Donald Trump kembali membuat gebrakan dalam kebijakan perdagangan internasional dengan mengenakan tarif baru sebesar 100% pada semua produk impor dari China. Langkah ini merupakan respons langsung terhadap kebijakan China yang memperketat ekspor mineral tanah jarang, sebuah komoditas penting bagi industri teknologi global. Mineral tanah jarang, yang sekitar 70% pasokannya dikendalikan oleh China, menjadi tulang punggung bagi sektor-sektor seperti otomotif, pertahanan, dan semikonduktor. Kebijakan ini tentu saja memicu reaksi keras dari pemerintah China, yang melihatnya sebagai tindakan proteksionis yang merugikan perdagangan global.
China tidak tinggal diam dan langsung mengambil langkah balasan dengan mengenakan biaya masuk pada kapal-kapal AS yang berlabuh di pelabuhan mereka. Eskalasi ketegangan perdagangan ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap ekonomi global, terutama bagi konsumen dan pelaku bisnis di kedua negara. Mampukah kedua negara ini menemukan solusi damai, atau perang dagang akan semakin memanas dan berlarut-larut?
Tarif Baru 100% untuk Produk China
Presiden Trump mengumumkan pengenaan tarif baru sebesar 100% untuk semua produk impor dari China, yang akan efektif mulai 1 November. Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap pembatasan ekspor mineral tanah jarang oleh China. Trump menyampaikan pengumuman ini melalui platform media sosial Truth Social, dengan menyebutkan bahwa tindakan China telah memaksa AS untuk mengambil langkah tegas. Langkah ini diprediksi akan berdampak signifikan pada harga barang-barang konsumsi di Amerika Serikat, mengingat besarnya volume impor dari China. Perusahaan-perusahaan AS yang bergantung pada rantai pasok dari China juga diperkirakan akan menghadapi tantangan berat.
Kontrol Ekspor Perangkat Lunak AS
Selain mengenakan tarif impor yang tinggi, pemerintah AS juga berencana untuk memberlakukan kontrol ekspor pada semua perangkat lunak (software). Langkah ini semakin memperketat hubungan dagang antara kedua negara. Detail lebih lanjut mengenai kontrol ekspor ini masih belum jelas, tetapi diperkirakan akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan teknologi AS yang memiliki operasi atau pelanggan di China. Pembatasan ini dapat menghambat inovasi dan pertumbuhan di sektor teknologi, serta membatasi akses China ke teknologi AS terbaru. Kebijakan ini juga berpotensi memicu pembalasan serupa dari China, yang dapat memperburuk situasi.
Biaya Masuk Kapal AS di China
Sebagai balasan atas biaya yang dikenakan AS pada kapal-kapal China, pemerintah China menetapkan biaya masuk sebesar 400 yuan atau US$ 56 per ton bersih untuk kapal-kapal AS yang berlabuh di pelabuhan mereka. Biaya ini berlaku mulai 14 Oktober dan akan terus meningkat secara bertahap hingga 17 April 2028. Pemerintah China menegaskan bahwa kebijakan AS melanggar prinsip-prinsip perdagangan internasional dan merugikan perdagangan maritim antara kedua negara. Langkah ini merupakan sinyal jelas bahwa China tidak akan tinggal diam dalam menghadapi tekanan dari AS, dan siap untuk membalas setiap tindakan yang dianggap merugikan kepentingannya.
Dampak Perang Tarif AS-China
Perang tarif antara AS dan China diperkirakan akan berdampak luas pada ekonomi global. Kenaikan biaya impor dan ekspor akan membebani konsumen dan bisnis di kedua negara, serta berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi. Michael Hart, Presiden Kamar Dagang Amerika di China, memperkirakan bahwa pengenaan biaya kepada kapal-kapal China akan meningkatkan biaya bagi konsumen AS, menurunkan keuntungan bagi pengirim barang, dan sedikit menurunkan permintaan ekspor ke AS dalam kategori tertentu. Ketidakpastian yang disebabkan oleh perang dagang juga dapat menunda investasi dan memperlambat inovasi.
Pertemuan Trump dan Xi Jinping Terancam Batal
Ketegangan antara AS dan China masih tinggi meskipun Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping telah melakukan pembicaraan melalui telepon bulan lalu. Rencana pertemuan antara kedua pemimpin tersebut di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Korea Selatan dalam beberapa minggu mendatang terancam batal akibat kebijakan terbaru ini. Pembatalan pertemuan tersebut akan menjadi pukulan telak bagi upaya untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi damai dalam sengketa perdagangan antara kedua negara. Masa depan hubungan AS-China semakin tidak pasti, dan dampaknya akan dirasakan oleh seluruh dunia.