Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi, didorong oleh kombinasi faktor geopolitik dan ekspektasi kebijakan moneter. Ketegangan antara Amerika Serikat dan China, yang terus membara, menjadi pemicu utama kekhawatiran investor, yang kemudian beralih ke aset safe haven seperti emas. Selain itu, sinyal dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengenai prospek ekonomi global turut memengaruhi sentimen pasar. Lonjakan harga emas ini terjadi di tengah pasar keuangan yang beragam, dengan Wall Street menunjukkan kinerja yang bervariasi. Investor terus memantau perkembangan ekonomi dan politik global, mencari perlindungan di tengah ketidakpastian yang ada.
Kenaikan harga emas spot mencapai 0,75%, menembus level US$4.140,97 per ons, sementara emas berjangka AS juga mengalami peningkatan sebesar 0,77% ke posisi US$4.140,20 per ons. Reli ini menandai minggu kedelapan berturut-turut, didorong oleh permintaan aset safe haven yang tinggi akibat gejolak geopolitik dan ketidakpastian kebijakan. Pada perdagangan hari ini, harga emas kembali melonjak ke level US$4.161,52, mencerminkan kenaikan 0,45% atau US$18,5. Para analis Goldman Sachs memperingatkan potensi koreksi jika arus investasi melambat, tetapi juga mengakui dukungan kuat dari pembelian bank sentral, peningkatan kepemilikan reksa dana berbasis emas, dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Faktor-Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas
Kenaikan harga emas didorong oleh beberapa faktor utama. Pertama, ketegangan geopolitik antara AS dan China meningkatkan kekhawatiran investor, mendorong mereka mencari aset yang dianggap aman seperti emas. Perang dagang yang berkepanjangan dan potensi konflik lainnya menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global, sehingga meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap risiko. Kedua, ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed juga berperan dalam mendorong harga emas lebih tinggi. Suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan dolar AS, membuat emas lebih menarik bagi investor yang memegang mata uang lain. Selain itu, suku bunga rendah juga mengurangi biaya peluang memegang emas, yang tidak memberikan imbal hasil.
Faktor lain yang mendukung kenaikan harga emas adalah pembelian besar-besaran oleh bank sentral di seluruh dunia. Beberapa negara meningkatkan cadangan emas mereka sebagai bagian dari diversifikasi portofolio dan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Permintaan yang kuat dari bank sentral ini memberikan dukungan signifikan terhadap harga emas. Selain itu, meningkatnya kepemilikan reksa dana berbasis emas juga menunjukkan minat investor yang kuat terhadap logam mulia ini. Reksa dana emas memungkinkan investor untuk berpartisipasi dalam pasar emas tanpa harus membeli emas fisik, sehingga lebih mudah diakses dan likuid.
Analisis Pasar Emas Terkini
Investor Shyam Devani dari Singapura menekankan bahwa masalah mendasar seperti posisi fiskal yang lemah dan kebijakan moneter yang tidak pasti akan terus mendorong harga logam mulia naik. Empat logam mulia utama telah melonjak antara 57% dan 82% tahun ini, menunjukkan tren reli yang kuat di pasar komoditas. Sementara itu, bursa saham AS kehilangan momentum menjelang akhir sesi perdagangan setelah Presiden AS mengisyaratkan rencana mengakhiri sebagian hubungan dagang dengan Tiongkok. Indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup di zona negatif, sementara Dow Jones Industrial Average naik tipis.
Ketua The Fed Jerome Powell menilai ekonomi AS masih berada di jalur pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan, namun menegaskan tidak ada kebijakan moneter yang bebas risiko di tengah ketegangan antara target inflasi dan ketenagakerjaan. Laporan IMF memperkuat nada optimistis, dengan menaikkan proyeksi pertumbuhan global karena dampak perang dagang dan kondisi keuangan dinilai lebih ringan dari perkiraan. Namun, lembaga itu tetap memperingatkan bahwa eskalasi konflik tarif antara dua ekonomi terbesar dunia bisa menghambat output secara signifikan. "Pasar kini mendengarkan dua hal sekaligus, retorika perang dagang dan fundamental ekonomi," kata Kepala Ekonom Pasar Spartan Capital Securities di New York, Peter Cardillo.
Pergerakan Harga Komoditas Lainnya
Selain emas, pasar komoditas lain juga mengalami pergerakan yang signifikan. Harga minyak mentah AS (WTI) turun 1,33% menjadi US$58,70 per barel, sementara minyak Brent turun 1,47% ke US$62,39 per barel. Di pasar valuta, dolar AS melemah 0,26% ke level 99,04 terhadap sekeranjang mata uang utama. Euro menguat 0,31% menjadi US$1,1604, sementara yen Jepang naik 0,37% ke 151,71 per dolar AS. Peningkatan risiko geopolitik mendorong franc Swiss dan yen Jepang menguat sebagai aset lindung nilai. Musim laporan keuangan kuartal ketiga di Wall Street dimulai dengan hasil positif dari sejumlah bank besar, antara lain JPMorgan Chase, Goldman Sachs, Citigroup, dan Wells Fargo. "Jika kinerja bank menjadi acuan, musim laporan keuangan ini berpotensi kuat," kata Cardillo.
Di Eropa, indeks saham turut melemah mengikuti ketegangan dagang AS–Tiongkok. Indeks STOXX 600 pan-Eropa turun 0,37%, sedangkan FTSEurofirst 300 terkoreksi 0,33%. Indeks MSCI global turun 0,25% ke 978,64. Ketegangan dagang dua negara adidaya tersebut semakin memanas setelah Tiongkok memperketat kontrol ekspor tanah jarang dan Washington mengancam akan menaikkan tarif impor hingga tiga digit. Situasi itu menambah ketidakpastian arah ekonomi dunia di tengah transisi kebijakan moneter global.
Rekor Harga Emas dan Prospeknya
Harga emas dunia kembali menembus rekor tertinggi pada perdagangan hari ini waktu Indonesia. Lonjakan harga emas didorong meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China serta ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dua kali lagi tahun ini. Harga emas batangan sempat menyentuh level tertinggi di US$4.185 per troy ounce. Sementara itu, harga perak spot juga menguat setelah mengalami volatilitas tinggi, sempat menembus rekor di atas US$53,54 per ounce sebelum berbalik turun tajam seiring meredanya tekanan di pasar.
Setelah menembus rekor, harga emas mengalami penyesuaian. Pada pukul 09.19 WIB, harga emas spot berada pada level US$4.187,73 per troy ounce. Harga emas di pasar spot kembali menguji rekor baru pada perdagangan pukul 09.00 WIB. Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot (XAU:CUR) bertengger di level US$4.182,96 per troy ounce, naik US$40,02 atau 0,94% dibandingkan penutupan sebelumnya. Kenaikan harga emas ini memperpanjang reli penguatan yang telah berlangsung sejak awal Oktober 2025. Harga emas melanjutkan penguatan dengan kenaikan 0,88% atau US$34,11 per troy ounce pada perdagangan pukul 08.06 WIB. Emas spot ditawarkan US$4.177,05 per troy ounce pada periode ini.
Harga emas di pasar spot terus bergerak menguat pada perdagangan pukul 07.17 WIB hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot tercatat berada di zona hijau dengan kenaikan 0,61% atau US$25,65 per troy ounce. Pada periode perdagangan ini, harga emas mencapai US$4.168,59 per troy ounce. Kenaikan harga ini memperpanjang reli logam mulia yang didorong oleh meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global. Harga emas di pasar spot bergerak di zona hijau pada perdagangan pagi ini, pukul 06.13 WIB. Emas diperdagangkan pada level US$4.159,83 per troy ounce. Level harga emas ini mencerminkan penguatan 0,41% dibandingkan penutupan kemarin atau melonjak US$16,89 per troy ounce.