Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKB, Maman Imanulhaq, menyampaikan kecaman keras terhadap salah satu program di Trans7 yang dianggap telah melecehkan dan merendahkan martabat kiai serta pesantren. Maman menilai bahwa narasi yang disajikan dalam tayangan tersebut sangat tidak pantas dan berpotensi menyesatkan opini publik. Program tersebut menggambarkan sosok kiai seolah-olah hidup dalam kemewahan, memanfaatkan jemaah atau santri untuk kepentingan pribadi, serta menjadikan pesantren sebagai lahan eksploitasi.
Maman menegaskan bahwa penggambaran semacam itu sangat merugikan dan menyakitkan hati para kiai, santri, dan seluruh masyarakat pesantren. Kiai, menurutnya, adalah figur panutan moral dan spiritual yang memiliki kontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Tindakan menyudutkan mereka sama saja dengan merendahkan tradisi keilmuan dan keagamaan yang menjadi fondasi penting bagi masyarakat Indonesia. Ia mendesak Trans7 untuk segera meminta maaf secara terbuka dan melakukan evaluasi internal.
Kecaman Terhadap Tayangan yang Merendahkan Martabat Kiai
Maman Imanulhaq secara tegas mengecam tayangan tersebut karena dianggap tidak memiliki sensitivitas dan pemahaman yang cukup terhadap kultur pesantren. Ia menyoroti bahwa media seharusnya berperan dalam menjaga etika dan menghormati nilai-nilai keagamaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Tayangan yang menampilkan narasi negatif tentang kiai dan pesantren dapat merusak citra positif yang selama ini telah dibangun oleh para tokoh agama dan lembaga pendidikan Islam.
Penting bagi media untuk memahami bahwa pesantren bukan hanya sekadar tempat belajar agama, tetapi juga pusat pengembangan karakter dan moralitas. Kiai, sebagai pemimpin pesantren, memiliki peran sentral dalam membimbing dan mendidik para santri agar menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia. Oleh karena itu, penggambaran yang salah dan tendensius tentang kiai dan pesantren dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Tuntutan Permintaan Maaf dan Evaluasi Internal Trans7
Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Maman mendesak pihak Trans7 untuk segera menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada publik, khususnya kepada kalangan kiai dan pesantren. Ia juga menekankan pentingnya evaluasi internal terhadap tim kreatif dan redaksi yang terlibat dalam produksi tayangan tersebut. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya kesalahan dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
Maman mengingatkan bahwa media memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kepercayaan publik dan tidak menyebarkan informasi yang dapat menimbulkan keresahan atau perpecahan di masyarakat. Kebebasan pers harus diimbangi dengan tanggung jawab moral dan etika jurnalistik. Media harus menjadi agen perubahan positif yang berkontribusi pada pembangunan bangsa, bukan justru menjadi sumber masalah.
Pentingnya Kehati-hatian Media dalam Meliput Isu Agama
Kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh perusahaan media di Indonesia agar lebih berhati-hati dan menghormati keberagaman nilai sosial-keagamaan yang ada. Maman menekankan bahwa kebebasan pers tidak boleh dijadikan alat untuk melecehkan simbol-simbol agama dan tokoh-tokoh yang dihormati oleh masyarakat. Media seharusnya berperan sebagai sarana edukasi dan perekat sosial, bukan justru menjadi pemicu konflik dan polarisasi.
Media memiliki peran strategis dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi perilaku masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi media untuk menyajikan informasi yang akurat, berimbang, dan bertanggung jawab. Dalam meliput isu-isu agama, media harus menghindari stereotip dan generalisasi yang dapat merugikan kelompok agama tertentu. Sebaliknya, media harus berusaha untuk memahami dan menghargai perbedaan keyakinan dan tradisi yang ada di masyarakat Indonesia.