Banyak orang merasa aman jika hasil pemeriksaan kolesterol mereka normal, terutama jika mereka memiliki berat badan berlebih. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya akurat. Dokter Hans Tandra menjelaskan bahwa tubuh gemuk dengan kadar kolesterol normal tetap berisiko tinggi terkena penyakit serius seperti jantung, stroke, diabetes, bahkan kanker. Risiko ini terkait dengan adanya lemak viseral yang tersembunyi di sekitar organ dalam. Pemeriksaan kolesterol standar mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi lemak tubuh secara keseluruhan. Penting untuk memahami bahwa lemak, terutama yang berada di sekitar perut, dapat menjadi sumber masalah kesehatan meskipun angka kolesterol terlihat baik. Pola makan sehat dan olahraga teratur tetap menjadi kunci utama untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh, tanpa terpaku pada angka kolesterol semata. Mengabaikan potensi bahaya lemak viseral bisa berakibat fatal di kemudian hari. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter dan pemeriksaan lebih lanjut sangat disarankan untuk mendapatkan gambaran kesehatan yang lebih komprehensif.
Mengapa Tubuh Gemuk dengan Kolesterol Normal Tetap Berisiko?
Seringkali, orang dengan berat badan berlebih merasa lega ketika hasil tes kolesterol mereka menunjukkan angka yang normal. Padahal, kolesterol normal tidak menjamin tubuh sepenuhnya terbebas dari risiko penyakit. Dr. Hans Tandra menjelaskan bahwa pada orang gemuk, seringkali terdapat penumpukan lemak viseral di sekitar organ-organ penting. Lemak ini tidak selalu terdeteksi melalui pemeriksaan kolesterol darah standar. Lemak viseral ini sangat berbahaya karena dapat memicu inflamasi kronis atau peradangan jangka panjang di dalam tubuh. Inflamasi kronis inilah yang menjadi pemicu berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, dan bahkan beberapa jenis kanker. Jadi, meskipun angka kolesterol terlihat baik, keberadaan lemak viseral tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan.
Bahaya Lemak Viseral yang Tersembunyi
Lemak viseral berbeda dengan lemak subkutan yang berada tepat di bawah kulit. Lemak subkutan mungkin lebih terlihat secara kasat mata, namun lemak viseral justru lebih berbahaya karena lokasinya yang berada di sekitar organ-organ vital seperti hati, pankreas, dan usus. Lemak viseral bersifat aktif secara metabolik, artinya ia melepaskan berbagai zat kimia yang dapat memicu peradangan dan mengganggu fungsi organ. Peradangan kronis yang disebabkan oleh lemak viseral dapat merusak pembuluh darah, meningkatkan resistensi insulin, dan mengganggu metabolisme tubuh secara keseluruhan. Akibatnya, risiko terkena penyakit jantung, stroke, diabetes, dan penyakit metabolik lainnya meningkat secara signifikan. Penting untuk diingat bahwa pemeriksaan kolesterol darah saja tidak cukup untuk mendeteksi keberadaan dan bahaya lemak viseral.
Inflamasi Kronis: Pemicu Berbagai Penyakit
Dr. Hans Tandra menekankan bahwa lemak di perut, terutama lemak viseral, adalah "pabrik inflamasi" yang berbahaya bagi tubuh. Inflamasi kronis adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh terus-menerus aktif dan menghasilkan zat-zat peradangan dalam jangka panjang. Kondisi ini dapat merusak jaringan dan organ tubuh, serta meningkatkan risiko berbagai penyakit degeneratif. Inflamasi kronis telah dikaitkan dengan penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, penyakit Alzheimer, dan bahkan beberapa jenis kanker. Lemak viseral memicu inflamasi kronis dengan melepaskan zat-zat kimia seperti sitokin dan hormon yang merangsang sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, mengurangi lemak viseral sangat penting untuk mencegah dan mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut.
Resistensi Insulin dan Dampaknya
Selain memicu inflamasi, lemak viseral juga dapat menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, hormon yang membantu glukosa (gula darah) masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi. Akibatnya, kadar gula darah meningkat dan pankreas harus bekerja lebih keras untuk menghasilkan lebih banyak insulin. Jika kondisi ini berlanjut dalam jangka panjang, dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Dr. Hans Tandra menjelaskan bahwa resistensi insulin dapat dideteksi melalui pemeriksaan insulin atau HOMA-IR. Jika Anda memiliki berat badan berlebih atau obesitas, terutama jika terdapat penumpukan lemak di perut, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk memeriksa kemungkinan adanya resistensi insulin. Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat membantu mencegah perkembangan diabetes tipe 2 dan komplikasi lainnya.
