Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan tekadnya untuk mencapai seluruh tujuan perang di Gaza, dengan prioritas utama membebaskan para sandera yang ditahan oleh Hamas. Pernyataan ini muncul di tengah upaya mediasi intensif yang melibatkan Amerika Serikat dan Mesir, yang berupaya mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Netanyahu menekankan bahwa Israel akan terus berupaya menghapuskan kekuasaan Hamas di Gaza dan memastikan bahwa wilayah tersebut tidak lagi menjadi ancaman bagi keamanan Israel di masa depan. Komitmen ini mencerminkan eskalasi konflik yang berkelanjutan dan tantangan kompleks dalam mencapai solusi damai yang berkelanjutan. Sementara itu, dari pihak Hamas, Khalil El-Hayya, seorang negosiator kunci kelompok tersebut, menyuarakan kebutuhan akan jaminan yang kuat dari Amerika Serikat dan negara-negara sponsor bahwa perang di Gaza akan berakhir secara permanen.
Tekad Netanyahu: Mengamankan Sandera dan Menghapus Kekuasaan Hamas
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan tegas menyatakan bahwa prioritas utama Israel adalah membebaskan semua sandera yang ditahan oleh Hamas. Selain itu, ia menegaskan tekadnya untuk menghapuskan kekuasaan Hamas di Gaza. Netanyahu menekankan pentingnya memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah lagi menjadi sumber ancaman bagi Israel. Pernyataan ini disampaikan di tengah perundingan yang sedang berlangsung dengan mediasi dari berbagai pihak. Pemerintah Israel melihat operasi militer sebagai cara untuk mencapai tujuan-tujuan strategis ini, meskipun menghadapi tekanan internasional untuk gencatan senjata. Fokus pada penghapusan kekuasaan Hamas mencerminkan perubahan signifikan dalam strategi keamanan Israel terhadap Gaza.
Tuntutan Hamas: Jaminan Berakhirnya Perang Secara Permanen
Negosiator utama Hamas, Khalil El-Hayya, menyatakan bahwa kelompoknya membutuhkan jaminan yang solid dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan negara-negara sponsor lainnya bahwa perang di Gaza akan berakhir untuk selamanya. El-Hayya menyoroti ketidakpercayaan Hamas terhadap Israel, dengan alasan bahwa Israel telah melanggar janji-janji sebelumnya selama konflik berlangsung. Tuntutan ini mencerminkan keinginan Hamas untuk mengamankan keberadaan jangka panjangnya di Gaza dan memastikan bahwa penduduk Gaza tidak lagi hidup di bawah ancaman konflik bersenjata yang terus-menerus. Pernyataan ini menggarisbawahi kompleksitas perundingan dan perlunya mediasi yang kuat untuk mencapai kesepakatan yang langgeng.
Perundingan di Mesir: Upaya Mencapai Gencatan Senjata dan Pembebasan Tahanan
Perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas sedang berlangsung di Mesir, dengan fokus utama pada kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan. Al-Qahera News melaporkan bahwa perundingan tersebut membahas daftar narapidana Palestina yang mungkin dibebaskan oleh Israel sebagai bagian dari kesepakatan. Salah satu tokoh yang diupayakan pembebasannya oleh Hamas adalah Marwan Barghouti, seorang anggota terkemuka partai Fatah yang telah dipenjara sejak tahun 2002. Upaya mediasi yang dilakukan oleh Mesir menunjukkan peran penting negara tersebut dalam memfasilitasi dialog antara kedua belah pihak dan mencapai solusi yang dapat diterima bersama. Pembebasan tahanan menjadi isu sentral dalam perundingan ini, mencerminkan sensitivitas politik dan kemanusiaan yang terlibat.
Optimisme Trump: Peluang Kesepakatan Damai di Timur Tengah
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan optimismenya terhadap peluang tercapainya kesepakatan damai di Timur Tengah. Trump mengungkapkan bahwa negosiator AS terlibat aktif dalam perundingan yang sedang berlangsung di Mesir. Ia menambahkan bahwa ada peluang nyata untuk mencapai sesuatu yang positif. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa utusan khusus Trump, Steve Witkoff, dan menantu Trump, Jared Kushner, juga akan berperan dalam upaya mediasi ini. Pernyataan Trump mencerminkan harapan bahwa keterlibatan AS dapat membantu menjembatani kesenjangan antara Israel dan Hamas dan membuka jalan bagi perdamaian yang lebih berkelanjutan di kawasan tersebut. Keterlibatan tokoh-tokoh kunci dalam pemerintahan AS menunjukkan prioritas tinggi yang diberikan pada penyelesaian konflik ini.