Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, baru saja tiba di Yunani setelah dideportasi oleh otoritas Israel. Deportasi ini merupakan buntut dari partisipasinya dalam Global Sumud Flotilla, sebuah armada yang terdiri dari 160 aktivis yang berupaya menembus blokade Israel terhadap Gaza. Kedatangan Thunberg di Yunani disambut dengan sorak sorai dan pernyataan keras mengenai situasi yang terjadi di Gaza. Ia mengecam tindakan militer Israel sebagai genosida dan menyoroti kegagalan sistem internasional dalam melindungi warga Palestina. Thunberg, yang kini berusia 22 tahun, dikenal luas karena aktivismenya dalam isu perubahan iklim dan kerap menyuarakan keprihatinannya terhadap berbagai masalah global, termasuk konflik dan ketidakadilan. Kehadirannya dalam flotilla ini semakin mempertegas komitmennya terhadap isu-isu kemanusiaan yang lebih luas.
Kedatangan Greta Thunberg di Yunani Usai Dideportasi
Greta Thunberg tiba di Yunani bersama dengan 160 aktivis lainnya setelah dideportasi oleh Israel. Kementerian Luar Negeri Yunani mengonfirmasi kedatangan mereka pada hari Senin. Dari total aktivis yang dideportasi, 27 di antaranya adalah warga negara Yunani, sementara 134 lainnya berasal dari 15 negara berbeda. Kedatangan mereka di Athena menjadi pusat perhatian media dan para pendukung yang menyambut dengan antusias. Deportasi ini terjadi setelah upaya mereka untuk menembus blokade maritim Israel ke Gaza sebagai bagian dari Global Sumud Flotilla. Aksi ini bertujuan untuk menarik perhatian dunia pada kondisi kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut dan menekan Israel untuk mencabut blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Tudingan Genosida di Gaza oleh Greta Thunberg
Setibanya di bandara Athena, Greta Thunberg langsung menyampaikan pernyataan tegas mengenai situasi di Gaza. Ia menuduh militer Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina. Thunberg menyatakan bahwa sistem internasional telah mengkhianati Palestina dan gagal mencegah terjadinya kejahatan perang terburuk. Pernyataan ini mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap respons global terhadap konflik yang sedang berlangsung dan menyerukan tindakan yang lebih tegas untuk melindungi warga sipil. Ia menekankan bahwa tujuan dari Global Sumud Flotilla adalah untuk mengambil tindakan ketika pemerintah gagal memenuhi kewajiban hukum mereka dalam melindungi hak asasi manusia dan mencegah pelanggaran hukum internasional. Tuduhan genosida ini tentu akan memicu perdebatan yang lebih luas dan mendalam tentang konflik Israel-Palestina.
Tujuan Global Sumud Flotilla ke Gaza
Greta Thunberg menjelaskan bahwa tujuan utama dari Global Sumud Flotilla adalah untuk bertindak atas kegagalan pemerintah dalam memenuhi kewajiban hukum terkait situasi di Gaza. Flotilla ini merupakan upaya masyarakat sipil internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan menunjukkan solidaritas kepada warga Palestina yang terkena dampak blokade. Selain itu, flotilla ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang kondisi kehidupan di Gaza dan menekan pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih efektif dalam mengakhiri blokade dan mencari solusi damai untuk konflik tersebut. Tindakan ini juga merupakan bentuk protes terhadap impunitas yang dirasakan oleh banyak orang terkait dengan tindakan Israel di wilayah tersebut.
Dugaan Perlakuan Tidak Manusiawi Terhadap Thunberg
Selain deportasi, muncul laporan mengenai perlakuan tidak manusiawi yang dialami Greta Thunberg selama penahanannya oleh pasukan Israel. Jurnalis Turki, Ersin Celik, yang juga merupakan peserta Sumud Flotilla, mengklaim bahwa Thunberg diseret di tanah dan dipaksa mencium bendera Israel. Klaim ini tentu saja menimbulkan kecaman dari berbagai pihak dan menuntut penyelidikan lebih lanjut. Jika benar, tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan memperburuk citra Israel di mata internasional. Meskipun belum ada konfirmasi independen mengenai klaim ini, laporan tersebut menyoroti potensi pelanggaran yang terjadi selama penahanan dan deportasi para aktivis.
Konfirmasi dari Kementerian Luar Negeri Slovakia
Kementerian Luar Negeri Slovakia mengonfirmasi bahwa 10 orang yang dideportasi telah tiba di negara tersebut. Di antara mereka, satu orang adalah warga negara Slovakia, sementara sembilan lainnya berasal dari Belanda, Kanada, dan Amerika Serikat. Konfirmasi ini menunjukkan bahwa para aktivis yang terlibat dalam Global Sumud Flotilla berasal dari berbagai negara di seluruh dunia, mencerminkan dukungan internasional yang luas terhadap perjuangan Palestina. Kedatangan mereka di Slovakia disambut oleh perwakilan pemerintah dan organisasi masyarakat sipil yang memberikan dukungan dan bantuan. Kejadian ini semakin mempertegas dimensi internasional dari konflik Israel-Palestina dan pentingnya keterlibatan masyarakat global dalam mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.