Kasus ledakan yang menggemparkan di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, mengungkap sejumlah fakta mengejutkan terkait siasat yang digunakan oleh pelaku. Anak berkonflik dengan hukum (ABH) ini ternyata telah merencanakan aksinya dengan matang, bahkan mampu mengelabui keluarganya sendiri. Peristiwa yang terjadi pada saat khotbah salat Jumat tersebut, telah menyebabkan puluhan orang menjadi korban luka-luka. Polisi terus melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap motif serta jaringan yang mungkin terlibat dalam aksi teror ini. Keluarga pelaku pun tak menyangka atas kejadian ini.
Pihak kepolisian juga telah berhasil mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan pelaku untuk merakit bom. Penemuan ini menjadi titik terang dalam mengungkap bagaimana pelaku mendapatkan bahan-bahan berbahaya tersebut dan bagaimana ia mempelajari cara merakitnya. Kasus ini menjadi perhatian serius pihak berwajib dan masyarakat luas, mengingat dampaknya yang sangat merugikan serta implikasinya terhadap keamanan dan ketertiban.
Bahan Peledak yang Digunakan dalam Insiden SMAN 72
Berdasarkan hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), pihak kepolisian berhasil mengidentifikasi bahan utama yang digunakan dalam peledakan di SMAN 72 Kelapa Gading. Dansat Brimob Polda Metro Jaya Kombes Henik Maryanto menjelaskan bahwa bahan peledak yang terdeteksi adalah potassium chloride. Bahan kimia ini diduga menjadi komponen utama dalam bom rakitan yang digunakan pelaku.
Selain potassium chloride, petugas juga menemukan serpihan plastik dan paku di lokasi kejadian. Plastik tersebut berfungsi sebagai pembungkus struktur peledak, sementara paku digunakan untuk memberikan efek kerusakan yang lebih parah saat ledakan terjadi. Jenis paku yang ditemukan bervariasi, mulai dari paku baja hingga paku seng dengan payung.
Rangkaian Peledak dan Sumber Tenaga
Untuk menghasilkan ledakan, pelaku menggunakan empat buah baterai A4 sebagai sumber tenaga. Selain itu, ditemukan pula alat pemicu ledakan berupa electric mass. Namun, polisi tidak menemukan remote control di dalam masjid, yang mengindikasikan bahwa ledakan mungkin dipicu dengan cara lain. Casing bom terbuat dari jeriken plastik berukuran 1 liter, dan serpihan paku berfungsi sebagai shrapnel untuk meningkatkan dampak ledakan.
Pembelian Bahan Bom Secara Online dan Pengelabuan Keluarga
Pihak kepolisian menduga bahwa pelaku membeli bahan-bahan untuk merakit bom secara online. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto mengungkapkan bahwa orang tua pelaku menerima paket yang diduga berisi bahan-bahan tersebut. Namun, pelaku berhasil mengelabui keluarganya dengan mengatakan bahwa paket tersebut berisi barang-barang untuk keperluan ekstrakurikuler di sekolah.
Karena alasan tersebut, keluarga pelaku tidak menaruh curiga terhadap paket yang diterima. Pelaku juga berbohong kepada orang tuanya tentang laptopnya yang rusak, padahal ia menggunakan laptop tersebut untuk berselancar di dark web. Saat ini, laptop tersebut telah disita oleh penyidik Polda Metro Jaya untuk dilakukan analisis forensik digital.
Motif dan Kondisi Terkini Pelaku
Pihak keluarga menggambarkan pelaku sebagai sosok yang pendiam dan tidak banyak bergaul. Mereka sangat terkejut mengetahui bahwa pelaku terlibat dalam insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta. Kondisi pelaku saat ini berangsur pulih setelah sempat terluka dalam ledakan tersebut. Namun, pihak kepolisian masih menunggu rekomendasi dari dokter untuk memeriksa kondisi psikis pelaku sebelum dimintai keterangan lebih lanjut. Saat ini pelaku masih sering bengong dan belum pulih sepenuhnya.
