Kenaikan harga emas yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa menjadi sorotan utama di pasar keuangan. Pada tanggal 17 Oktober 2025, harga emas Antam mencetak rekor baru dengan melonjak sebesar Rp 78 ribu per gram, mencapai Rp 2.485.000 per gram. Lonjakan harga ini memicu berbagai reaksi dan analisis dari para ahli, mencoba memahami faktor-faktor yang mendorong kenaikan signifikan tersebut. Fenomena ini bukan hanya sekadar angka, tetapi juga mencerminkan dinamika kompleks yang terjadi di pasar global, serta bagaimana investor merespons ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Pandu Sjahrir, seorang ahli di bidang investasi, memberikan pandangannya mengenai penyebab di balik lonjakan harga emas yang mencolok ini. Analisisnya memberikan wawasan berharga tentang bagaimana peristiwa global dan sentimen pasar dapat memengaruhi nilai aset safe-haven seperti emas. Kenaikan harga emas ini juga menjadi pengingat bagi investor untuk selalu mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil keputusan investasi.
Faktor Pemicu Lonjakan Harga Emas Menurut Bos Danantara
Menurut Pandu Sjahrir, Chief Investment Officer (CIO) Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, lonjakan harga emas yang terjadi saat ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Ia berpendapat bahwa tren kenaikan harga emas sebenarnya sudah diprediksi sejak beberapa tahun sebelumnya. Pandu menyoroti beberapa faktor global utama yang memicu kenaikan harga emas, termasuk perang dagang dan pelemahan nilai dolar AS. Perang dagang menciptakan ketidakpastian ekonomi global, mendorong investor mencari aset yang dianggap aman seperti emas. Pelemahan nilai dolar AS juga membuat emas menjadi lebih menarik bagi investor yang memegang mata uang lain, karena harga emas menjadi relatif lebih murah dalam mata uang mereka.
Selain itu, Pandu juga menyoroti bahwa fenomena ini sebenarnya sudah berlangsung sejak 5-6 tahun lalu. Artinya, pasar sebenarnya sudah diberi sinyal mengenai potensi kenaikan harga emas. Namun, banyak investor yang baru menyadari tren ini sekarang, didorong oleh rasa takut ketinggalan atau fear of missing out (FOMO).
Peran Perang Dagang dan Pelemahan Dolar AS
Perang dagang antara negara-negara besar di dunia telah menciptakan ketidakpastian ekonomi yang signifikan. Ketika ketidakpastian meningkat, investor cenderung mencari aset yang dianggap aman atau safe haven. Emas telah lama dianggap sebagai aset safe haven karena nilainya cenderung stabil bahkan dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti. Permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven meningkat selama periode perang dagang, yang pada gilirannya mendorong harga emas lebih tinggi.
Pelemahan nilai dolar AS juga berkontribusi pada kenaikan harga emas. Emas sering kali dihargai dalam dolar AS, sehingga ketika nilai dolar AS melemah, harga emas menjadi relatif lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Hal ini meningkatkan permintaan terhadap emas dan mendorong harganya naik. Hubungan terbalik antara nilai dolar AS dan harga emas adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis tren harga emas.
Fenomena FOMO dan Kesadaran Investor
Pandu Sjahrir menyoroti bahwa fenomena fear of missing out (FOMO) memainkan peran penting dalam lonjakan harga emas saat ini. Banyak investor yang baru menyadari potensi kenaikan harga emas sekarang, setelah melihat harga emas terus meningkat. Mereka takut ketinggalan tren dan ingin ikut serta dalam keuntungan yang mungkin diperoleh dari investasi emas. Fenomena FOMO ini mendorong lebih banyak investor untuk membeli emas, yang pada gilirannya semakin mendorong harga emas naik. Namun, Pandu juga menekankan bahwa tren kenaikan harga emas sebenarnya sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Ia mengatakan bahwa pasar sebenarnya sudah diberi sinyal mengenai potensi kenaikan harga emas, tetapi banyak investor yang baru menyadari tren ini sekarang.
Kepercayaan Generasi Muda pada Aset Dasar Kuat
Pandu menambahkan bahwa kondisi ini mencerminkan kepercayaan generasi muda terhadap nilai aset yang memiliki dasar kuat seperti emas. Generasi muda semakin tertarik untuk berinvestasi pada aset yang dianggap aman dan stabil, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Emas dianggap sebagai salah satu aset yang memiliki dasar kuat karena nilainya cenderung stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi pasar saham atau obligasi. Ketertarikan generasi muda terhadap emas sejalan dengan kecenderungan yang sama terhadap aset kripto seperti USDT, yang juga dianggap memiliki dasar yang kuat.