Korea Utara (Korut) kembali menjadi sorotan dunia setelah menggelar parade militer besar-besaran di Pyongyang. Acara ini bukan sekadar unjuk kekuatan, melainkan juga menjadi ajang penting untuk memamerkan persenjataan tercanggih mereka kepada dunia, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) terbaru, Hwasong-20. Parade ini juga menjadi momentum penting karena dihadiri oleh para pejabat tinggi dari Rusia dan China, dua negara yang memiliki hubungan dekat dengan Korut. Kehadiran mereka menjadi sinyal dukungan terhadap rezim Kim Jong Un di tengah isolasi internasional yang semakin meningkat. Aksi Korut ini tentu saja memicu kekhawatiran di antara negara-negara tetangga dan masyarakat internasional, mengingat potensi destabilisasi yang dapat ditimbulkan oleh program nuklir dan rudal balistiknya.
Parade Militer Meriah di Pyongyang: Perayaan Kekuatan Korut
Parade militer yang digelar di Alun-alun Kim Il Sung ini merupakan bagian dari perayaan 80 tahun kekuasaan Partai Buruh Korea. Ribuan orang dengan pakaian tradisional memadati jalanan, melambaikan bendera, dan bersorak sorai saat menyaksikan arak-arakan persenjataan. Parade ini menampilkan berbagai jenis senjata, mulai dari rudal balistik antarbenua hingga kendaraan peluncur drone, menunjukkan ambisi Korut untuk mengembangkan kekuatan militernya. Kehadiran delegasi dari Rusia dan China semakin menambah bobot politis dari acara ini, mengisyaratkan Solidaritas dan dukungan terhadap rezim Kim Jong Un.
Pameran Senjata Tercanggih: Fokus pada Rudal Balistik Antarbenua Hwasong-20
Sorotan utama dari parade militer ini adalah peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-20. Korut mengklaim bahwa Hwasong-20 adalah "sistem senjata strategis nuklir terkuat" mereka. Kemampuan ICBM ini menjadi perhatian utama karena potensi jangkauannya yang dapat mencapai wilayah Amerika Serikat. Selain Hwasong-20, parade ini juga menampilkan rudal-rudal jelajah strategis jarak jauh, rudal darat-ke-udara, dan rudal darat-ke-darat, yang menunjukkan perkembangan pesat dalam program persenjataan Korut. Pameran senjata ini sekaligus menjadi pesan kepada dunia bahwa Korut tidak akan gentar menghadapi tekanan internasional dan akan terus mengembangkan kemampuan militernya.
Dukungan Rusia dan China: Kehadiran Pejabat Tinggi dalam Parade
Kehadiran Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, dan Perdana Menteri China, Li Qiang, dalam parade militer ini menjadi sinyal kuat dukungan dari kedua negara tersebut terhadap Korut. Medvedev, sebagai sekutu penting Presiden Vladimir Putin, secara langsung menyaksikan parade tersebut, menunjukkan komitmen Rusia untuk memperkuat hubungan dengan Korut. Li Qiang, sebagai pemimpin delegasi Beijing, juga memberikan dukungan simbolis kepada rezim Kim Jong Un. Kehadiran para pejabat tinggi ini menunjukkan bahwa Korut memiliki sekutu penting yang bersedia mendukungnya di tengah isolasi internasional.
Pidato Kim Jong Un: Pesan untuk Dunia dan Penghormatan kepada Tentara di Ukraina
Dalam pidatonya di parade militer, Kim Jong Un menegaskan bahwa pasukan Korut akan terus menggandakan upaya partai untuk mengatasi kesulitan dan mewujudkan masa depan yang cerah. Ia juga memberikan penghormatan kepada tentara Korut yang bertempur bersama tentara Rusia dalam perang melawan Ukraina. Kim Jong Un menyatakan bahwa semangat juang heroik dan kemenangan yang diraih oleh angkatan bersenjata revolusioner Korut di medan perang asing menunjukkan kesempurnaan ideologis dan spiritual. Pidato ini menggarisbawahi dukungan Korut terhadap Rusia dalam konflik Ukraina dan tekadnya untuk terus mengembangkan kekuatan militernya.