Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali menegang, ditandai dengan potensi pembatalan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Seoul, Korea Selatan. Ketegangan ini dipicu oleh kebijakan baru China terkait ekspor logam tanah jarang (LTJ) dan respons keras dari Trump yang berujung pada ancaman tarif baru yang signifikan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di pasar global dan memicu spekulasi tentang masa depan hubungan dagang antara kedua negara adidaya tersebut. Dampak kebijakan ini diperkirakan akan meluas ke berbagai sektor industri yang bergantung pada pasokan LTJ dari China.
Pembatalan Pertemuan Trump-Xi Jinping
Rencana pertemuan antara Donald Trump dan Xi Jinping di Seoul, Korea Selatan, berada di ujung tanduk. Trump secara terbuka menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk bertemu dengan Xi Jinping dalam waktu dekat, membatalkan harapan akan adanya dialog konstruktif antara kedua pemimpin. Pernyataan ini muncul sebagai respons langsung terhadap langkah-langkah terbaru yang diambil oleh China.
Keputusan Trump ini semakin memperburuk hubungan yang sudah tegang antara kedua negara. Pertemuan tingkat tinggi seperti ini biasanya menjadi ajang penting untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi atas berbagai masalah yang dihadapi bersama. Pembatalan pertemuan ini mengindikasikan bahwa kedua belah pihak belum menemukan titik temu dan memilih untuk mengambil sikap yang lebih konfrontatif. Ketidakpastian ini akan terus membayangi hubungan bilateral AS-China dan dapat berdampak negatif pada stabilitas ekonomi global.
Tarif Baru 100% untuk Produk China
Sebagai respons terhadap kebijakan China, Trump mengumumkan penetapan tarif baru sebesar 100% untuk produk-produk China. Tarif ini akan diberlakukan di atas tarif yang sudah ada, meningkatkan beban biaya bagi perusahaan-perusahaan China yang mengekspor barang ke AS. Kebijakan ini diperkirakan akan berdampak signifikan pada perdagangan bilateral dan dapat memicu perang dagang yang lebih luas.
Tarif baru ini akan berlaku efektif mulai 1 November 2025. Trump juga mengancam akan memberlakukan kontrol ekspor pada semua perangkat lunak penting pada tanggal yang sama. Langkah ini menunjukkan keseriusan AS dalam menekan China dan melindungi kepentingan ekonominya. Dampak dari tarif ini diperkirakan akan dirasakan oleh konsumen di AS, yang kemungkinan akan menghadapi harga yang lebih tinggi untuk barang-barang impor dari China. Selain itu, perusahaan-perusahaan AS yang bergantung pada rantai pasokan dari China juga dapat terkena dampak negatif.
Kontrol Ekspor Logam Tanah Jarang (LTJ) oleh China
Kementerian Perdagangan China mengumumkan kontrol baru terhadap ekspor teknologi dan produk logam tanah jarang (LTJ). Langkah ini dianggap sebagai respons terhadap pembatasan ekspor chip Nvidia ke China oleh AS. LTJ merupakan bahan baku penting dalam berbagai industri, termasuk elektronik, otomotif, dan energi terbarukan.
Dengan memperketat kontrol ekspor LTJ, China berupaya untuk menekan AS dan negara-negara lain yang bergantung pada pasokan bahan baku tersebut. Kebijakan ini dapat menyebabkan kelangkaan LTJ di pasar global dan meningkatkan harga bahan baku tersebut. Hal ini akan berdampak pada biaya produksi berbagai produk elektronik dan industri lainnya. Selain itu, China juga meminta perusahaan teknologi domestik seperti ByteDance dan Alibaba untuk membatalkan pesanan chip Nvidia, semakin memperburuk ketegangan antara kedua negara.
Reaksi Trump atas Kebijakan LTJ China
Trump bereaksi keras terhadap kebijakan kontrol ekspor LTJ yang diberlakukan oleh China. Ia menuduh China telah mengambil posisi yang agresif dalam perdagangan dan mengirim surat ke negara-negara di seluruh dunia terkait rencananya memberlakukan kontrol ekspor pada setiap elemen produksi yang terkait dengan LTJ. Trump menganggap tindakan China ini sebagai kerusakan moral dalam berurusan dengan negara lain.
Trump juga menegaskan bahwa ia belum berbicara dengan Xi Jinping terkait kebijakan kontrol ekspor LTJ terbaru. Ia merasa tidak ada alasan untuk berdiskusi dengan Xi Jinping, menunjukkan bahwa hubungan antara kedua pemimpin telah mencapai titik terendah. Reaksi keras Trump ini mengindikasikan bahwa AS akan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk melawan kebijakan China dan melindungi kepentingan ekonominya. Dampak dari ketegangan ini akan terus dirasakan di pasar global dan dapat memicu ketidakpastian dalam perdagangan internasional.