Langit malam yang dulunya sunyi, kini semakin sering diramaikan oleh fenomena "bintang jatuh" buatan manusia. Data terbaru mengungkapkan bahwa satu hingga dua satelit Starlink milik SpaceX setiap harinya kembali memasuki atmosfer Bumi dan hancur. Tren ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya satelit yang ditempatkan di orbit rendah Bumi (LEO). Saat ini, lebih dari 8.000 satelit Starlink mengorbit Bumi, dan jumlah ini terus bertambah melalui peluncuran rutin roket Falcon 9. Selain SpaceX, perusahaan lain seperti Amazon dengan proyek Kuiper, serta pemerintah China, juga turut menambah kepadatan di orbit rendah Bumi. Diperkirakan, dengan siklus penggantian selama lima tahun, jumlah satelit di LEO dapat mencapai lebih dari 30.000 unit dalam waktu dekat. Hal ini berarti, bukan tidak mungkin akan ada hingga lima satelit yang jatuh kembali ke Bumi setiap harinya.
Ancaman Sindrom Kessler bagi Satelit
Kepadatan objek di orbit rendah Bumi meningkatkan risiko terjadinya sindrom Kessler. Sindrom ini adalah reaksi berantai tabrakan antar benda-benda di orbit, yang menghasilkan ribuan puing baru. Bayangkan sebuah benturan kecil saja dapat memicu efek domino kosmik yang dahsyat, memperparah risiko bagi satelit lain dan bahkan stasiun luar angkasa yang beroperasi. Semakin banyak satelit dan sampah antariksa di orbit, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya tabrakan. Ini adalah masalah serius yang perlu segera ditangani.
Para ilmuwan dan ahli antariksa semakin khawatir tentang potensi sindrom Kessler ini. Mereka menekankan perlunya tindakan pencegahan, seperti pengembangan teknologi untuk membersihkan sampah antariksa dan regulasi yang lebih ketat untuk peluncuran satelit baru. Jika tidak ada tindakan yang diambil, kita berisiko kehilangan akses ke orbit rendah Bumi, yang akan berdampak besar pada komunikasi, navigasi, dan penelitian ilmiah.
Membedakan Meteor dan Sampah Antariksa
Fenomena cahaya yang melintas di langit malam seringkali viral di media sosial. Namun, tidak semua cahaya tersebut adalah meteor alami. Lalu bagaimana cara membedakannya? Meteor, yang berasal dari orbit Matahari, biasanya hanya terlihat selama beberapa detik saja dan kemudian menghilang dengan cepat. Sementara itu, sampah antariksa bergerak lebih lambat, mirip seperti pesawat terbang di ketinggian, dan dapat terlihat selama beberapa menit.
Jadi, jika Anda melihat cahaya yang bergerak lambat di langit malam, kemungkinan besar itu bukanlah meteor dari luar angkasa, melainkan sampah antariksa yang jatuh kembali ke Bumi. Perbedaan kecepatan dan durasi kemunculan cahaya menjadi kunci utama dalam membedakannya. Perhatikan baik-baik dan Anda akan bisa membedakan keduanya.
Pengaruh Aktivitas Matahari dan Malfungsi Roket
Tidak semua satelit jatuh karena sudah tua. Aktivitas Matahari yang tinggi juga dapat mempercepat akhir umur satelit. Badai geomagnetik memanaskan lapisan atas atmosfer, membuatnya mengembang dan meningkatkan hambatan aerodinamis. Satelit di LEO, termasuk Starlink dan ISS, terdampak dan kehilangan ketinggian secara drastis.
Contoh nyata terjadi di awal tahun 2022, ketika badai Matahari menghancurkan 40 satelit Starlink yang baru diluncurkan, memaksa mereka untuk jatuh kembali ke Bumi lebih cepat dari yang diperkirakan. Selain itu, kesalahan teknis juga dapat menjadi penyebab. Pada tahun 2024, roket Falcon 9 mengalami kegagalan saat peluncuran 20 satelit Starlink, menyebabkan satelit-satelit tersebut terjebak di orbit yang terlalu rendah.
Dampak Lingkungan Jatuhnya Satelit
Reentry satelit tidak hanya menjadi tontonan visual, tetapi juga meninggalkan jejak berbahaya bagi lingkungan. Penelitian mengungkapkan bahwa stratosfer dipenuhi dengan partikel logam eksotis dari satelit dan roket bekas. Partikel-partikel ini dapat menyerap sinar Matahari, memicu reaksi kimia yang merusak lapisan ozon, dan mengubah kimia atmosfer secara tak terduga.
Industri antariksa menjadi penyebab utama polusi partikel logam di stratosfer. Dengan rencana peluncuran ribuan satelit lagi, dampak ini dapat menjadi permanen. Ini adalah harga tersembunyi dari koneksi internet global dan eksplorasi ruang angkasa. Kita perlu mempertimbangkan dampak lingkungan ini dengan serius dan mencari cara untuk mengurangi polusi yang disebabkan oleh aktivitas antariksa.