Galaksi Bimasakti, rumah bagi tata surya kita, ternyata tidaklah statis. Bayangan selama ini tentang galaksi sebagai piringan bintang yang berputar tenang di angkasa harus direvisi. Data terbaru dari teleskop antariksa Gaia milik Badan Antariksa Eropa (ESA) mengungkap bahwa Bimasakti bergerak bergelombang. Pergerakan ini seperti ombak raksasa yang menjalar di samudra kosmik. Fenomena ini menandakan bahwa galaksi kita dinamis dan terus bergerak, dengan riak besar yang menjalar dari pusat hingga tepian galaksi. Para ilmuwan menduga gelombang ini adalah sisa atau gema dari peristiwa kosmik dahsyat di masa lalu, kemungkinan tabrakan dengan galaksi lain jutaan tahun silam.
Penemuan Gelombang Raksasa oleh Teleskop Gaia
Teleskop Gaia, yang diluncurkan pada tahun 2013, memiliki misi ambisius untuk memetakan miliaran bintang di Bimasakti secara tiga dimensi. Keunggulan Gaia terletak pada kemampuannya mengukur posisi, jarak, dan kecepatan bintang dengan presisi tinggi. Pengukuran ini mencakup arah pergerakan bintang terhadap Bumi serta gerak lintangnya di langit. Berkat data yang dikumpulkan Gaia, para astronom menemukan bahwa cakram Bimasakti tidak sepenuhnya datar. Sejak tahun 1950-an, para ilmuwan telah mengetahui bahwa cakram galaksi ini memiliki sedikit lengkungan. Namun, pada tahun 2020, data dari Gaia menunjukkan bahwa lengkungan tersebut juga bergoyang atau berosilasi, mirip seperti gasing yang berputar.
Penemuan terbaru dari Gaia mengungkap gerakan yang jauh lebih signifikan, yaitu gelombang raksasa yang bergerak keluar dari pusat galaksi. Gelombang ini memengaruhi bintang-bintang yang berjarak hingga 30.000 hingga 65.000 tahun cahaya dari inti galaksi. Sebagai perbandingan, diameter total Bimasakti adalah sekitar 100.000 tahun cahaya. Ini berarti gelombang tersebut mencakup lebih dari separuh cakram galaksi kita. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang dinamika dan sejarah Bimasakti, serta interaksinya dengan lingkungan kosmik di sekitarnya.
Visualisasi Pergerakan Bintang dalam Galaksi
Dalam visualisasi yang dibuat oleh tim ilmuwan, posisi ribuan bintang terang ditampilkan dengan warna merah dan biru di atas peta Bimasakti. Warna merah menunjukkan bintang-bintang yang berada di atas bidang cakram galaksi, sementara warna biru menandakan bintang-bintang yang berada di bawahnya. Dari sudut pandang atas, galaksi tampak seperti piring besar dengan sedikit lekukan. Namun, jika dilihat dari samping, terlihat jelas bahwa sisi kiri galaksi melengkung ke atas, sedangkan sisi kanan melengkung ke bawah. Fenomena inilah yang disebut "warp" atau lengkungan cakram galaksi.
Astronom Eloisa Poggio dari Istituto Nazionale di Astrofisica (INAF), Italia, yang memimpin riset ini, memberikan analogi menarik untuk menjelaskan fenomena ini. Ia mengibaratkannya seperti gelombang penonton di stadion. Jika kita melihat gelombang stadion yang dihentikan pada satu momen, akan tampak ada penonton yang sudah berdiri, ada yang baru saja duduk, dan ada yang bersiap berdiri saat gelombang mendekat. Penonton yang berdiri tegak menggambarkan wilayah berwarna merah, tempat bintang-bintang berada di atas bidang cakram. Sementara mereka yang baru bersiap berdiri di depan gelombang diwakili oleh panah putih besar yang mengarah ke atas, menandakan bintang yang sedang bergerak naik.
Misteri Asal Mula Gelombang di Bimasakti
Walaupun peta yang dihasilkan oleh Gaia memberikan banyak petunjuk berharga, asal mula gelombang raksasa ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya. Salah satu teori yang diajukan adalah bahwa Bimasakti pernah bertabrakan dengan galaksi kerdil di masa lalu. Tabrakan ini kemudian menimbulkan getaran besar yang merambat di seluruh cakram galaksi, menciptakan gelombang yang kita amati saat ini. Teori lain mengaitkan gelombang ini dengan Gelombang Radcliffe, yaitu struktur gas memanjang yang membentang sejauh sekitar 9.000 tahun cahaya dan berjarak 500 tahun cahaya dari Matahari.
Namun, menurut Poggio, Gelombang Radcliffe jauh lebih kecil dan terletak di bagian galaksi yang berbeda. "Keduanya mungkin berhubungan, tapi bisa juga tidak. Karena itu kami perlu penelitian lebih lanjut," ujarnya. Penelitian lanjutan dan pengumpulan data lebih lanjut dari Gaia dan teleskop lainnya sangat penting untuk mengungkap asal-usul sebenarnya dari gelombang ini dan memahami lebih dalam dinamika kompleks Bimasakti.