersebut juga dilarang beraktivitas di dunia sepak bola selama 12 bulan atau satu tahun penuh. Sanksi ini merupakan bentuk ketegasan FIFA terhadap praktik kecurangan dalam sepak bola.
FIFA menyatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan bukan hanya sebagai hukuman atas pelanggaran, tetapi juga sebagai tindakan pencegahan dan edukasi bagi para pemain yang terlibat dan komunitas sepak bola secara luas. Hal ini menegaskan kembali sikap tanpa toleransi FIFA terhadap perilaku curang.
FIFA menekankan bahwa menyajikan dokumen palsu dengan tujuan mendapatkan kelayakan untuk bermain bagi tim nasional merupakan bentuk kecurangan yang tidak dapat ditoleransi. Perilaku semacam itu mengikis kepercayaan terhadap keadilan kompetisi dan membahayakan esensi sepak bola sebagai aktivitas yang didasarkan pada kejujuran dan transparansi.
Opsi Banding dan Isu Nasional
FAM memiliki opsi untuk mengajukan banding ke Komite Banding FIFA dalam waktu tiga hari sejak laporan FIFA dirilis. Setelah itu, FAM memiliki waktu lima hari untuk menyerahkan berkas banding lengkap. FAM juga dikabarkan tengah menyiapkan langkah untuk mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Sebelumnya, pihak FAM mengklaim bahwa hanya ada masalah teknis dalam pengajuan dokumen. Namun, FIFA dengan tegas menepis klaim tersebut, menekankan bahwa dampak pemalsuan dokumen sangat parah dan lebih dari sekadar masalah teknis.
Selain itu, hasil laga kemenangan Malaysia atas Vietnam 4-0 juga terancam dianulir. FIFA memberikan tanggung jawab untuk keputusan terkait laga tersebut kepada AFC.
Skandal ini juga menjadi isu nasional di Malaysia. Anggota Parlemen Kampar, Chong Zhemin, telah mengajukan mosi kepada Dewan Rakyat untuk mengusut tuntas skandal naturalisasi ini. Chong menilai ada kemungkinan pelanggaran hukum yang melibatkan pemalsuan dokumen resmi, sehingga memerlukan penyelidikan menyeluruh dan tindakan cepat dari pihak berwenang. Ia juga menyerukan agar pemerintah Malaysia mempertimbangkan audit komprehensif atas semua naturalisasi atlet dan menerapkan pedoman serta prosedur verifikasi yang lebih ketat.
Warga Malaysia pun merasa kecewa dengan skandal naturalisasi palsu ini, terutama karena Harimau Malaya masih berjuang di Kualifikasi Piala Asia 2027.