Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, menjadi sorotan usai ditahan oleh otoritas Israel. Ia bersama ratusan aktivis lainnya yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla, sebuah misi kemanusiaan yang bertujuan mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza, ditangkap ketika kapal mereka mendekati wilayah tersebut. Penangkapan ini memicu gelombang protes dan kecaman dari berbagai pihak, terutama terkait dugaan perlakuan tidak manusiawi yang dialami oleh Thunberg selama penahanan. Kabar ini menambah daftar panjang kontroversi seputar kebijakan Israel terhadap aktivis pro-Palestina dan situasi kemanusiaan di Gaza yang terus memburuk. Insiden ini juga menyoroti kembali peran aktivis internasional dalam menyuarakan keprihatinan terhadap isu-isu global. Deportasi Thunberg ke Yunani menjadi babak baru dalam drama ini, meninggalkan pertanyaan tentang nasib aktivis lain yang masih ditahan dan dampak jangka panjang dari kejadian ini terhadap citra Israel di mata dunia.
Penahanan Greta Thunberg oleh Israel
Greta Thunberg, aktivis iklim yang dikenal luas, ditahan oleh pasukan Israel bersama dengan ratusan aktivis lainnya. Mereka adalah bagian dari Global Sumud Flotilla, sebuah kelompok yang berupaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Penangkapan terjadi ketika kapal-kapal mereka mendekati wilayah Gaza. Menurut laporan, Thunberg dan aktivis lainnya akan dideportasi ke Yunani. Kabar penahanan ini langsung memicu reaksi keras dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan pendukung gerakan pro-Palestina di seluruh dunia, yang mengecam tindakan Israel sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi.
Deportasi ke Yunani dan Jumlah Aktivis yang Terlibat
Setelah penahanan, Greta Thunberg dijadwalkan untuk dideportasi ke Yunani bersama dengan sejumlah warga negara Yunani yang juga terlibat dalam misi kemanusiaan tersebut. Total, dilaporkan ada sekitar 165 aktivis yang dideportasi dalam penerbangan tersebut. Jumlah ini merupakan bagian dari lebih dari 400 aktivis, anggota parlemen, dan pengacara dari berbagai negara yang ditahan setelah pasukan Israel mencegat puluhan kapal Global Sumud Flotilla. Deportasi ini menjadi sorotan utama, menimbulkan pertanyaan tentang proses hukum yang diterapkan dan hak para aktivis untuk melakukan protes damai.
Tuduhan Perlakuan Tidak Manusiawi Terhadap Aktivis
Selain penahanan dan deportasi, muncul tuduhan serius mengenai perlakuan tidak manusiawi yang dialami oleh Greta Thunberg dan aktivis lainnya selama berada di tahanan Israel. Menurut laporan media dan korespondensi yang bocor, Thunberg mengeluhkan kondisi sel yang tidak layak, penuh dengan kutu busuk, serta kekurangan makanan dan air. Lebih lanjut, ada klaim bahwa pasukan Israel memaksa Thunberg untuk memegang bendera Israel dan difoto, sebuah tindakan yang dianggap sebagai bentuk pelecehan dan penghinaan. Tuduhan ini memicu kemarahan dan kecaman yang lebih luas terhadap tindakan Israel.
Reaksi dan Bantahan dari Pihak Israel
Merespons tuduhan perlakuan tidak manusiawi, Kementerian Luar Negeri Israel mengeluarkan pernyataan yang membantah klaim tersebut. Mereka menyebut laporan-laporan tentang penganiayaan terhadap para aktivis yang ditahan sebagai "kebohongan besar". Dalam pernyataan yang disebarkan melalui media sosial, Kementerian Luar Negeri Israel menegaskan bahwa semua aktivis yang ditahan berada dalam kondisi "aman dan dalam keadaan sehat". Mereka juga menyatakan keinginan untuk menyelesaikan proses deportasi yang tersisa secepat mungkin. Namun, bantahan ini tidak meredakan kecurigaan dan kekhawatiran yang telah muncul, terutama mengingat laporan-laporan yang saling bertentangan.
Klaim Saksi Mata dan Pernyataan Aktivis Lain
Sejumlah aktivis Global Sumud Flotilla lainnya memperkuat klaim penganiayaan terhadap Greta Thunberg oleh pasukan Israel. Seorang aktivis Turki, Ersin Celik, mengaku menyaksikan langsung bagaimana pasukan Israel "menyiksa Greta dengan kejam di depan mata kami" dan "membuatnya merangkak dan mencium bendera Israel". Pernyataan serupa juga disampaikan oleh seorang jurnalis Italia, Lorenzo D'Agostino, yang mengatakan bahwa Thunberg "dibungkus dengan bendera Israel dan diarak bak piala". Kesaksian-kesaksian ini memberikan dimensi yang lebih mengerikan pada cerita tersebut, menambah tekanan pada Israel untuk memberikan penjelasan yang transparan dan bertanggung jawab.
Dampak dan Implikasi Insiden Ini
Insiden penahanan dan dugaan penganiayaan terhadap Greta Thunberg oleh Israel memiliki dampak dan implikasi yang luas. Kejadian ini tidak hanya memperburuk citra Israel di mata dunia, tetapi juga memicu perdebatan yang lebih mendalam tentang hak asasi manusia, kebebasan berekspresi, dan tanggung jawab negara terhadap aktivis yang melakukan protes damai. Dampak jangka panjang dari insiden ini masih belum jelas, tetapi tidak dapat disangkal bahwa hal itu akan terus menjadi sorotan dan memengaruhi hubungan Israel dengan komunitas internasional.