Diabetes melitus (DM) menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, ditandai dengan tingginya angka kematian. Data tahun 2020 menunjukkan bahwa DM menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian terbanyak, dengan perkiraan 40 kematian per 100.000 penduduk. Peningkatan kasus DM terus terjadi seiring dengan bertambahnya usia populasi, proses urbanisasi yang pesat, perubahan pola makan yang kurang sehat, serta gaya hidup yang kurang aktif dan memicu obesitas. Beberapa kelompok berisiko tinggi meliputi pekerja dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah, individu dengan hipertensi, mereka yang memiliki riwayat pradiabetes, dan kelompok usia di atas 45 tahun.
Perubahan gaya hidup di perkotaan memainkan peran penting dalam lonjakan kasus DM. Kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak seimbang menjadi faktor utama. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang faktor risiko DM pada pekerja perkotaan sangat penting untuk mengembangkan strategi pencegahan yang efektif dan mengurangi dampak penyakit ini pada kesehatan masyarakat.
Prevalensi Diabetes pada Pekerja Perkotaan
Sebuah studi menganalisis data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 untuk mengidentifikasi faktor risiko DM pada pekerja perkotaan di Indonesia. Studi ini melibatkan 15.745 pekerja berusia 15–64 tahun yang menjalani pemeriksaan kadar glukosa darah. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi DM pada pekerja perkotaan mencapai 9,3%. Selain itu, prevalensi hipertensi mencapai 36,1% dan obesitas sentral 29,2%. Data demografis menunjukkan bahwa mayoritas pekerja adalah laki-laki (69,5%), memiliki tingkat pendidikan rendah (68,4%), dan bekerja di sektor nonformal (60,4%). Kelompok usia 45–54 tahun mendominasi jumlah kasus DM.
Walaupun 77,5% pekerja melakukan aktivitas fisik yang cukup, namun 95% di antaranya kurang mengonsumsi buah dan sayur. Ketidakseimbangan antara aktivitas fisik dan asupan nutrisi yang kurang memadai menjadi perhatian utama dalam upaya pencegahan DM. Temuan ini menyoroti pentingnya intervensi yang lebih komprehensif untuk meningkatkan kesadaran dan perubahan perilaku terkait gaya hidup sehat di kalangan pekerja perkotaan.
Faktor Risiko yang Mempengaruhi Tingkat Diabetes
Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa pekerja dengan hipertensi dan obesitas memiliki risiko DM yang lebih tinggi. Sebanyak 14,8% penderita DM juga mengalami hipertensi, dan 14,9% mengalami obesitas. Pekerja yang memiliki kedua faktor risiko tersebut memiliki risiko 1,7 kali lebih besar terkena DM dibandingkan pekerja yang sehat. Risiko ini meningkat tajam pada kelompok usia 55–64 tahun, mencapai hampir sembilan kali lipat dibandingkan kelompok usia muda. Temuan ini menegaskan pentingnya pengendalian tekanan darah dan berat badan sebagai langkah preventif utama terhadap DM.
Menariknya, pekerja yang merokok setiap hari tercatat memiliki risiko DM 36% lebih rendah. Namun, penting untuk ditekankan bahwa merokok tetap merupakan kebiasaan yang membahayakan kesehatan secara umum dan memiliki dampak negatif lainnya. Oleh karena itu, temuan ini tidak boleh diartikan sebagai pembenaran untuk merokok.
Strategi Pencegahan dan Pengendalian Diabetes
Pengendalian tekanan darah, lingkar perut, dan perbaikan kebiasaan makan merupakan langkah-langkah utama untuk menekan risiko DM. Perusahaan memiliki peran penting dalam mendukung upaya pencegahan ini dengan bekerja sama dengan Posbindu PTM untuk melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah, kadar gula darah, dan indeks massa tubuh. Skrining dini pada usia di atas 35 tahun sangat penting untuk mendukung kampanye “Waspada Diabetes di Usia Muda”.
Selain itu, edukasi tentang gizi seimbang dan bahaya rokok perlu diperluas agar pekerja memahami pentingnya pencegahan diabetes sejak dini. Program-program edukasi yang efektif dapat membantu meningkatkan kesadaran dan mendorong perubahan perilaku yang positif, sehingga mengurangi risiko DM di kalangan pekerja perkotaan.