Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, baru-baru ini tiba di Yunani setelah dideportasi oleh pemerintah Israel. Deportasi ini merupakan bagian dari tindakan terhadap 160 aktivis yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla, sebuah kelompok yang berupaya menyoroti situasi di Gaza. Thunberg, yang kini berusia 22 tahun, dikenal luas karena aktivismenya dalam isu perubahan iklim dan seringkali terlibat dalam aksi-aksi protes yang menarik perhatian dunia. Kedatangannya di Yunani disambut oleh para pendukung dan media, di mana ia menyampaikan pandangannya tentang konflik yang sedang berlangsung. Insiden ini kembali memicu perdebatan internasional mengenai hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, dan peran aktivis dalam menyuarakan isu-isu kemanusiaan.
Kedatangan Greta Thunberg di Yunani Usai Dideportasi
Setelah dideportasi oleh Israel, Greta Thunberg dan 160 aktivis lainnya tiba di Yunani pada Senin (6/10/2025) waktu setempat. Informasi ini dikonfirmasi oleh Kementerian Luar Negeri Yunani, yang menyatakan bahwa dari total aktivis yang dideportasi, 27 di antaranya adalah warga negara Yunani, sementara sisanya berasal dari 15 negara berbeda. Kedatangan mereka di bandara Athena menarik perhatian banyak pihak, termasuk media dan para pendukung yang ingin memberikan dukungan moral.
Tuduhan Genosida di Gaza oleh Greta Thunberg
Setibanya di Yunani, Thunberg langsung menyampaikan pernyataan keras mengenai situasi di Gaza. Ia menuduh militer Israel melakukan genosida dan mengecam kegagalan sistem internasional dalam mencegah kejahatan tersebut. Thunberg menyatakan, "Saya ingin menegaskan. Ada genosida yang sedang terjadi," merujuk pada aksi militer Israel di Gaza. Pernyataan ini sontak menjadi sorotan dan memicu berbagai reaksi dari berbagai pihak. Tuduhan genosida adalah tuduhan serius yang memiliki implikasi hukum dan politik yang besar.
Tujuan Global Sumud Flotilla Menurut Thunberg
Greta Thunberg menjelaskan bahwa tujuan mereka bergabung dengan Global Sumud Flotilla adalah untuk mengambil tindakan ketika pemerintah dinilai gagal memenuhi kewajiban hukum mereka. Ia menekankan bahwa flotilla tersebut merupakan bentuk protes terhadap ketidakmampuan pemerintah dalam menangani isu-isu kemanusiaan dan konflik yang terjadi di Gaza. Dengan kata lain, aksi ini adalah upaya untuk menekan pemerintah agar lebih bertanggung jawab dan mengambil langkah-langkah konkret untuk melindungi hak-hak warga sipil.
Perlakuan Pasukan Israel Terhadap Greta Thunberg
Menurut laporan dari jurnalis Turki dan peserta Sumud Flotilla, Ersin Celik, Greta Thunberg diduga mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari pasukan Israel saat ditahan. Celik mengatakan kepada media lokal bahwa Thunberg "diseret di tanah" dan "dipaksa mencium bendera Israel". Klaim ini tentu saja menimbulkan kecaman dari berbagai pihak dan menambah daftar panjang kontroversi seputar tindakan pasukan Israel terhadap para aktivis dan warga sipil. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi kebenaran dari klaim ini.
Konfirmasi Kedatangan Aktivis yang Dideportasi di Slovakia
Kementerian Luar Negeri Slovakia mengonfirmasi bahwa 10 orang yang dideportasi telah tiba di negara tersebut. Dari jumlah tersebut, satu orang adalah warga negara Slovakia, sementara sembilan lainnya berasal dari Belanda, Kanada, dan Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa Global Sumud Flotilla melibatkan partisipasi dari berbagai negara dan lapisan masyarakat yang peduli terhadap isu-isu kemanusiaan di Gaza.