Ratusan ribu orang turun ke jalan di berbagai kota di Eropa pada Sabtu (4/10/2025) untuk menyuarakan dukungan bagi Palestina dan menuntut pembebasan aktivis Global Sumud Flotilla. Gelombang demonstrasi ini dipicu oleh tindakan Israel yang mencegat armada bantuan kemanusiaan yang berusaha mencapai Gaza. Aksi unjuk rasa ini tidak hanya menjadi ajang penyampaian aspirasi, tetapi juga menjadi sorotan atas kebijakan pemerintah terkait konflik tersebut. Para demonstran, yang terdiri dari berbagai kalangan usia dan latar belakang, membawa bendera Palestina dan spanduk-spanduk berisi pesan solidaritas serta kecaman terhadap tindakan yang dianggap tidak adil.
Aksi Unjuk Rasa Besar-besaran di Roma, Italia
Di Roma, Italia, diperkirakan sekitar 250.000 orang memadati jalanan, menurut keterangan kepolisian. Aksi ini merupakan kelanjutan dari demonstrasi yang telah berlangsung selama empat hari berturut-turut. Massa melakukan long march melewati Koloseum, simbol bersejarah kota tersebut, sambil meneriakkan slogan-slogan pro-Palestina. Penyelenggara mengklaim bahwa jumlah peserta mencapai lebih dari satu juta orang, meskipun perkiraan polisi jauh lebih rendah.
Francesco Galtieri, seorang musisi berusia 65 tahun, mengungkapkan motivasinya untuk ikut serta dalam aksi ini. Ia menekankan pentingnya partisipasi individu dalam menyuarakan perubahan. Demo ini juga diwarnai dengan berbagai ekspresi dukungan, termasuk spanduk yang memuji serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, serta nyanyian-nyanyian anti-Israel.
Bentrokan dan Tindakan Anarkis di Roma
Sayangnya, aksi damai ini ternoda oleh tindakan anarkis menjelang akhir demonstrasi. Sekitar 200 orang memisahkan diri dari barisan utama dan terlibat bentrokan dengan petugas kepolisian yang dilengkapi dengan perlengkapan anti huru hara di dekat Basilika St. Mary Major. Polisi merespons dengan menyemprotkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan massa.
Para pengunjuk rasa yang anarkis juga melakukan pembakaran terhadap beberapa mobil dan tempat sampah, serta melemparkan petasan ke arah petugas. Akibatnya, polisi menahan 12 orang tersangka dan mencatat identitas 262 orang lainnya.
Kritik terhadap Pemerintah Italia
Selain menyuarakan dukungan untuk Palestina, massa juga mengkritik pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, yang dianggap tidak cukup bertindak dalam menghadapi pengepungan wilayah Palestina. Meloni sendiri mengecam tindakan demonstran yang mencoret-coret patung Paus Yohanes Paulus II dengan grafiti di depan stasiun kereta api utama Roma, menyebutnya sebagai "tindakan memalukan". Ia menekankan bahwa para demonstran mengklaim membela perdamaian, namun justru menghina kenangan seorang tokoh yang merupakan pembela dan pembangun perdamaian sejati.
Aksi Solidaritas di Spanyol dan Irlandia
Gelombang demonstrasi pro-Palestina tidak hanya terjadi di Italia. Di Barcelona, Spanyol, sekitar 70.000 orang turun ke jalan, menurut data kepolisian. Sementara itu, pemerintah di Madrid memperkirakan bahwa hampir 92.000 orang melakukan long march di ibu kota Spanyol tersebut.
Marta Carranza, seorang warga Barcelona berusia 65 tahun, membawa bendera Palestina di punggungnya sebagai simbol dukungan. Ia menyatakan bahwa kebijakan Israel telah salah selama bertahun-tahun dan aksi turun ke jalan merupakan bentuk protes terhadap kebijakan tersebut.
Di Dublin, Irlandia, ribuan orang melakukan long march melalui pusat kota untuk memperingati apa yang disebut oleh penyelenggara sebagai "dua tahun genosida" di Gaza. Aksi ini menjadi pengingat akan penderitaan yang dialami oleh warga Palestina di wilayah tersebut.