Israel kembali mengeluarkan peringatan keras kepada warga sipil Palestina yang berada di Kota Gaza pada Rabu (1/10) waktu setempat. Peringatan ini mendesak mereka untuk segera meninggalkan kota tersebut, yang merupakan wilayah terbesar di Jalur Gaza. Langkah ini diambil seiring dengan meningkatnya tekanan dari pasukan Israel yang semakin memperketat pengepungan di sekitar Kota Gaza. Situasi di lapangan semakin mencekam dengan laporan mengenai pengeboman dahsyat yang mengguncang kota tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa tentaranya sedang berupaya memperketat pengepungan di Kota Gaza, meningkatkan kekhawatiran akan dampak kemanusiaan yang lebih besar. Peringatan ini menjadi babak baru dalam konflik yang berkepanjangan, dengan harapan warga sipil dapat segera menemukan tempat yang aman di tengah situasi yang semakin tidak menentu.
Peringatan Terakhir Israel untuk Warga Gaza
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyampaikan pernyataan melalui media sosial X bahwa ini adalah "kesempatan terakhir" bagi warga Gaza yang ingin mengungsi ke wilayah selatan. Ia menekankan pentingnya langkah ini agar anggota Hamas dapat terisolasi di Kota Gaza. Katz memperingatkan bahwa warga yang memilih untuk tetap tinggal akan dianggap sebagai teroris atau pendukung teroris. Pernyataan ini menimbulkan dilema besar bagi warga sipil yang terjebak di tengah konflik. Implikasi dari peringatan ini sangat serius, mengingat potensi risiko yang dihadapi mereka yang tidak dapat atau tidak ingin meninggalkan rumah mereka.
Perebutan Koridor Netzarim dan Dampaknya
Dalam pernyataannya, Katz juga mengungkapkan bahwa militer Israel telah berhasil merebut Koridor Netzarim. Koridor ini berfungsi sebagai penghubung antara wilayah Jalur Gaza bagian tengah dan pesisir barat, sehingga secara efektif memisahkan wilayah utara dari selatan. Perebutan koridor ini memiliki konsekuensi signifikan terhadap mobilitas penduduk dan distribusi bantuan kemanusiaan. Katz menambahkan bahwa siapa pun yang meninggalkan Kota Gaza menuju selatan harus melewati serangkaian pos pemeriksaan militer Israel. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan dan perlakuan yang akan diterima oleh para pengungsi.
Kondisi Warga Sipil di Kota Gaza
Di tengah situasi yang memburuk, warga sipil seperti Rabah al-Halabi, seorang pria berusia 60 tahun yang mengungsi di halaman Rumah Sakit Al-Shifa, menggambarkan ledakan yang terjadi terus-menerus. Meskipun demikian, Al-Halabi bersikeras untuk tidak meninggalkan Kota Gaza, karena ia merasa situasinya tidak berbeda dengan wilayah selatan. Ia menambahkan, "Semua area berbahaya, pengeboman terjadi di mana-mana, dan pengungsian itu mengerikan dan memalukan. Kami menunggu kematian, atau mungkin pertolongan dari Tuhan, dan gencatan senjata yang akan datang." Senada dengan Al-Halabi, Fadel al-Jadba yang berusia 26 tahun juga menyatakan niatnya untuk tetap tinggal.
Tanggapan Hamas Terhadap Peringatan Israel
Kelompok Hamas menanggapi peringatan yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel dengan menyebutnya sebagai "awal dari meningkatnya kejahatan perang yang dilakukan oleh tentaranya". Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat antara kedua belah pihak dan meningkatkan kekhawatiran tentang potensi eskalasi konflik. Hamas kini sedang mempertimbangkan rencana perdamaian untuk Jalur Gaza yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump dan didukung oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Rencana tersebut mencakup seruan gencatan senjata, pembebasan sandera oleh Hamas, perlucutan senjata Hamas, pembebasan tahanan Palestina, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap.
Diskusi Rencana Perdamaian dan Tantangannya
Sumber Palestina yang dekat dengan para pemimpin Hamas mengungkapkan bahwa "belum ada keputusan akhir" yang diambil terkait rencana perdamaian tersebut. Mereka memperkirakan bahwa gerakan tersebut membutuhkan waktu dua hingga tiga hari untuk mencapai kesepakatan. Ketidakpastian ini menyoroti kompleksitas negosiasi dan berbagai tantangan yang harus diatasi untuk mencapai solusi yang berkelanjutan. Masa depan Jalur Gaza dan warganya masih tergantung pada hasil diskusi yang sedang berlangsung dan kemauan politik dari semua pihak yang terlibat untuk mencapai perdamaian.