Perang Gaza, yang memasuki tahun kedua, telah membawa dampak kemanusiaan yang mendalam. Namun, di balik tragedi tersebut, terdapat dinamika ekonomi yang menarik untuk dicermati. Salah satunya adalah bagaimana cadangan devisa Israel justru mengalami peningkatan signifikan di tengah konflik yang berkepanjangan ini. Peningkatan ini menjadi sorotan, terutama jika dibandingkan dengan kondisi cadangan devisa negara lain, termasuk Indonesia. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai fenomena tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta perbandingan dengan situasi di Indonesia.
Lonjakan Cadangan Devisa Israel di Tengah Perang
Di tengah gejolak geopolitik yang disebabkan oleh Perang Gaza, cadangan devisa Israel menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Data terbaru menunjukkan bahwa cadangan devisa negara tersebut terus meningkat, bahkan mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Pada akhir Agustus 2025, posisi cadangan devisa Israel mencapai US$230,32 miliar, sebuah angka yang fantastis mengingat situasi konflik yang sedang berlangsung. Peningkatan ini tentunya menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin sebuah negara yang sedang berperang justru mengalami peningkatan cadangan devisa yang signifikan?
Kenaikan cadangan devisa Israel pada Agustus 2025 mencapai US$3,55 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Bank of Israel (BoI) menjelaskan bahwa peningkatan ini terutama disebabkan oleh revaluasi nilai aset valuta asing yang menambah sekitar US$3,76 miliar. Selain itu, aktivitas valuta asing pemerintah Israel juga turut memberikan kontribusi, meskipun sebagian diimbangi oleh faktor lain. Secara tahunan, cadangan devisa Israel telah melonjak US$12,9 miliar dari Agustus 2024, dan naik hampir US$32 miliar dibanding awal masa perang pada September 2023. Lonjakan ini menunjukkan performa ekonomi yang tangguh di tengah tantangan.
Faktor Pendorong Kenaikan Cadangan Devisa Israel
Beberapa faktor dapat menjelaskan mengapa cadangan devisa Israel justru meningkat di tengah perang. Pertama, revaluasi nilai aset valuta asing memainkan peran penting. Kenaikan nilai aset ini secara otomatis meningkatkan nilai cadangan devisa secara keseluruhan. Kedua, aktivitas valuta asing pemerintah Israel juga turut berkontribusi. Pemerintah mungkin melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas mata uang shekel, yang pada gilirannya dapat meningkatkan cadangan devisa. Ketiga, kepercayaan investor terhadap perekonomian Israel juga menjadi faktor kunci. Meskipun ada konflik, investor tetap percaya pada fundamental ekonomi Israel, sehingga aliran modal masuk tetap terjaga.
Rasio cadangan devisa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Israel saat ini mencapai 41%. Hal ini memperkuat kredibilitas kebijakan dan menyediakan amunisi untuk mengelola volatilitas mata uang shekel di tengah ketidakpastian keamanan dan pembiayaan. BoI menegaskan bahwa cadangan yang besar membantu menstabilkan pasar keuangan, menopang kepercayaan investor, dan menjadi bantalan ketika bank sentral perlu menghaluskan gejolak kurs. Kondisi ini kontras dengan periode awal perang, di mana bank sentral Israel menjual valas untuk menahan pelemahan tajam shekel. Rekor baru ini menandai pemulihan berkelanjutan sejak fase tersebut.
Dampak Perang Gaza pada Nilai Tukar Shekel
Pada awal serangan ke Gaza pada Oktober 2023, nilai tukar shekel Israel sempat mengalami pelemahan yang cukup signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada 9 Oktober 2023, shekel melemah 2,73% ke level ILS 3,943/US$. Pelemahan ini berlanjut hingga menyentuh level terlemah pada 25 Oktober 2023 di level ILS 4,085/US$. Secara total, sejak awal perang, shekel melemah hampir 6% terhadap dolar AS. Namun, setelah pelemahan tersebut, shekel justru mampu membalikkan keadaan dengan berhasil menguat sejak level terlemahnya hingga pada penutupan perdagangan Senin (6/10/2025), shekel ditutup pada posisi ILS 3,267/US$. Shekel telah terapresiasi hingga 20%. Penguatan ini menunjukkan bahwa pasar keuangan Israel mampu beradaptasi dan pulih dari guncangan awal perang.
Perbandingan dengan Kondisi Cadangan Devisa Indonesia
Bagaimana dengan kondisi cadangan devisa Indonesia? Bank Indonesia baru saja merilis data posisi cadangan devisa RI pada akhir September 2025 yang ternyata mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Cadev RI pada akhir September 2025 tercatat sebesar US$148,7 miliar, lebih rendah dibandingkan Agustus 2025 yang sebesar US$150,7 miliar. Artinya, terjadi penurunan sekitar US$2 miliar dalam sebulan. Jika dibandingkan dengan periode ketika perang Gaza dimulai pada September 2023, cadangan devisa Indonesia memang naik tipis dari US$146,4 miliar menjadi US$148,7 miliar, atau hanya tumbuh sekitar 1,6% dalam dua tahun. Angka ini berbanding terbalik dengan Israel yang justru menambah lebih dari US$31 miliar cadangan devisanya di periode yang sama atau tumbuh 16%.
Menurut Bank Indonesia, penurunan cadangan devisa pada September 2025 utamanya disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, pembayaran utang luar negeri pemerintah. Kedua, intervensi di pasar valuta asing guna menstabilkan nilai tukar rupiah yang sempat tertekan oleh penguatan dolar AS. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan yang berbeda dalam mengelola cadangan devisanya dibandingkan dengan Israel. Kebijakan moneter dan fiskal yang tepat sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan cadangan devisa Indonesia di masa depan.