Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren positif pada perdagangan hari ini. Penguatan ini terjadi di tengah kondisi shutdown yang melanda pemerintahan AS, memberikan sentimen tersendiri bagi pasar keuangan global. Rupiah berhasil mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan, mengindikasikan adanya respons positif dari pelaku pasar terhadap dinamika ekonomi yang sedang berlangsung. Kondisi ini tentu menjadi perhatian para pelaku ekonomi dan masyarakat luas, mengingat nilai tukar Rupiah memiliki dampak yang cukup besar terhadap berbagai aspek perekonomian, mulai dari harga barang impor hingga daya saing produk ekspor.
Rupiah Melesat di Tengah Ketidakpastian Global
Pada perdagangan hari ini, Rupiah berhasil melesat sebesar 24 poin atau 0,14% ke level Rp 16.611 per dolar AS. Kenaikan ini terjadi di pasar spot exchange pada pukul 10.51 WIB, berdasarkan data Bloomberg. Sementara itu, indeks dolar justru menunjukkan tren yang berlawanan, yaitu naik tipis sebesar 0,01% ke level 97,72. Pergerakan Rupiah yang positif ini menjadi sorotan, terutama karena terjadi di tengah kondisi shutdown pemerintahan AS yang menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Penguatan Rupiah ini juga melanjutkan tren positif yang terjadi pada perdagangan sebelumnya, di mana mata uang Garuda ini sempat ditutup menguat 60 poin di level Rp 16.635.
Dampak Shutdown Pemerintah AS Terhadap Rupiah
Menurut Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, shutdown pemerintahan AS menjadi salah satu faktor pendorong penguatan Rupiah. Kebuntuan pendanaan belanja kesehatan di AS meningkatkan risiko keterlambatan rilis data ekonomi utama, termasuk jobless claims dan nonfarm payrolls untuk September 2025. Kondisi ini menambah ketidakpastian di pasar dan berdampak pada pergerakan mata uang. Josua juga menambahkan bahwa shutdown pemerintah AS telah merumahkan sekitar 750 ribu pegawai federal, dengan perkiraan kerugian ekonomi harian mencapai US$ 400 juta. Untuk hari ini, Rupiah diprediksi bergerak dalam kisaran Rp 16.600 – 16.725 per Dolar AS.
Kebuntuan Anggaran di Kongres AS Picu Shutdown
Pemerintah federal AS kembali mengalami shutdown sebagian setelah Partai Republik dan Demokrat gagal mencapai kesepakatan mengenai pendanaan sementara sebelum batas waktu tengah malam. Tahun fiskal 2024 telah berakhir pada 30 September, namun Kongres AS belum menyepakati anggaran untuk tahun mendatang. Kebuntuan ini bermula dari ketegangan antara Partai Republik dan Demokrat di Senat, di mana Partai Republik tidak memiliki suara mayoritas yang dibutuhkan. Senat Demokrat menolak versi resolusi berkelanjutan yang disahkan DPR AS yang akan mendanai pemerintah federal selama tujuh minggu tambahan, hingga 21 November. Mereka berpendapat bahwa Rancangan Undang-Undang (RUU) pendanaan yang digagas Partai Republik tidak cukup menjawab kekhawatiran mereka terkait kebijakan layanan kesehatan.