Drama Korea berjudul Genie Make A Wish tengah menjadi sorotan dan menuai kritik dari warganet. Pasalnya, alur cerita yang disajikan dianggap menyimpang dari ajaran agama Islam. Kontroversi ini bermula dari karakter yang diperankan oleh aktor Kim Woo Bin, di mana ia berperan sebagai jin yang dapat mengabulkan tiga permintaan manusia, namun disebut sebagai Iblis. Hal ini menimbulkan kebingungan dan perdebatan di kalangan penonton, terutama umat Islam. Banyak yang merasa bahwa penggambaran jin dan iblis dalam drama tersebut tidak sesuai dengan konsep yang ada dalam ajaran Islam.
Drama ini awalnya dinantikan karena menjadi ajang reuni antara Kim Woo Bin dan Suzy setelah sebelumnya sukses membintangi drama Uncontrollably Fond. Namun, ekspektasi penonton berubah menjadi kekecewaan setelah menyaksikan alur cerita yang dianggap sensitif dan kontroversial. Protes dan seruan boikot pun menggema di media sosial, menunjukkan betapa seriusnya isu ini bagi sebagian masyarakat. Kontroversi ini memicu diskusi tentang bagaimana seharusnya sebuah karya seni mengangkat tema agama dan kepercayaan tanpa menimbulkan kesalahpahaman atau menyinggung perasaan.
Alur Cerita 'Genie Make A Wish' yang Menuai Kontroversi
Drama Genie Make A Wish berkisah tentang seorang wanita bernama Ka Young (diperankan oleh Suzy) yang hidupnya monoton dan terkekang oleh aturan neneknya. Suatu hari, ia tidak sengaja membangunkan Iblis (diperankan oleh Kim Woo Bin), seorang jin misterius yang telah terkurung selama seribu tahun di dalam sebuah lampu ajaib. Iblis tersebut terus mendesak Ka Young untuk menyebutkan tiga permintaan agar bisa dikabulkan, dengan tujuan membangkitkan jiwa manusia yang serakah.
Namun, yang menjadi masalah adalah penggambaran karakter Iblis yang diperankan oleh Kim Woo Bin. Dalam drama, karakter ini justru memiliki hubungan romantis dengan Ka Young. Hal ini dianggap oleh sebagian penonton sebagai bentuk romantisisasi terhadap sosok iblis, yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam. Selain itu, penggunaan istilah "Iblis" untuk menyebut jin yang mengabulkan permintaan juga dianggap sebagai penyimpangan dari konsep jin dalam Islam.
Perbedaan Jin dan Iblis dalam Ajaran Islam
Dalam ajaran Islam, jin dan iblis adalah dua entitas yang berbeda. Jin memiliki akal, pengetahuan, dan kemampuan membedakan antara yang baik dan buruk, sama seperti manusia. Jin juga diciptakan untuk menyembah Allah SWT. Sementara itu, iblis adalah oknum dari golongan jin yang ingkar kepada Allah SWT karena menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam AS. Iblis memiliki sifat jahat dan selalu berusaha untuk menyesatkan manusia.
Perbedaan mendasar inilah yang menjadi sorotan utama dalam kontroversi drama Genie Make A Wish. Penggambaran jin yang bisa mengabulkan permintaan namun disebut sebagai Iblis dianggap sebagai bentuk pencampuradukan konsep yang menyesatkan. Banyak yang khawatir bahwa hal ini dapat menimbulkan pemahaman yang salah tentang ajaran Islam, terutama bagi mereka yang kurang memiliki pengetahuan agama yang mendalam.
Reaksi Netizen dan Seruan Boikot
Kontroversi drama Genie Make A Wish memicu reaksi keras dari netizen, terutama umat Islam. Banyak yang mengkritik alur cerita drama ini karena dianggap meromantisasi iblis dan mencampuradukkan konsep jin dan iblis dalam Islam. Seruan boikot pun menggema di media sosial, dengan harapan agar tim produksi drama ini lebih berhati-hati dalam mengangkat tema-tema agama di masa mendatang.
Beberapa netizen juga menyayangkan penggunaan bahasa Arab dalam dialog drama ini, yang dianggap tidak relevan dengan alur cerita dan justru semakin memperkuat kesan bahwa drama ini mencoba untuk mengadopsi ajaran Islam secara serampangan. Hingga saat ini, baik Netflix maupun tim produksi drama Genie Make A Wish belum memberikan tanggapan resmi terkait kontroversi yang terjadi.
Dampak Kontroversi pada Industri Hiburan
Kontroversi drama Genie Make A Wish ini menjadi pelajaran berharga bagi industri hiburan, khususnya dalam mengangkat tema-tema agama dan kepercayaan. Penting bagi para pembuat film dan drama untuk melakukan riset yang mendalam dan berhati-hati dalam menggambarkan konsep-konsep agama agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau menyinggung perasaan umat beragama.
Selain itu, kontroversi ini juga menunjukkan betapa pentingnya peran netizen dalam mengawasi dan mengkritisi karya-karya hiburan yang beredar di masyarakat. Kritik yang konstruktif dapat membantu para pembuat film dan drama untuk menghasilkan karya yang lebih berkualitas dan bertanggung jawab. Ke depannya, diharapkan agar industri hiburan dapat lebih peka terhadap isu-isu agama dan kepercayaan, serta mampu menghasilkan karya-karya yang menghibur namun tetap menghormati nilai-nilai agama yang ada.