Pasar saham Asia-Pasifik mengalami gejolak pada perdagangan hari ini akibat kembali memanasnya tensi antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara saling melontarkan tuduhan dan memperketat pembatasan perdagangan, memicu kekhawatiran baru di kalangan investor. Eskalasi ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif pembalasan yang lebih berat terhadap impor Tiongkok, menyusul langkah Beijing yang memberlakukan kontrol ekspor baru pada mineral tanah jarang. Respons Tiongkok pun tak kalah keras, dengan menyatakan bahwa mereka tidak takut menghadapi perang dagang.
Ketegangan ini langsung berdampak pada kinerja bursa saham di berbagai negara. Investor bereaksi dengan melepas saham, menyebabkan penurunan signifikan pada indeks-indeks utama di kawasan tersebut. Situasi ini menambah ketidakpastian di pasar global, yang sudah dibayangi oleh berbagai faktor ekonomi lainnya. Pemerintah dan pelaku pasar kini tengah mencermati perkembangan lebih lanjut dari konflik dagang ini, serta potensi dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Reaksi Pasar Saham Asia Terhadap Isu Perdagangan
Bursa saham di kawasan Asia Pasifik merespons negatif eskalasi tensi antara AS dan Tiongkok. Indeks acuan Australia ASX/S&P 200 mengalami penurunan sebesar 0,68%. Sementara itu, Kospi Korea Selatan mencatatkan penurunan yang lebih signifikan, yakni sebesar 2,35%. Indeks Kosdaq yang berisikan saham-saham perusahaan berkapitalisasi kecil juga mengalami penurunan sebesar 2,24%. Kontrak berjangka untuk Indeks Hang Seng Hong Kong juga menunjukkan penurunan, diperdagangkan lebih rendah di 24.968 dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level 26.290,32. Pasar saham Jepang tutup karena sedang merayakan hari libur. Reaksi pasar yang seragam ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap dampak perang dagang yang berkepanjangan.
Analisis Goldman Sachs Mengenai Kebijakan Baru Tiongkok
Goldman Sachs memberikan analisis terkait kebijakan baru yang diambil oleh Tiongkok. Dalam catatannya, Goldman Sachs menyatakan bahwa pengumuman kebijakan baru-baru ini mungkin mengindikasikan bahwa Tiongkok bermaksud untuk mendorong konsesi yang lebih besar dari Amerika Serikat. Kebijakan kontrol ekspor baru pada mineral tanah jarang dapat menjadi alat negosiasi bagi Tiongkok untuk mendapatkan keuntungan dalam perundingan dagang dengan AS. Analisis ini menyoroti potensi strategi yang lebih luas dari Tiongkok dalam menghadapi tekanan dari AS. Investor dan pengamat pasar akan terus memantau bagaimana kebijakan ini dimainkan dalam dinamika hubungan dagang kedua negara.
Pernyataan Donald Trump dan Dampaknya pada Pasar
Presiden Donald Trump sempat mengisyaratkan bahwa dirinya mungkin tidak akan menindaklanjuti ancamannya untuk mengenakan "kenaikan tarif besar-besaran" terhadap Tiongkok. Pernyataan ini disampaikan melalui unggahan di Truth Social pada hari Minggu. Sebelumnya, komentar Trump mengenai tarif telah menyebabkan saham-saham anjlok tajam, melenyapkan nilai pasar sebesar US$ 2 triliun. Pernyataan Trump yang terbaru memberikan sedikit harapan bagi investor, dengan menyebutkan bahwa "semuanya akan baik-baik saja" dan bahwa AS ingin membantu Tiongkok, bukan merugikannya. Sikap Trump yang berubah-ubah ini menambah ketidakpastian di pasar, membuat investor sulit untuk memprediksi arah kebijakan perdagangan AS di masa depan.
Penurunan Tajam di Pasar Saham Amerika Serikat
Sebelumnya, pada hari Jumat di Amerika Serikat, tiga indeks utama AS mengalami penurunan yang signifikan. Dow Jones Industrial Average ditutup turun 878,82 poin, atau 1,9%, pada level 45.479,60. Indeks S&P 500 melemah 2,71% dan ditutup pada level 6.552,51, sementara Nasdaq Composite turun 3,56% menjadi 22.204,43. Penurunan indeks ini merupakan yang terbesar sejak 10 April. Penurunan tajam ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi dampak perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Investor bereaksi dengan melepas saham, menyebabkan penurunan yang meluas di berbagai sektor. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar saham AS sangat sensitif terhadap perkembangan terkait hubungan dagang antara AS dan Tiongkok.