Akhir-akhir ini, banyak masyarakat yang mengeluhkan masalah kesehatan seperti batuk dan pilek. Keluhan ini ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial. Banyak warganet yang mengaku mengalami gejala-gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari, mulai dari hidung tersumbat yang membuat tidak nyaman, rasa gatal di tenggorokan yang memicu batuk, hingga demam ringan yang datang dan pergi, seolah tak kunjung sembuh meskipun sudah beristirahat dan mengonsumsi obat selama beberapa hari.
Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Apakah ini hanya flu biasa, atau ada penyebab lain yang perlu diwaspadai? Mengingat beberapa waktu lalu kita masih berjuang melawan pandemi COVID-19, wajar jika banyak yang merasa khawatir dan bertanya-tanya apakah gejala yang mereka alami saat ini merupakan gejala awal dari infeksi virus tersebut. Lalu, apa sebenarnya yang sedang terjadi? Apa penyebab utama dari meningkatnya keluhan batuk dan pilek di masyarakat? Dan bagaimana cara kita bisa melindungi diri dan keluarga dari penyakit-penyakit pernapasan ini?
Peningkatan Keluhan Batuk dan Pilek di Masyarakat
Seorang Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi dari Universitas Indonesia (UI), Profesor Erlina Burhan, memberikan tanggapannya terkait fenomena ini. Beliau mengatakan bahwa memang benar adanya peningkatan keluhan gejala seperti COVID-19 di masyarakat. Namun, beliau juga mencatat bahwa sebagian besar masyarakat yang mengalami gejala tersebut tidak melakukan tes PCR untuk memastikan apakah mereka terinfeksi COVID-19 atau tidak. Hal ini membuat sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa besar kontribusi COVID-19 dalam peningkatan kasus batuk dan pilek saat ini.
Profesor Erlina menambahkan, berdasarkan data yang terbatas, terdapat indikasi peningkatan kasus influenza selain COVID-19. Kedua jenis penyakit ini memiliki gejala yang mirip, sehingga seringkali sulit dibedakan hanya berdasarkan gejala saja. Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Faktor Penyebab Munculnya Flu dan COVID
Lantas, apa yang menjadi pemicu utama dari peningkatan kasus penyakit pernapasan ini? Profesor Erlina menduga bahwa salah satu faktor yang berperan adalah perubahan cuaca ekstrem yang kerap terjadi, terutama pada saat musim pancaroba atau musim hujan. Pada kondisi cuaca yang tidak menentu, virus cenderung lebih mudah menyebar dan menginfeksi manusia. Selain itu, perubahan cuaca juga dapat memengaruhi daya tahan tubuh seseorang, sehingga menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Perubahan cuaca ekstrem dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk infeksi saluran pernapasan. Suhu udara yang berubah-ubah, kelembaban yang tinggi, dan polusi udara yang meningkat dapat memicu peradangan pada saluran pernapasan, sehingga memudahkan virus untuk masuk dan berkembang biak.
Imbauan Penerapan Protokol Kesehatan
Melihat kondisi ini, Profesor Erlina mengimbau masyarakat untuk tidak lengah dan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dan orang lain dari infeksi virus adalah:
- Memakai masker: Masker dapat membantu mencegah penyebaran virus melalui droplet atau percikan air liur saat berbicara, batuk, atau bersin.
- Mencuci tangan: Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir dapat membunuh virus dan bakteri yang mungkin menempel di tangan.
- Menjaga jarak: Menjaga jarak dengan orang lain, terutama yang sedang sakit, dapat mengurangi risiko penularan virus.
- Meningkatkan daya tahan tubuh: Mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan berolahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Kasus Virus Influenza Meningkat
Senada dengan Profesor Erlina, dokter spesialis paru, Agus Susanto, juga mengakui bahwa saat ini banyak ditemukan kasus influenza di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa virus influenza masih menjadi ancaman kesehatan yang perlu diwaspadai. Meskipun sering dianggap sebagai penyakit ringan, influenza dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan orang dengan penyakit kronis.