Filipina kembali berduka. Gempa bumi dahsyat mengguncang Pulau Cebu pada Selasa, 1 Oktober 2025, dengan kekuatan magnitudo 6,9. Dampak gempa ini sangat memilukan, menyebabkan puluhan warga meninggal dunia dan meratakan banyak bangunan dengan tanah. Selain korban jiwa, gempa ini juga menghancurkan warisan budaya berupa gereja-gereja kuno yang menjadi saksi bisu sejarah panjang Filipina. Bantuan darurat dan tim penyelamat segera dikerahkan untuk membantu para korban dan mencari kemungkinan adanya korban yang masih tertimbun reruntuhan. Peristiwa tragis ini menjadi pengingat akan kerentanan Filipina terhadap bencana alam dan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapinya.
Gempa Dahsyat Luluh Lantakkan Gereja Bersejarah di Cebu
Salah satu bangunan penting yang hancur akibat gempa Cebu adalah Gereja Santa Rosa de Lima. Gereja ini merupakan bangunan bersejarah yang telah berdiri selama berabad-abad di Daanbantayan. Menurut laporan media setempat, gempa menyebabkan sebagian besar bangunan gereja runtuh. Namun, secara ajaib, Sakramen Mahakudus dan gambar Santa Rosa de Lima tetap utuh di tengah reruntuhan. Kerusakan parah juga dialami oleh Gereja Santo Petrus dan Paulus di Pulau Bantayan, yang merupakan salah satu gereja tertua di wilayah Visayas. Selain kedua gereja tersebut, beberapa bangunan lain di Bantayan, Medellin, Kota Bogo, dan San Remigio juga mengalami kerusakan yang signifikan.
Dampak Kerusakan Gempa Bumi di Berbagai Wilayah
Gempa bumi ini tidak hanya merusak bangunan-bangunan bersejarah, tetapi juga menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur dan rumah-rumah penduduk di berbagai wilayah Cebu. Kota Bogo, yang terletak dekat dengan pusat gempa, menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak. Gambar-gambar yang beredar menunjukkan kantong-kantong jenazah berjejer di jalanan dan ratusan orang dirawat di rumah sakit tenda darurat. Para pejabat pemerintah setempat memperingatkan tentang kerusakan besar yang disebabkan oleh gempa bumi dan berupaya untuk segera melakukan evakuasi dan memberikan bantuan kepada para korban yang membutuhkan. Prioritas utama saat ini adalah menyelamatkan korban yang mungkin masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan.
Imbauan Uskup Agung dan Upaya Penyelamatan
Uskup Agung Cebu telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh umat Katolik untuk menjauh dari gereja-gereja sampai ada penilaian struktural yang memastikan keamanan bangunan. Imbauan ini sangat penting mengingat Cebu adalah salah satu pulau pertama di Filipina yang dijajah oleh Spanyol pada abad ke-16 dan memiliki banyak gereja tua yang berpotensi mengalami kerusakan akibat gempa. Pemerintah daerah juga telah meminta bantuan dari para relawan medis untuk menangani banyaknya korban luka. Tim dari kepolisian nasional dan dinas pemadam kebakaran memfokuskan upaya mereka pada operasi pencarian dan penyelamatan, pemulihan aliran listrik, dan pendistribusian bantuan kepada para korban yang terdampak gempa.
Filipina Diterjang Bencana Bertubi-tubi
Tragedi gempa bumi ini terjadi hanya selang seminggu setelah Filipina dilanda serangkaian topan yang menewaskan lebih dari 20 orang. Hal ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan di negara tersebut dan menambah beban bagi pemerintah dan masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana. Bencana alam yang datang bertubi-tubi ini menunjukkan betapa rentannya Filipina terhadap perubahan iklim dan bencana alam. Diperlukan upaya yang lebih besar dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana, memperkuat infrastruktur, dan mengurangi risiko bencana di masa depan. Solidaritas dan bantuan dari negara-negara sahabat serta organisasi internasional sangat dibutuhkan untuk membantu Filipina bangkit kembali dari keterpurukan akibat bencana ini.