Aktivis iklim terkemuka asal Swedia, Greta Thunberg, mendapatkan sambutan meriah dari para pendukung pro-Palestina setibanya di Athena, Yunani. Kedatangannya ini menyusul deportasi dirinya dari Israel, bersama ratusan aktivis lainnya, setelah upaya mereka untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dihalangi. Insiden ini kembali menyoroti konflik yang sedang berlangsung dan upaya aktivis untuk memberikan dukungan kepada warga Palestina di Gaza. Penahanan dan deportasi para aktivis memicu kecaman internasional dan memicu perdebatan tentang blokade Israel di Gaza dan hak untuk memberikan bantuan kemanusiaan.
Thunberg, yang kini berusia 22 tahun, menjadi simbol perlawanan dan advokasi bagi isu-isu kemanusiaan global. Tindakannya, meskipun menghadapi risiko pribadi, menggarisbawahi pentingnya solidaritas internasional dalam menghadapi krisis kemanusiaan. Deportasi dan tuduhan perlakuan buruk oleh pasukan Israel semakin memperburuk ketegangan dan memicu seruan untuk penyelidikan independen atas peristiwa tersebut. Peristiwa ini menyoroti kompleksitas konflik Israel-Palestina dan peran aktivis dalam menantang status quo.
Deportasi Aktivis dan Dampaknya
Kementerian Luar Negeri Israel mengkonfirmasi bahwa mereka telah mendeportasi sejumlah besar aktivis, termasuk Greta Thunberg, setelah mencegat armada bantuan kemanusiaan yang menuju Gaza. Tindakan ini dilakukan sebagai bagian dari kebijakan blokade Israel terhadap wilayah tersebut. Total ratusan aktivis dari berbagai negara dikirim kembali ke negara asal mereka setelah ditahan. Kejadian ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia dan pemerintah negara-negara yang warganya terlibat.
Dampak dari deportasi ini sangat signifikan. Selain menghalangi pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza, tindakan tersebut juga menimbulkan pertanyaan tentang kebebasan berekspresi dan hak untuk melakukan protes damai. Para aktivis yang dideportasi menyatakan kekecewaan mereka atas tindakan Israel dan menegaskan komitmen mereka untuk terus mendukung rakyat Palestina. Insiden ini kemungkinan akan memperkuat seruan untuk mengakhiri blokade Gaza dan menemukan solusi damai untuk konflik tersebut.
Tuduhan Genosida dan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Setibanya di Athena, Greta Thunberg dengan tegas menyatakan bahwa "genosida sedang terjadi" di Gaza. Pernyataan ini merujuk pada operasi militer Israel di wilayah tersebut dan dampaknya yang menghancurkan terhadap penduduk sipil. Ia juga mengkritik sistem internasional karena dianggap gagal melindungi warga Palestina dan mencegah kejahatan perang. Thunberg menekankan bahwa armada bantuan mereka hadir untuk bertindak di mana pemerintah gagal memenuhi kewajiban hukum mereka.
PBB melaporkan bahwa sebagian besar penduduk Gaza, yang berjumlah jutaan jiwa, telah kehilangan tempat tinggal dan menghadapi kelaparan. Kondisi kemanusiaan di Gaza sangat memprihatinkan, dengan kekurangan makanan, air bersih, dan pasokan medis yang meluas. Israel menolak tuduhan genosida dan mengklaim bahwa laporan tentang kelaparan di Gaza "dibesar-besarkan". Pemerintah Israel berpendapat bahwa armada bantuan tersebut hanyalah aksi publisitas yang menguntungkan kelompok Hamas.
Perlakuan Tidak Manusiawi dan Bantahan Israel
Sejumlah aktivis yang dideportasi menuduh pasukan Israel melakukan perlakuan tidak manusiawi selama penahanan mereka. Tuduhan tersebut mencakup kekerasan fisik, kekurangan air dan makanan, serta penahanan di ruang sempit. Seorang pengacara asal Spanyol menggambarkan pengalaman mengerikan yang dialaminya, termasuk pemukulan, penyeretan di tanah, penutupan mata, pengikatan tangan dan kaki, serta penghinaan. Namun, Kementerian Luar Negeri Israel membantah keras tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai "kebohongan". Mereka mengklaim bahwa semua tahanan mendapat akses ke kebutuhan dasar dan bantuan hukum. Israel juga merilis foto-foto Thunberg di bandara untuk membuktikan bahwa prosedur hukum telah dijalankan dengan benar.
Respon Internasional dan Kondisi Aktivis yang Ditahan
Kedutaan Besar Swiss di Tel Aviv menyatakan bahwa warga negara mereka yang ditahan berada dalam kondisi "relatif baik" setelah dikunjungi. Mantan Wali Kota Barcelona, Ada Colau, yang juga termasuk dalam rombongan armada, mengakui adanya perlakuan buruk, tetapi menekankan bahwa hal itu tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami rakyat Palestina setiap hari. Respon internasional terhadap insiden ini bervariasi, dengan beberapa negara mengecam tindakan Israel dan yang lain menyerukan penyelidikan independen atas tuduhan perlakuan buruk. Peristiwa ini menyoroti polarisasi pandangan tentang konflik Israel-Palestina dan tantangan dalam mencapai solusi damai.
Tanggapan Greta Thunberg atas Perlakuan yang Diterima
Greta Thunberg mengakui bahwa ia mengalami perlakuan buruk selama penahanan, namun ia enggan memberikan rincian lebih lanjut. Ia menekankan bahwa fokus utamanya adalah pada situasi di Gaza dan tuduhannya bahwa Israel terus memperburuk genosida dan penghancuran massal dengan tujuan menghapus seluruh bangsa. Thunberg juga menuduh Israel melanggar hukum internasional dengan menghalangi bantuan kemanusiaan bagi warga yang kelaparan di Gaza. Pernyataannya mencerminkan komitmennya yang tak tergoyahkan untuk membela hak-hak rakyat Palestina dan menyoroti apa yang ia lihat sebagai pelanggaran hukum internasional oleh Israel.