Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja terus berupaya meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat melalui penerapan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR). Sistem ini dirancang sebagai alat deteksi dini terhadap potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dapat mengancam kesehatan warga Kota Jogja. Langkah ini diambil sebagai respons proaktif terhadap berbagai penyakit menular yang berpotensi menimbulkan dampak serius bagi kesehatan publik. Dengan SKDR, diharapkan penanganan KLB dapat dilakukan lebih cepat dan efektif, meminimalkan risiko penyebaran penyakit dan melindungi masyarakat dari ancaman kesehatan yang mungkin timbul. Sistem ini menjadi bagian penting dari strategi kesehatan kota untuk menjaga kualitas hidup dan kesejahteraan seluruh warga.
Daftar Penyakit yang Dipantau dalam Sistem Kewaspadaan Dini
Dinkes Kota Jogja menetapkan 24 jenis penyakit yang menjadi fokus utama dalam sistem kewaspadaan dini. Penyakit-penyakit ini memiliki potensi untuk menimbulkan KLB dan memerlukan perhatian khusus. Beberapa penyakit yang termasuk dalam daftar tersebut adalah:
- Demam Berdarah Dengue (DBD)
- Leptospirosis
- Difteri
- Campak
- Pertusis
- Hepatitis
- Covid-19
- Pneumonia
- ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Pemantauan terhadap 24 penyakit ini dilakukan secara intensif untuk mendeteksi dini adanya peningkatan kasus yang signifikan. Dengan demikian, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian dapat segera diambil untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas.
Pentingnya Penerapan SKDR dalam Mencegah Penyakit Menular
Penerapan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) memiliki peran krusial dalam upaya deteksi dini dan pengendalian penyakit menular di Kota Jogja. Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Jogja, menekankan pentingnya sistem ini sebagai langkah proaktif dalam menghadapi ancaman penyakit menular. Ia berharap seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dapat berpartisipasi aktif dengan menyusun tren mingguan dari 24 penyakit potensial KLB. Data yang terkumpul akan menjadi dasar analisis dan pengambilan keputusan cepat saat terjadi lonjakan kasus. Semakin lengkap dan akurat data yang diterima, semakin berkualitas pula identifikasi dan analisis faktor risiko penyakit yang dapat dilakukan.
Peran Aktif Fasilitas Kesehatan dalam Sistem SKDR
Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) memegang peranan penting dalam keberhasilan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR). Diharapkan setiap fasyankes secara rutin menyusun tren mingguan dari 24 penyakit potensial KLB. Laporan yang akurat dan tepat waktu dari fasyankes akan memberikan gambaran yang jelas mengenai situasi penyakit di lapangan. Data ini kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi potensi peningkatan kasus dan faktor risiko yang mungkin mempengaruhinya. Dengan informasi yang komprehensif, Dinkes Kota Jogja dapat mengambil tindakan yang tepat dan efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dan melindungi masyarakat.
Fitur Peringatan Dini pada Aplikasi SKDR
Sistem SKDR dilengkapi dengan fitur alert atau peringatan dini yang akan muncul secara otomatis di aplikasi ketika jumlah kasus suatu penyakit melebihi ambang batas kewaspadaan. Fitur ini memungkinkan tenaga medis untuk segera mengetahui adanya potensi KLB dan mengambil tindakan yang diperlukan. Setelah peringatan muncul, tenaga medis akan melakukan verifikasi diagnosis dan menindaklanjutinya dengan respons cepat. Hal ini memastikan bahwa setiap kasus penyakit yang berpotensi menjadi KLB mendapatkan perhatian segera dan penanganan yang tepat.
Sumber Data dan Proses Deteksi Penyakit
Data SKDR berasal dari laporan mingguan kunjungan pasien di puskesmas dan rumah sakit. Dari laporan tersebut, Dinkes Kota Jogja melakukan deteksi berdasarkan gejala penyakit menular yang diklasifikasikan melalui diagnosis ICD-X. Proses ini memungkinkan identifikasi dini terhadap potensi KLB dan pengambilan langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. Dengan menggunakan data yang akurat dan sistem deteksi yang efektif, Dinkes Kota Jogja berupaya untuk menjaga kesehatan masyarakat dan mencegah penyebaran penyakit menular.