Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan. Pada Sabtu (22/11/2025) dini hari, gunung yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur ini, terpantau mengeluarkan asap putih setinggi kurang lebih 1.000 meter dari puncak. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memantau perkembangan aktivitas Semeru dan mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Peningkatan aktivitas vulkanik ini ditandai dengan peningkatan frekuensi gempa letusan dan guguran. Pemerintah Kabupaten Lumajang telah menetapkan status Tanggap Darurat Bencana Alam hingga 26 November mendatang, sebagai respons terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas Gunung Semeru. Masyarakat di sekitar gunung diimbau untuk mengikuti arahan dari pihak berwenang dan menjauhi zona berbahaya yang telah ditetapkan demi keselamatan bersama. Pemantauan intensif terus dilakukan untuk memberikan informasi terkini kepada masyarakat dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan. Ancaman bahaya dari erupsi Semeru meliputi awan panas guguran, aliran lava, dan lahar di sepanjang sungai yang berhulu di puncak Semeru.
Aktivitas Vulkanik Terkini Gunung Semeru
Badan Geologi secara resmi melaporkan bahwa visual Gunung Semeru terpantau jelas, meskipun sesekali tertutup kabut. Asap kawah utama terlihat berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tinggi pada pukul 00.10 WIB. Cuaca di sekitar Semeru bervariasi, mulai dari cerah hingga hujan, dengan angin lemah bertiup ke arah tenggara dan selatan. Suhu udara di kawasan tersebut berkisar antara 21-24 derajat Celcius. Data kegempaan menunjukkan peningkatan aktivitas yang cukup signifikan, mengindikasikan potensi bahaya yang perlu diwaspadai.
- Embusan Asap: Mengeluarkan asap putih setinggi 1.000 meter.
- Kondisi Cuaca: Bervariasi antara cerah dan hujan.
- Arah Angin: Bertiup lemah ke tenggara dan selatan.
- Suhu Udara: Berkisar antara 21-24 derajat Celcius.
Peningkatan Aktivitas Kegempaan Semeru
Dari sisi kegempaan, aktivitas Gunung Semeru tercatat mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Petugas merekam 157 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 10-22 mm dan durasi 58-185 detik. Selain itu, terekam pula 17 kali gempa guguran, 19 gempa hembusan, satu gempa vulkanik dalam, enam gempa tektonik jauh, serta satu gempa getaran banjir dengan amplitudo 43 mm dan durasi 6.499 detik. Peningkatan frekuensi dan intensitas gempa ini menjadi indikasi penting bagi potensi terjadinya erupsi yang lebih besar. Data kegempaan ini menjadi dasar bagi Badan Geologi untuk memberikan rekomendasi keselamatan kepada masyarakat.
Rekomendasi Keselamatan Bagi Warga Sekitar Semeru
Badan Geologi mengeluarkan sejumlah rekomendasi keselamatan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh masyarakat di sekitar Gunung Semeru. Warga diminta untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan hingga jarak 20 kilometer dari puncak. Selain itu, masyarakat juga diminta menjauhi sempadan sungai minimal 500 meter karena potensi awan panas dan aliran lahar masih sangat mungkin terjadi. Radius delapan kilometer dari kawah Semeru juga dinyatakan sebagai area terlarang karena potensi lontaran batu pijar yang dapat membahayakan.
- Zona Larangan: Sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan (20 km dari puncak).
- Sempadan Sungai: Minimal 500 meter dari sungai.
- Radius Kawah: 8 kilometer dari kawah Semeru.
Potensi Bahaya Erupsi Gunung Semeru
Warga juga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan awan panas guguran, aliran lava, dan lahar di sepanjang sungai berhulu di puncak Semeru, terutama Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Sat, serta anak-anak sungainya. Aliran lahar dan awan panas guguran merupakan ancaman serius yang dapat terjadi dengan cepat dan menimbulkan kerusakan serta korban jiwa. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk selalu memantau informasi resmi dari pihak berwenang dan mengikuti arahan evakuasi jika diperlukan.
Erupsi Semeru Sebelumnya
Sebelumnya, pada Rabu (19/11), Gunung Semeru tercatat meletus dengan kolom letusan mencapai 2.000 meter di atas puncak. Letusan tersebut memicu awan panas dengan jarak luncur hingga tujuh kilometer ke arah utara dan barat laut. Aktivitas erupsi ini terekam di seismogram pos pemantauan gunung api di Lumajang dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sekitar 16 menit 40 detik. Peristiwa ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Semeru memang sangat dinamis dan perlu diwaspadai.
Status Gunung Semeru: Awas (Level IV)
Melihat dinamika aktivitas yang masih tinggi, Badan Geologi menetapkan status Gunung Semeru pada Level IV atau Awas. Status ini menjadi dasar penetapan Tanggap Darurat Bencana Alam oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang, yang berlaku hingga 26 November mendatang. Penetapan status Awas ini mengindikasikan bahwa potensi erupsi yang lebih besar dapat terjadi sewaktu-waktu, sehingga diperlukan langkah-langkah mitigasi yang lebih intensif dan kesiapsiagaan yang tinggi dari semua pihak terkait.
