Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, menjadi sorotan setelah ditahan oleh pihak berwenang Israel. Penahanan ini terjadi terkait dengan partisipasinya dalam misi Global Sumud Flotilla, sebuah upaya pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Thunberg, bersama ratusan aktivis lainnya, ditangkap ketika puluhan kapal yang mereka tumpangi dicegat oleh pasukan Israel. Insiden ini memicu berbagai reaksi, dengan laporan yang saling bertentangan mengenai perlakuan yang diterima Thunberg selama penahanan. Kabar tentang penahanannya dan dugaan perlakuan buruk yang ia alami dengan cepat menyebar, memicu kecaman dari berbagai pihak dan meningkatkan ketegangan antara aktivis pro-Palestina dan pemerintah Israel.
Deportasi Greta Thunberg ke Yunani
Setelah penahanannya, Greta Thunberg dilaporkan akan dideportasi ke Yunani. Informasi ini disampaikan oleh saluran televisi Israel, i24News, yang mengutip laporan dari Anadolu Agency. Selain Thunberg, sejumlah warga negara Yunani yang juga terlibat dalam misi Global Sumud Flotilla juga akan dideportasi bersamaan. Total ada sekitar 165 aktivis yang dijadwalkan untuk dipulangkan dengan penerbangan yang sama. Deportasi ini merupakan bagian dari tindakan yang diambil oleh Israel terhadap para aktivis yang mencoba memasuki Jalur Gaza tanpa izin. Langkah ini menuai kritik dari berbagai organisasi hak asasi manusia yang menilai bahwa Israel seharusnya mengizinkan bantuan kemanusiaan untuk mencapai warga Gaza.
Penangkapan Ratusan Aktivis Global Sumud Flotilla
Penahanan Greta Thunberg merupakan bagian dari penangkapan lebih dari 400 aktivis, anggota parlemen, dan pengacara dari berbagai negara yang ikut serta dalam Global Sumud Flotilla. Pasukan Israel mencegat puluhan kapal yang berupaya mendekati Jalur Gaza pada Rabu, 1 Oktober. Misi ini bertujuan untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Gaza yang menghadapi berbagai kesulitan akibat blokade yang diberlakukan oleh Israel. Namun, Israel berpendapat bahwa konvoi tersebut merupakan provokasi dan berupaya melanggar hukum maritim internasional. Penangkapan massal ini memicu protes di berbagai negara dan meningkatkan seruan untuk mengakhiri blokade terhadap Gaza.
Dugaan Perlakuan Buruk Selama Penahanan
Sejumlah laporan mengklaim bahwa Greta Thunberg mengalami perlakuan buruk selama penahanannya oleh pasukan Israel. Menurut korespondensi yang dilihat oleh The Guardian, Thunberg menyampaikan kepada pejabat Swedia bahwa dirinya ditahan di sel yang penuh dengan kutu busuk dan tidak diberi makanan serta air yang cukup. Selain itu, seorang aktivis lain yang juga ditahan menuturkan bahwa pasukan Israel memaksa Thunberg untuk memegang bendera Israel untuk difoto. Klaim-klaim ini diperkuat oleh aktivis lain, termasuk Ersin Celik dari Turki, yang menyatakan bahwa Thunberg disiksa dan dipaksa merangkak serta mencium bendera Israel. Jurnalis Italia, Lorenzo D'Agostino, juga memberikan pernyataan serupa, menyebut bahwa Thunberg "dibungkus dengan bendera Israel dan diarak bak piala".
Tanggapan Israel Terhadap Tuduhan
Pemerintah Israel belum memberikan tanggapan langsung terhadap tuduhan penganiayaan terhadap Greta Thunberg. Namun, Kementerian Luar Negeri Israel sebelumnya telah membantah laporan-laporan tentang perlakuan buruk terhadap para aktivis yang ditahan, menyebutnya sebagai "kebohongan besar". Dalam pernyataan melalui media sosial X, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa semua aktivis yang ditahan berada dalam kondisi "aman dan dalam keadaan sehat". Mereka juga menambahkan bahwa Israel ingin menyelesaikan deportasi yang tersisa secepat mungkin. Pernyataan ini bertentangan dengan laporan-laporan dari para aktivis yang ditahan, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang kebenaran informasi yang diberikan oleh kedua belah pihak.