Presiden Prancis, Emmanuel Macron, kembali menunjuk Sebastien Lecornu sebagai Perdana Menteri (PM) setelah Lecornu mengundurkan diri empat hari sebelumnya. Keputusan ini diambil di tengah krisis politik yang melanda Prancis, mengecewakan banyak pihak yang mengharapkan wajah baru dalam pemerintahan. Sekutu dan oposisi sama-sama berharap pemimpin baru dapat memecah kebuntuan yang disebabkan oleh kebijakan anggaran penghematan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Namun, Macron memilih untuk mempertahankan Lecornu, menunjukkan kepercayaan padanya untuk mengatasi tantangan yang ada. Penunjukan kembali ini memicu berbagai reaksi, mulai dari kemarahan hingga kekecewaan, dari berbagai tokoh politik di Prancis. Krisis ini menjadi ujian berat bagi Macron di awal masa kepresidenannya.
Penunjukan Kembali Sebastien Lecornu sebagai PM Prancis
Kantor kepresidenan Prancis, Elysee Palace, mengumumkan bahwa Presiden Macron telah menunjuk kembali Sebastien Lecornu sebagai Perdana Menteri dan menugaskannya untuk membentuk pemerintahan baru. Keputusan ini diambil setelah Lecornu mengundurkan diri di tengah krisis politik yang mendalam. Macron tampaknya memilih stabilitas dan pengalaman di tengah ketidakpastian politik yang melanda negara tersebut. Penunjukan ini sekaligus menjadi sinyal bahwa Macron ingin melanjutkan agenda pemerintahannya dengan tokoh yang sudah familiar dengan kebijakan dan tantangan yang ada.
Kebuntuan Politik di Prancis dan Pemilu Mendadak
Prancis mengalami kebuntuan politik sejak Macron melakukan perjudian politik dengan menggelar pemilu mendadak tahun lalu. Tujuannya adalah untuk memperkuat kekuasaannya, tetapi hasilnya justru sebaliknya. Parlemen menjadi tidak seimbang, dan partai sayap kanan ekstrem mendapatkan lebih banyak kursi. Situasi ini mempersulit Macron untuk menjalankan program-programnya dan menyebabkan ketidakstabilan politik yang berkepanjangan. Pemilu mendadak tersebut, alih-alih menyelesaikan masalah, justru memperburuk keadaan dan menciptakan polarisasi yang lebih dalam di masyarakat Prancis. Dampaknya masih terasa hingga saat ini dengan berbagai tantangan yang dihadapi pemerintah.
Janji Lecornu untuk Mengakhiri Krisis Politik
Setelah penunjukannya kembali, Lecornu menyatakan melalui media sosial X bahwa ia menerima tugas ini "karena kewajiban" dan bertekad untuk mengakhiri krisis politik yang melanda Prancis. Ia berjanji untuk melakukan segala yang mungkin untuk mengamankan anggaran bagi Prancis pada akhir tahun. Lecornu juga menekankan bahwa memulihkan keuangan publik tetap menjadi prioritas utama pemerintahannya. Dia menyerukan semua pihak untuk bekerja sama demi kepentingan negara dan mengesampingkan ambisi pribadi, terutama terkait pemilu presiden tahun 2027. Pernyataan ini mencerminkan kesadaran Lecornu akan beratnya tugas yang ada di hadapannya dan pentingnya persatuan dalam menghadapi krisis.
Reaksi Oposisi Terhadap Penunjukan Lecornu
Penunjukan kembali Lecornu disambut dengan kemarahan oleh oposisi. Pemimpin partai sayap kanan, National Rally, Jordan Bardella, menyebutnya sebagai "lelucon buruk" dan berjanji untuk segera mengupayakan pemungutan suara tidak percaya terhadap kabinet baru. Partai Sosialis, yang memegang peran penting dalam parlemen, menyatakan bahwa mereka "tidak mencapai kesepakatan" dengan Lecornu dan akan menggulingkan pemerintahannya jika ia tidak setuju untuk menangguhkan reformasi pensiun tahun 2023 yang menaikkan usia pensiun. Reaksi keras ini menunjukkan betapa sulitnya Lecornu akan menghadapi tantangan politik di parlemen dan betapa terpecahnya opini publik mengenai kebijakan pemerintah.