Yogyakarta, destinasi wisata populer di Indonesia, menarik jutaan pengunjung setiap tahun. Lonjakan wisatawan ini, meskipun menguntungkan secara ekonomi, juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular. Pemerintah Kota Yogyakarta menyadari potensi bahaya ini dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi kesehatan masyarakat. Salah satu inisiatif utama adalah penerapan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) penyakit menular. Sistem ini dirancang untuk mendeteksi dini dan merespons secara efektif ancaman penyakit menular yang berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah. Dengan memantau dan menganalisis data penyakit secara cermat, SKDR memungkinkan petugas kesehatan untuk mengambil tindakan cepat dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. Upaya ini sangat penting untuk menjaga Yogyakarta tetap menjadi tujuan wisata yang aman dan sehat bagi semua orang.
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) di Yogyakarta
SKDR adalah sistem yang dirancang untuk mendeteksi secara dini ancaman penyakit menular yang berpotensi menyebabkan KLB atau wabah. Sistem ini berfokus pada identifikasi kasus suspek berdasarkan gejala yang terdeteksi di puskesmas dan rumah sakit di seluruh Kota Yogyakarta. Diagnosis ditegakkan menggunakan kode ICD-X, yang memungkinkan tenaga medis untuk merekam dan melaporkan kasus penyakit secara sistematis. Sebanyak 24 jenis penyakit menular yang berpotensi KLB menjadi fokus utama kewaspadaan, memastikan bahwa sumber daya dan perhatian diprioritaskan untuk ancaman kesehatan yang paling signifikan.
24 Jenis Penyakit Menular Potensial KLB
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menetapkan 24 jenis penyakit menular yang berpotensi menyebabkan KLB. Penyakit-penyakit ini dipilih berdasarkan potensi penularan, tingkat keparahan, dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Daftar penyakit tersebut meliputi:
- Campak
- Difteri
- Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau Lumpuh Layuh Mendadak
- Pertusis/Batuk Rejan
- Tetanus Pada Bayi Baru Lahir/Tetanus Neonatorum (TN)
- Tetanus
- COVID-19
- ILI (Influenza Like Illness atau Penyakit Serupa Influenza)
- Pneumonia
- Meningitis
- Penyakit Kaki, Tangan dan Mulut Pada Manusia (HFMD)
- Diare Akut
- Kolera
- Diare Berdarah (Disentri)
- Demam Tifoid (Tipes)
- Sindrom Jaundice Akut
- Malaria
- Demam Dengue
- Leptospirosis
- Rabies (Gigitan Hewan Penular Rabies)
- Antraks
- Chikungunya
- Flu Burung
- Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Sumber Data dan Mekanisme Kewaspadaan
Data SKDR bersumber dari kunjungan pasien di puskesmas dan rumah sakit, yang dikumpulkan setiap minggu. Informasi ini kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi SKDR Kementerian Kesehatan melalui diagnosis ICD-X. Aplikasi ini secara otomatis memantau data dan menghasilkan peringatan dini jika jumlah kasus penyakit tertentu melebihi ambang batas yang ditetapkan. Peringatan ini berfungsi sebagai sinyal untuk melakukan tindakan cepat guna mencegah potensi KLB. Dengan memanfaatkan teknologi dan data yang komprehensif, SKDR memungkinkan respons yang tepat waktu dan terinformasi terhadap ancaman penyakit menular.
Respon Cepat Terhadap Peringatan Dini
Ketika sistem SKDR mendeteksi adanya peningkatan kasus penyakit dan memunculkan sinyal peringatan dini (alert), fasilitas kesehatan (faskes) di Kota Yogyakarta segera melakukan tindakan kewaspadaan. Respon cepat ini sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut dan menghindari terjadinya KLB. Tindakan-tindakan yang dilakukan meliputi:
- Investigasi epidemiologi: Menyelidiki kasus-kasus yang terdeteksi untuk mengidentifikasi sumber penularan dan faktor risiko.
- Pengendalian infeksi: Menerapkan langkah-langkah pengendalian infeksi yang ketat di fasilitas kesehatan dan masyarakat.
- Peningkatan surveilans: Meningkatkan pengawasan terhadap penyakit untuk mendeteksi kasus baru secara dini.
- Komunikasi risiko: Memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada masyarakat tentang risiko penyakit dan cara pencegahannya.
- Koordinasi lintas sektor: Bekerja sama dengan berbagai sektor terkait, seperti pariwisata dan lingkungan, untuk mengatasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebaran penyakit.
Melalui sistem kewaspadaan dini dan respon yang komprehensif, Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya untuk melindungi kesehatan masyarakat dan memastikan Yogyakarta tetap menjadi tujuan wisata yang aman dan nyaman.