Perkembangan terkini di Gaza menunjukkan situasi yang sangat tegang dan rapuh. Meskipun kesepakatan gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas telah disepakati, kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran yang berpotensi menggagalkan perjanjian tersebut. Perselisihan utama saat ini berpusat pada pengembalian jenazah sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas, serta isu-isu krusial lainnya seperti pelucutan senjata kelompok militan dan bagaimana Gaza akan dikelola setelah perang usai. Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat terus dilakukan untuk menjembatani perbedaan dan mencegah eskalasi konflik lebih lanjut. Namun, dengan kedua belah pihak yang bersikeras pada posisi masing-masing, perdamaian yang berkelanjutan masih jauh dari jangkauan.
Israel dan Hamas Saling Tuduh Pelanggaran Gencatan Senjata
Israel menuduh Hamas melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan tidak mengembalikan seluruh jenazah sandera yang ditahan. Juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, menegaskan bahwa pihaknya telah memenuhi semua kewajiban dan menuntut Hamas untuk segera mengembalikan 19 jenazah sandera yang belum diserahkan. Di sisi lain, Hamas bersikeras bahwa mereka telah menyerahkan semua jenazah yang berhasil ditemukan. Sayap bersenjata Hamas menjelaskan bahwa penyerahan jenazah tambahan memerlukan alat berat dan perlengkapan penggalian, mengingat kondisi Gaza yang hancur akibat perang dan blokade Israel yang membatasi masuknya peralatan tersebut. Tuduhan pelanggaran ini menciptakan ketidakpercayaan dan mengancam stabilitas gencatan senjata.
Tuduhan Pelanggaran dari Pihak Hamas
Hamas juga menuduh Israel melanggar gencatan senjata dengan melakukan serangan yang menyebabkan kematian sedikitnya 24 orang sejak Jumat lalu. Seorang pejabat senior Hamas menyatakan bahwa Israel terus berupaya merusak kesepakatan dengan melakukan pelanggaran di lapangan. Daftar pelanggaran tersebut telah diserahkan kepada para mediator. Militer Israel belum memberikan tanggapan langsung atas tuduhan ini, namun sebelumnya menyatakan bahwa beberapa warga Palestina mengabaikan peringatan untuk tidak mendekati posisi pasukan Israel selama gencatan senjata, sehingga tentara melakukan tindakan untuk menghilangkan ancaman. Tuduhan dari kedua belah pihak semakin memperkeruh suasana dan mempersulit upaya perdamaian.
Rencana Pasca-Perang dan Tantangan yang Dihadapi
Israel terus mendorong rencana yang mencakup pelucutan senjata Hamas dan penyerahan kendali atas Gaza, sesuai dengan rencana 20 poin yang disusun oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Namun, Hamas menolak tuntutan ini dan justru memperketat keamanan di wilayah perkotaan yang telah ditinggalkan pasukan Israel, menunjukkan kekuasaannya melalui tindakan-tindakan seperti eksekusi publik. Isu-isu jangka panjang seperti pembentukan pasukan internasional penstabil dan langkah menuju pembentukan negara Palestina masih belum mencapai kesepakatan. Perdana Menteri Palestina Mohammad Mustafa menyatakan bahwa Otoritas Palestina (PA) akan bekerja sama dengan lembaga internasional untuk mengatasi tantangan keamanan, logistik, finansial, dan tata kelola di Gaza.
Konferensi Rekonstruksi Gaza di Mesir
Konferensi mendatang di Mesir mengenai rekonstruksi Gaza diharapkan dapat memperjelas mekanisme pengelolaan dana donor, termasuk siapa yang akan menerima dan bagaimana dana itu akan disalurkan. Koordinasi antara PA, lembaga internasional, dan negara-negara donor sangat penting untuk memastikan bahwa dana rekonstruksi digunakan secara efektif dan efisien. Tantangan besar adalah memastikan bahwa bantuan mencapai mereka yang membutuhkan tanpa terhambat oleh konflik atau korupsi. Keberhasilan rekonstruksi Gaza akan menjadi kunci untuk menciptakan stabilitas dan mencegah terulangnya konflik di masa depan.
Pembebasan Sandera dan Jenazah
Sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran, 20 sandera yang masih hidup telah dibebaskan dengan imbalan ribuan tahanan Palestina di Israel. Kementerian Kesehatan Gaza menyebut Israel juga telah menyerahkan 30 jenazah warga Palestina, sehingga total jenazah yang diterima sejak Senin lalu mencapai 120 orang. Proses identifikasi dan pemakaman jenazah merupakan tugas yang sulit dan menyakitkan bagi keluarga yang ditinggalkan. Pembebasan sandera yang masih hidup dan pengembalian jenazah merupakan langkah penting dalam mengurangi penderitaan dan membangun kepercayaan antara kedua belah pihak, meskipun masih banyak tantangan yang harus diatasi untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.