Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan yang fluktuatif pada sesi pertama perdagangan hari ini. Sempat dibuka dengan kenaikan yang menjanjikan, indeks kemudian berbalik arah dan ditutup sedikit melemah. Meskipun demikian, aktivitas perdagangan tetap ramai dengan nilai transaksi yang signifikan. Performa sektor juga bervariasi, dengan beberapa sektor mencatatkan penguatan sementara yang lain mengalami koreksi. Saham-saham dari perusahaan konglomerat menjadi motor penggerak utama, sementara saham dengan kapitalisasi pasar besar justru menjadi pemberat.
Pekan ini, pelaku pasar akan disuguhi berbagai agenda penting, baik dari dalam maupun luar negeri. Keputusan Bank Indonesia, notulen rapat The Federal Reserve, serta kelanjutan penutupan pemerintahan di Amerika Serikat akan menjadi faktor-faktor kunci yang memengaruhi arah pergerakan IHSG dan nilai tukar rupiah. Sentimen global dan regional turut mewarnai dinamika pasar saham.
Pergerakan IHSG Hari Ini: Antara Penguatan dan Pelemahan
Pada penutupan sesi pertama perdagangan, IHSG tercatat melemah tipis sebesar 0,06% atau terkoreksi 4,71 poin, berakhir di level 8.113,58. Awalnya, indeks sempat melesat 0,34% saat pembukaan perdagangan, memberikan harapan akan tren positif. Namun, sentimen pasar berubah di tengah sesi, menyebabkan indeks berbalik arah. Sebanyak 259 saham berhasil mencatatkan kenaikan, sementara 420 saham mengalami penurunan, dan 118 saham lainnya tidak mengalami perubahan harga.
Nilai transaksi perdagangan hari ini tergolong ramai, mencapai Rp 17,37 triliun dengan melibatkan 27,50 miliar saham dalam 1,84 juta kali transaksi. Hal ini menunjukkan bahwa minat investor untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia masih cukup tinggi. Pergerakan saham yang bervariasi memberikan peluang bagi para investor untuk melakukan trading dan mendapatkan keuntungan.
Sektor yang Memimpin dan Tertinggal
Sektor perdagangan utilitas dan properti mencatatkan penguatan tertinggi pada perdagangan hari ini. Hal ini mengindikasikan adanya sentimen positif terhadap sektor-sektor tersebut, yang mungkin didorong oleh faktor-faktor seperti peningkatan konsumsi atau proyek-proyek pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, sektor finansial dan energi mengalami koreksi paling dalam. Penurunan pada sektor finansial mungkin disebabkan oleh kekhawatiran terhadap potensi kenaikan suku bunga, sementara penurunan pada sektor energi mungkin dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas.
Penggerak dan Pemberat IHSG
Emiten konglomerat menjadi penggerak utama kinerja IHSG hari ini. Saham-saham dari perusahaan-perusahaan besar ini berhasil mencatatkan kenaikan yang signifikan, memberikan kontribusi positif terhadap indeks. Sebaliknya, emiten dengan kapitalisasi pasar raksasa justru menjadi penekan kinerja IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa performa saham-saham besar ini kurang memuaskan pada hari ini, mungkin karena adanya aksi jual atau sentimen negatif lainnya.
Saham Konglomerat Melesat: Siapa Saja Juaranya?
Saham-saham milik Prajogo Pangestu tercatat menguat signifikan pada perdagangan hari ini. Saham Barito Pacific (BRPT) naik 4,16% ke Rp 4.010 per saham, dengan kontribusi 9,98 indeks poin. Selain itu, saham Multipolar Technology (MLPT) menyentuh batas auto rejection atas (ARA) atau naik 10% di papan pemantauan khusus ke Rp 197.225 per saham, dengan sumbangsih 7,92 indeks poin. Kenaikan signifikan pada saham-saham ini menunjukkan bahwa investor memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap prospek bisnis perusahaan-perusahaan tersebut.
Sejumlah emiten konglomerat lain yang menjadi penggerak IHSG hari ini termasuk deretan emiten milik Prajogo Pangestu yakni TPIA, CDIA dan BREN. Lalu ada juga saham tambang emas Grup Salim dan Bakrie (BRMS) dan saham properti milik Aguan (PANI). Kinerja positif saham-saham ini memberikan dorongan bagi IHSG secara keseluruhan.
Di sisi lain, saham-saham seperti TLKM, DCII, BYAN, BBRI, dan BMRI menjadi pemberat utama kinerja IHSG hari ini. Penurunan pada saham-saham ini menahan laju IHSG dan menyebabkan indeks terkoreksi.
Sentimen Pasar Global dan Regional: Pengaruhnya pada IHSG
Pekan kedua Oktober akan menjadi periode yang padat bagi pelaku pasar, baik di dalam maupun luar negeri. Sejumlah rilis ekonomi dari Bank Indonesia (BI), risalah rapat The Federal Reserve (The Fed), hingga penutupan pemerintahan Amerika Serikat yang masih berlanjut akan menjadi penentu arah pergerakan IHSG hingga rupiah sepanjang pekan ini. Selain itu, pasar juga akan terus mencermati kondisi penutupan pemerintahan AS yang masih berlangsung dan belum memiliki kejelasan hingga kapan ini akan berakhir. Ketidakpastian global ini dapat memengaruhi sentimen investor dan menyebabkan fluktuasi pada pasar saham.
Sementara itu, Bursa Asia secara mayoritas bergerak naik pada awal pekan ini, Senin (6/10/2025). Para investor menyoroti iklim politik Jepang yang akan mempengaruhi kebijakan perekonomian. Indeks Nikkei 225 Jepang melonjak di atas 4% dan mencapai rekor tertinggi dalam menyambut awal pekan ini. Begitu pula dengan indeks Topix juga naik lebih dari 3% yang juga mencapai rekor tertingginya. Sementara, Indeks ASX / S&P 200 Australia juga naik 0,19%. Selain itu, indeks Hang Seng Hong Kong juga dibuka sedikit lebih tinggi dengan kontrak berjangka diperdagangkan di 27.153, dibandingkan dengan penutupan indeks sebelumnya di 27.140,92. Sementara Pasar China dan Korea Selatan tutup karena hari libur.
Di sisi lain, pada akhir pekan lalu di Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama ditutup lebih tinggi. S&P 500 turun dari rekornya pada hari Jumat tetapi bertahan pada kenaikan mingguan yang solid meskipun penutupan pemerintah AS berlarut-larut untuk hari ketiga, naik hanya 0,01% pada 6.715,79. Nasdaq Composite turun 0,28% dan ditutup pada 22.780,51. Dow Jones Industrial Average mengungguli, diperdagangkan lebih tinggi 238,56 poin, atau 0,51%, dan berakhir di 46.758,28. Russell 2000 juga naik 0,72% menjadi ditutup pada 2.476,18.