Perundingan untuk mengakhiri konflik di Gaza terus diupayakan, dengan Hamas mengajukan sejumlah tuntutan sebagai syarat kesepakatan. Pejabat senior Hamas, Fawzi Barhoum, menyampaikan posisi tersebut pada peringatan dua tahun serangan yang memicu perang, sehari setelah perundingan tidak langsung dimulai di Sharm el-Sheikh. Perundingan ini dipandang sebagai peluang paling menjanjikan untuk mengakhiri konflik yang telah menyebabkan puluhan ribu warga Palestina meninggal dunia dan menghancurkan Gaza, sejak serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang. Meski demikian, para pejabat dari semua pihak menyerukan kehati-hatian, mengingat kompleksitas isu dan perbedaan mendasar dalam tuntutan masing-masing pihak.
Hamas menginginkan kesepakatan yang memastikan berakhirnya perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza, syarat yang selama ini belum disetujui oleh Israel. Sementara itu, Israel bersikeras agar Hamas melucuti senjatanya, sebuah tuntutan yang ditolak mentah-mentah oleh kelompok tersebut. Perundingan ini juga diwarnai dengan peringatan serangan tahun 2023, dengan warga Israel mengunjungi lokasi-lokasi terdampak dan warga Gaza menyuarakan harapan akan berakhirnya penderitaan mereka.
Tuntutan Utama Hamas dalam Negosiasi Gaza
Hamas secara tegas menginginkan gencatan senjata permanen dan menyeluruh sebagai bagian dari kesepakatan damai. Selain itu, mereka menuntut penarikan penuh seluruh pasukan Israel dari wilayah Gaza. Hal ini menjadi poin krusial dalam negosiasi, mengingat Israel selama ini enggan menarik pasukannya sepenuhnya. Hamas juga menekankan pentingnya memulai proses rekonstruksi komprehensif di Gaza, yang akan diawasi oleh badan teknokratis nasional Palestina. Badan ini diharapkan dapat memastikan pembangunan kembali Gaza berjalan efektif dan efisien, tanpa campur tangan asing yang berlebihan. Tuntutan-tuntutan ini mencerminkan keinginan Hamas untuk mengakhiri blokade dan pendudukan Israel atas Gaza, serta membangun kembali wilayah tersebut setelah bertahun-tahun konflik.
- Gencatan senjata permanen dan komprehensif.
- Penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
- Rekonstruksi komprehensif di bawah pengawasan badan teknokratis Palestina.
Respons dan Tantangan dalam Perundingan Perdamaian
Meskipun ada upaya untuk mencapai kesepakatan, tantangan besar tetap ada. Faksi-faksi Palestina, termasuk Hamas, mengeluarkan pernyataan yang bersumpah untuk menentang segala upaya menyerahkan senjata. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum memberikan komentar langsung mengenai status perundingan. Pemerintah AS berharap fokus perundingan adalah penghentian pertempuran dan pembebasan sandera serta tahanan politik. Qatar, sebagai salah satu mediator, menyoroti masih banyak detail yang perlu diselesaikan, mengindikasikan bahwa kesepakatan mungkin tidak akan tercapai dalam waktu dekat. Ketidaksepakatan mendasar mengenai pelucutan senjata Hamas dan penarikan pasukan Israel terus menjadi batu sandungan utama dalam perundingan.
Kondisi Terkini di Gaza dan Harapan Warga
Tanpa adanya gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangan di Gaza, yang semakin meningkatkan isolasi internasional dan memicu protes pro-Palestina di berbagai negara. Di Gaza, warga sipil terus hidup dalam ketakutan dan penderitaan. Mohammed Dib, seorang warga Gaza berusia 49 tahun, mengungkapkan harapannya agar konflik segera berakhir dan krisis kemanusiaan dapat diatasi. Ia menggambarkan kehidupan di Gaza selama dua tahun terakhir sebagai periode penuh ketakutan, kengerian, pengungsian, dan kehancuran. Banyak warga Palestina yang terpaksa mengungsi berkali-kali akibat konflik ini, dan lebih dari 67.000 warga Palestina tewas, menurut sumber data setempat. Harapan akan perdamaian dan kehidupan yang lebih baik terus menyala di tengah kondisi yang sangat sulit.