Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengecam keras rencana pemerintah untuk menggunakan dana APBN dalam membangun kembali Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Kecaman ini muncul sebagai respons terhadap tragedi ambruknya bangunan ponpes yang merenggut nyawa puluhan santri. FSGI berpendapat bahwa tindakan ini tidak adil bagi keluarga korban dan mendesak agar investigasi menyeluruh dilakukan sebelum keputusan pembangunan kembali diambil.
Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti, menyampaikan bahwa pemerintah seharusnya lebih fokus pada investigasi mendalam terkait penyebab ambruknya bangunan tersebut, mengingat banyaknya korban jiwa yang berjatuhan, terutama anak-anak. Ia menambahkan bahwa penggunaan dana APBN untuk pembangunan kembali ponpes, tanpa adanya kejelasan mengenai penyebab tragedi, dapat melukai perasaan keluarga korban. FSGI juga menyoroti potensi pelanggaran hukum dalam insiden ini dan mendesak agar semua pihak yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban.
FSGI Minta Investigasi Mendalam Tragedi Ponpes Al Khoziny
FSGI mendesak pemerintah untuk melakukan investigasi menyeluruh terhadap penyebab ambruknya Ponpes Al Khoziny sebelum memutuskan untuk membangunnya kembali. Menurut FSGI, investigasi ini penting untuk mengungkap fakta-fakta terkait kelalaian atau pelanggaran yang mungkin terjadi dalam pembangunan atau pengelolaan ponpes tersebut. Investigasi juga harus melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk pengurus ponpes, kontraktor, dan pemerintah daerah, untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas. FSGI menekankan bahwa keadilan bagi para korban dan keluarga mereka harus menjadi prioritas utama dalam penanganan kasus ini.
Penolakan Penggunaan APBN untuk Pembangunan Kembali
FSGI secara tegas menolak penggunaan dana APBN untuk membangun kembali Ponpes Al Khoziny sebelum adanya hasil investigasi yang jelas. FSGI berpendapat bahwa penggunaan dana publik harus dilakukan secara hati-hati dan bertanggung jawab, terutama dalam situasi yang sensitif seperti ini. FSGI menyarankan agar pemerintah mencari sumber pendanaan lain untuk pembangunan kembali ponpes, misalnya melalui donasi atau bantuan dari pihak swasta. FSGI juga mengingatkan pemerintah untuk mempertimbangkan perasaan keluarga korban sebelum mengambil keputusan terkait pembangunan kembali ponpes.
Dugaan Pelanggaran Hukum dan Eksploitasi Anak
FSGI menyoroti adanya dugaan pelanggaran hukum terkait ambruknya Ponpes Al Khoziny. Polisi saat ini sedang mendalami kemungkinan adanya kelalaian yang menyebabkan kematian dan luka-luka, sebagaimana diatur dalam Pasal 359 dan 360 KUHP. Selain itu, FSGI juga menyoroti dugaan eksploitasi anak dalam pembangunan musala ponpes, di mana para santri dilibatkan dalam pekerjaan konstruksi. FSGI menegaskan bahwa praktik ini melanggar UU Perlindungan Anak dan tidak dapat dibenarkan. FSGI mendesak agar pihak berwenang mengusut tuntas semua dugaan pelanggaran hukum terkait tragedi ini dan menindak tegas para pelaku.
Tanggung Jawab Pengurus Ponpes, Kontraktor, dan Pemerintah
FSGI menilai ada tiga pihak yang harus dimintai pertanggungjawaban dalam tragedi ambruknya Ponpes Al Khoziny. Pertama, pengurus ponpes, yang dianggap lalai karena tetap menggunakan bangunan yang sedang dalam proses pengecoran. Kedua, kontraktor, yang harus dimintai pertanggungjawaban jika terbukti melakukan kecerobohan dalam pembangunan. Ketiga, pemerintah, khususnya Kementerian Agama, yang dinilai gagal melakukan pengawasan terhadap kelayakan dan keselamatan bangunan. FSGI mendesak agar semua pihak yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku.
Prioritaskan Pemulihan Korban Selamat dan Disabilitas
FSGI menekankan pentingnya memprioritaskan pemulihan korban selamat, terutama para santri yang mengalami disabilitas akibat tragedi tersebut. FSGI mendesak pihak ponpes dan pemerintah untuk memikirkan kelangsungan hidup anak-anak yang harus diamputasi tangan atau kakinya akibat kejadian ini. FSGI juga meminta pemerintah untuk memberikan bantuan psikologis kepada para korban selamat dan keluarga mereka, mengingat trauma dan luka psikologis yang mendalam akibat tragedi ini. FSGI berharap tragedi ini menjadi pelajaran penting bagi semua lembaga pendidikan agar mengutamakan keselamatan siswa.
Pentingnya Keselamatan di Lembaga Pendidikan
FSGI menekankan bahwa tragedi ambruknya Ponpes Al Khoziny harus menjadi pelajaran penting bagi semua lembaga pendidikan untuk mengutamakan keselamatan siswa. FSGI berharap agar semua lembaga pendidikan melakukan evaluasi terhadap kondisi bangunan dan fasilitas yang ada, serta memastikan bahwa semua standar keselamatan telah dipenuhi. FSGI juga meminta pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap lembaga pendidikan, khususnya terkait dengan keselamatan bangunan dan fasilitas, untuk mencegah terjadinya tragedi serupa di masa depan.