Evakuasi korban runtuhan gedung Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, memasuki fase kritis. Tim SAR Gabungan menghadapi tantangan berat berupa beton bangunan yang roboh dan menempel pada bangunan di sisi kiri lokasi kejadian. Kondisi ini mengharuskan proses pengangkatan material reruntuhan dilakukan dengan sangat hati-hati guna mencegah terjadinya keruntuhan susulan yang dapat membahayakan tim penyelamat dan korban yang masih terjebak di bawah puing-puing. Prioritas utama saat ini adalah keselamatan semua pihak yang terlibat dalam operasi penyelamatan.
Kondisi beton yang menempel pada bangunan lain memerlukan penanganan khusus dan kehati-hatian ekstra. Tim SAR berupaya semaksimal mungkin untuk mengevakuasi korban dengan aman dan efisien, sambil meminimalisir risiko yang mungkin timbul akibat kondisi bangunan yang tidak stabil. Proses evakuasi terus dilakukan tanpa henti, dengan harapan dapat segera menemukan seluruh korban yang masih belum ditemukan. Dukungan dan doa dari masyarakat sangat diharapkan agar operasi ini berjalan lancar dan seluruh korban dapat segera ditemukan.
Kendala Evakuasi Runtuhan Ponpes Al Khoziny
Proses evakuasi korban runtuhan Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo tidak berjalan tanpa hambatan. Deputi Penanganan Darat BNPB, Mayor Jenderal TNI Budi Irawan, mengungkapkan bahwa kendala utama yang dihadapi adalah adanya beton bangunan yang runtuh dan menempel pada bangunan di sisi kiri lokasi. Kondisi ini mempersulit proses pengangkatan material reruntuhan, karena berpotensi memicu keruntuhan susulan. Tim SAR Gabungan menyadari betul risiko ini dan berupaya mencari solusi terbaik untuk mengatasi kendala tersebut. Kehati-hatian menjadi kunci utama dalam setiap langkah yang diambil.
Untuk mengatasi masalah ini, Tim SAR Gabungan berkoordinasi dengan ahli struktur bangunan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Keterlibatan ahli struktur bangunan diharapkan dapat memberikan panduan teknis yang tepat dalam proses pengangkatan material runtuhan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pemotongan beton dilakukan dengan aman dan tidak menyebabkan kerusakan atau keruntuhan pada bangunan di sekitarnya. Kerjasama antara tim SAR dan ahli struktur bangunan merupakan upaya konkret untuk meminimalisir risiko dan mempercepat proses evakuasi korban.
Konsultasi dengan Ahli Struktur Bangunan ITS
Dalam upaya mengatasi kendala beton yang menempel, Tim SAR Gabungan menggandeng ahli struktur bangunan dari Departemen Teknik Sipil ITS Surabaya, Mujdi Irmawan. Mujdi akan memberikan bimbingan dan pengawasan langsung di lokasi kejadian. Kehadirannya sangat penting untuk memastikan bahwa proses pemotongan beton dilakukan dengan teknik yang tepat dan aman. Dengan keahliannya, diharapkan risiko kerusakan atau keruntuhan pada bangunan di sekitarnya dapat diminimalisir. Konsultasi ini menjadi bagian penting dari strategi evakuasi yang aman dan efektif.
Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama Bramantyo, juga menegaskan bahwa tim bekerja penuh 24 jam dengan sistem bergantian. Hal ini menunjukkan komitmen dan keseriusan tim SAR dalam upaya penyelamatan korban. Sejak akses menuju sektor A3 dan A4 di sisi kanan runtuhan dibuka, banyak korban berhasil ditemukan. Tim SAR terus berupaya memaksimalkan kegiatan pencarian dan penyelamatan dengan harapan dapat menemukan seluruh korban yang masih belum ditemukan.
Update Jumlah Korban Runtuhan Ponpes Sidoarjo
Hingga Minggu (5/10) pagi, tim SAR berhasil menemukan 141 korban. Rinciannya, 104 orang ditemukan dalam kondisi selamat, 37 orang meninggal dunia (termasuk satu potongan tubuh), dan 26 orang masih dalam proses pencarian. Data ini terus diperbarui seiring dengan berjalannya proses evakuasi. Tim SAR terus berupaya semaksimal mungkin untuk menemukan seluruh korban yang masih belum ditemukan. Doa dan dukungan dari masyarakat sangat diharapkan agar operasi ini berjalan lancar dan seluruh korban dapat segera dievakuasi.
Peristiwa ambruknya gedung tiga lantai di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9) sore menjadi duka mendalam bagi seluruh masyarakat. Saat kejadian, ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjamaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut. Investigasi terkait penyebab ambruknya gedung terus dilakukan oleh pihak berwenang. Diharapkan kejadian serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.