Fenomena supermoon, atau Bulan Purnama Perigean, bukan hanya sekadar pemandangan langit yang indah. Bagi para ahli ekologi hewan, peristiwa ini menghadirkan dampak signifikan terhadap perilaku berbagai jenis satwa liar. Cahaya bulan yang lebih terang dan pasang surut air laut yang lebih ekstrem menjadi dua faktor utama yang memicu perubahan perilaku tersebut. Dampak ini dirasakan baik oleh hewan darat maupun hewan laut, dengan manifestasi yang berbeda-beda sesuai dengan sensitivitas dan adaptasi masing-masing spesies. Mulai dari perubahan pola makan dan migrasi hingga aktivitas reproduksi, supermoon menjadi pengingat akan keterkaitan erat antara alam semesta dan kehidupan di Bumi.
Pengaruh Supermoon pada Hewan Laut
Supermoon memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku hewan laut. Salah satu pengaruhnya adalah perubahan waktu migrasi. Beberapa spesies ikan dan hewan laut lainnya mungkin mengubah rute atau jadwal migrasi mereka karena cahaya supermoon yang lebih terang membantu mereka dalam navigasi atau menemukan sumber makanan. Selain itu, perilaku pemijahan juga bisa terpengaruh. Intensitas cahaya yang meningkat dapat memicu atau mempercepat proses pemijahan pada beberapa spesies ikan dan invertebrata laut.
Perubahan perilaku makan juga sering terjadi. Beberapa predator laut mungkin lebih aktif berburu mangsa pada malam supermoon karena visibilitas yang lebih baik. Sementara itu, mangsa mungkin menjadi lebih waspada dan mengubah pola makan mereka untuk menghindari predator. Contoh hewan laut yang terpengaruh meliputi penyu, ikan-ikan kecil, plankton, kepiting, dan predator laut yang mengandalkan cahaya dalam berburu. Pasang surut air laut yang ekstrem juga mempengaruhi aktivitas hewan-hewan di wilayah pesisir.
Dampak Supermoon pada Hewan Darat
Tidak hanya hewan laut, hewan darat juga mengalami perubahan perilaku akibat fenomena supermoon. Serangga malam, burung hantu, kelelawar, dan mamalia nokturnal adalah beberapa contoh hewan darat yang perilakunya dapat terpengaruh oleh cahaya supermoon. Serangga malam mungkin lebih aktif atau kurang aktif tergantung pada spesiesnya. Beberapa spesies mungkin tertarik pada cahaya yang lebih terang, sementara yang lain mungkin menghindarinya untuk menghindari predator.
Burung hantu dan kelelawar, sebagai predator malam, mungkin memanfaatkan cahaya supermoon untuk meningkatkan keberhasilan perburuan mereka. Cahaya yang lebih terang memungkinkan mereka melihat mangsa dengan lebih jelas. Sementara itu, mamalia nokturnal seperti tikus atau kelinci mungkin menjadi lebih waspada dan mengurangi aktivitas mereka di malam hari untuk menghindari predator. Hal ini menunjukkan adanya interaksi kompleks antara predator dan mangsa dalam merespons perubahan lingkungan akibat supermoon.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Hewan
Perubahan perilaku hewan akibat supermoon tidak hanya dipengaruhi oleh cahaya dan pasang surut, tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti musim, geografis, dan ekosistem. Misalnya, penyu akan lebih aktif saat musim bertelur, terlepas dari ada atau tidaknya supermoon. Ikan juga akan lebih terpengaruh saat proses pemijahan. Faktor geografis juga berperan, karena hewan di daerah dengan tingkat polusi cahaya yang tinggi mungkin kurang terpengaruh oleh supermoon dibandingkan dengan hewan di daerah yang lebih gelap.
Lamanya fenomena supermoon juga mempengaruhi perilaku hewan. Karena supermoon hanya terjadi satu malam, perubahan perilaku yang terjadi biasanya bersifat sementara. Namun, efek dari pasang surut ekstrem dapat dirasakan selama beberapa hari sebelum dan sesudah supermoon. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan semua faktor ini saat mempelajari dampak supermoon terhadap perilaku hewan.
Antisipasi Fenomena Supermoon Berikutnya
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena supermoon berikutnya akan terjadi pada tanggal 7 Oktober 2025. Fenomena ini dapat disaksikan sejak 6 Oktober hingga 8 Oktober 2025. Supermoon selanjutnya akan terjadi pada 5 November 2025 dan 4 Desember 2025. Dengan mengetahui jadwal ini, kita dapat lebih siap untuk mengamati dan mempelajari dampak supermoon terhadap lingkungan dan perilaku hewan di sekitar kita. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi para peneliti untuk mengumpulkan data dan memperdalam pemahaman tentang interaksi kompleks antara alam semesta dan kehidupan di Bumi.