Israel terus melakukan serangan udara ke Gaza meskipun ada seruan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menghentikan agresi tersebut. Serangan ini terjadi setelah Hamas menyatakan menerima kesepakatan gencatan senjata yang diajukan. Situasi di Gaza semakin memburuk dengan puluhan serangan yang menghantam kota tersebut, menyebabkan kerusakan parah dan banyak korban jiwa. Meskipun ada upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan, konflik bersenjata terus berlanjut, menambah penderitaan warga sipil yang terjebak di tengah-tengah pertempuran. Ketidakpatuhan Israel terhadap seruan internasional ini menimbulkan pertanyaan tentang prospek perdamaian di wilayah tersebut dan peran mediasi yang dapat dimainkan oleh kekuatan global. Masyarakat internasional mendesak semua pihak untuk menahan diri dan mencari solusi damai untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan ini. Dampak kemanusiaan dari kekerasan ini sangat besar, dengan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal dan akses terbatas ke kebutuhan dasar.
Intensifikasi Serangan Udara di Gaza
Juru bicara Badan Pertahanan Sipil, Mahmud Bassal, melaporkan bahwa tentara Israel telah melancarkan puluhan serangan udara dan tembakan artileri ke Kota Gaza dan wilayah lain di Jalur Gaza. Serangan ini terjadi meskipun ada seruan dari Presiden Trump untuk menghentikan pemboman. Bassal menggambarkan malam itu sebagai "malam yang sangat brutal," dengan 20 rumah hancur akibat serangan udara semalam. Situasi di Kota Gaza sangat serius, dan tim penyelamat kesulitan menjangkau semua korban karena kehadiran tank dan serangan udara lanjutan yang dilakukan oleh Israel. Intensitas serangan ini menunjukkan eskalasi konflik yang mengkhawatirkan, dengan dampak yang menghancurkan bagi penduduk sipil.
Dampak Serangan Terhadap Warga Sipil
Serangan udara Israel telah menyebabkan banyak korban di kalangan warga sipil. Rumah Sakit Baptis di Kota Gaza melaporkan menerima korban dari serangan di sebuah rumah di lingkungan Tuffah, termasuk empat orang tewas dan beberapa orang terluka. Sementara itu, Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza selatan, menyatakan bahwa dua anak tewas dan delapan orang terluka dalam serangan pesawat tak berawak terhadap sebuah tenda di kamp pengungsi Gaza. Insiden-insiden ini menyoroti kerentanan warga sipil dalam konflik bersenjata dan kebutuhan mendesak untuk perlindungan mereka. Kehilangan nyawa anak-anak dalam serangan ini sangat tragis dan menekankan perlunya semua pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional.
Rencana Perdamaian Trump dan Respon Hamas
Rencana perdamaian untuk Gaza yang dipresentasikan oleh Trump menyerukan gencatan senjata, pembebasan sandera dalam waktu 72 jam, pelucutan senjata Hamas, dan penarikan Israel secara bertahap dari Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendukung rencana ini. Namun, Hamas mengatakan bahwa mereka siap untuk membebaskan para sandera yang ditahan di Gaza di bawah rencana Trump, tetapi menginginkan negosiasi mengenai rincian dan hak untuk menentukan masa depan wilayah Palestina. Posisi Hamas menunjukkan adanya kesediaan untuk bernegosiasi, tetapi juga menekankan pentingnya membahas isu-isu mendasar terkait masa depan Gaza dan hak-hak rakyat Palestina. Negosiasi yang konstruktif dan inklusif sangat penting untuk mencapai solusi yang berkelanjutan.
Reaksi Internasional dan Upaya Mediasi
Serangan Israel terhadap Gaza, yang terjadi meskipun ada seruan untuk gencatan senjata, telah memicu kecaman internasional. Banyak negara dan organisasi internasional menyerukan penghentian segera kekerasan dan mendesak semua pihak untuk kembali ke meja perundingan. Upaya mediasi terus dilakukan oleh berbagai pihak untuk meredakan ketegangan dan mencapai kesepakatan yang akan mengakhiri konflik. Penting bagi masyarakat internasional untuk bersatu dalam menyerukan perdamaian dan memberikan dukungan kemanusiaan kepada warga sipil yang terkena dampak kekerasan. Diplomasi yang intensif dan komitmen untuk mencari solusi damai sangat penting untuk mengakhiri siklus kekerasan yang berkepanjangan ini.