Anak dari Zaskia Adya Mecca, Kala, baru-baru ini harus menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Ia menjadi saksi dalam kasus pemukulan yang dialami oleh staf ibundanya, Faisal, oleh oknum TNI saat mengantarnya ke sekolah. Peristiwa ini menyebabkan trauma mendalam pada Kala, yang kemudian memerlukan pendampingan psikolog. Proses pemeriksaan yang panjang dan melelahkan, ditambah dengan keharusan mengingat kembali kejadian traumatis, memberikan dampak yang signifikan pada kondisi mentalnya. Keluarga Kala, dengan dukungan dari berbagai pihak, berusaha sekuat tenaga untuk memulihkan kondisinya dan memastikan ia mendapatkan perlindungan yang dibutuhkan. Dukungan dari KPAI dan pengacara menjadi sangat berarti dalam membantu Kala melewati masa sulit ini. Pemulihan Kala menjadi prioritas utama, dan keluarga mengambil langkah-langkah hati-hati untuk mencegah trauma tersebut kembali muncul.
Kala Jalani Pemeriksaan Sebagai Saksi Kasus Pemukulan
Kala, anak Zaskia Adya Mecca, menjalani pemeriksaan sebagai saksi terkait kasus pemukulan yang menimpa staf ibundanya. Pemeriksaan ini berlangsung selama kurang lebih enam jam. Mengingat usianya yang masih 12 tahun, proses pemeriksaan dilakukan di tempat yang dianggap aman dan nyaman untuk meminimalisir tekanan mental yang mungkin dialaminya. Kehadirannya sebagai saksi sangat penting untuk mengungkap fakta sebenarnya dari kejadian tersebut. Namun, di sisi lain, hal ini juga menjadi pengalaman yang berat baginya. Keluarga dan tim pendamping berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan dukungan dan memastikan hak-haknya sebagai anak tetap terlindungi selama proses hukum berlangsung.
Trauma Mendalam dan Pendampingan Psikologis
Akibat kejadian pemukulan tersebut, Kala mengalami trauma yang cukup mendalam. Ia bahkan harus mendapatkan pendampingan dari psikolog untuk membantu mengatasi rasa takut dan kecemasan yang dialaminya. Paman Kala, Haykal Kamil, menceritakan bahwa Kala harus membuka kembali kenangan buruk dan emosi yang terpendam selama proses pemeriksaan. Hal ini tentu saja sangat melelahkan dan membebani mentalnya. Pendampingan psikologis menjadi sangat penting untuk membantu Kala memproses trauma tersebut dan membangun kembali rasa aman dan percaya dirinya. Keluarga juga berperan aktif dalam memberikan dukungan emosional dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemulihannya.
Pengakuan Lelah Mental Usai Pemeriksaan
Setelah menjalani pemeriksaan yang panjang, Kala mengaku sangat lelah secara mental. Hal ini diungkapkan oleh pamannya, Haykal Kamil. Kala merasa terkuras emosinya karena harus mengingat kembali kejadian traumatis dan menjawab berbagai pertanyaan terkait kasus tersebut. Pengakuan Kala ini menunjukkan betapa beratnya pengalaman yang harus ia lalui. Kelelahan mental yang dialaminya menjadi perhatian utama bagi keluarga dan tim pendamping. Mereka berusaha memberikan waktu istirahat yang cukup dan menghindari pembahasan tentang kejadian tersebut di hadapan Kala untuk sementara waktu.
Dukungan dari KPAI dan Pengacara
Keluarga Kala mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dan pengacara. Mengingat Kala masih di bawah umur, ia mendapatkan fasilitas pendampingan yang memadai untuk membantunya melewati proses sebagai saksi dan korban. KPAI memberikan perlindungan dan memastikan hak-hak Kala sebagai anak tetap terpenuhi selama proses hukum berlangsung. Sementara itu, pengacara memberikan bantuan hukum dan mendampingi Kala selama pemeriksaan. Dukungan dari KPAI dan pengacara ini sangat berarti bagi keluarga Kala dalam menghadapi situasi yang sulit ini.
Proses Pemulihan Emosional Kala
Seiring berjalannya waktu, kondisi emosional Kala mulai menunjukkan pemulihan. Awalnya, ia mengalami gangguan tidur dan rasa takut yang berlebihan. Namun, berkat dukungan keluarga dan pendampingan psikologis, kini ia sudah bisa beristirahat dengan lebih tenang di malam hari. Keluarga juga mengambil langkah-langkah hati-hati untuk mencegah trauma Kala kembali muncul. Mereka menghindari pembahasan tentang peristiwa penganiayaan di hadapan Kala dan fokus pada kegiatan-kegiatan positif yang dapat membantunya melupakan kejadian tersebut. Proses pemulihan emosional Kala membutuhkan waktu dan kesabaran, namun keluarga optimis bahwa ia akan pulih sepenuhnya.
Langkah Keluarga Hindari Trauma Berulang
Guna menghindari trauma berulang pada Kala, keluarga mengambil langkah-langkah preventif berdasarkan saran dari psikolog. Salah satunya adalah dengan tidak membahas ulang peristiwa penganiayaan secara terbuka di hadapan Kala. Mereka hanya memberitahukan bahwa pelaku sudah ditangkap dan diamankan. Pendekatan ini bertujuan untuk melindungi Kala dari paparan informasi yang dapat memicu kembali trauma yang dialaminya. Keluarga juga fokus pada menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan suportif bagi Kala agar ia merasa terlindungi dan dicintai. Dengan dukungan dan perhatian yang terus-menerus, diharapkan Kala dapat pulih sepenuhnya dan melanjutkan hidupnya dengan bahagia.