Jessica Pegula dan Perjalanan Dramatis di Wuhan Open 2025
Beberapa momen dalam dunia olahraga memang sulit dinalar, seolah terlepas dari logika. Perjalanan Jessica Pegula di turnamen Wuhan Open 2025 baru-baru ini menjadi salah satu kisah yang merangkum fenomena tersebut. Petenis asal Amerika Serikat ini kembali menorehkan catatan luar biasa dengan menembus babak semifinal. Namun, pencapaian ini diraih melalui cara yang benar-benar tidak biasa, yaitu enam kemenangan dalam pertandingan tiga set dari tujuh laga beruntun. Sebuah pencapaian yang tidak hanya menguji ketahanan fisik, tetapi juga mental sang atlet.
Perjalanan Pegula di Wuhan Open tahun ini memang penuh warna dan kejutan. Di setiap pertandingan, ia seolah harus berjuang ekstra keras untuk bisa melangkah lebih jauh. Namun, justru di tengah kesulitan itulah, ia menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu petenis papan atas dunia. Kemampuannya untuk bangkit dari ketertinggalan, membalikkan keadaan, dan menemukan ritme permainan di saat genting menjadi ciri khasnya yang semakin menonjol di turnamen ini.
Kisah dramatis ini tidak hanya menjadi sorotan publik, tetapi juga memecahkan rekor-rekor menarik di dunia tenis putri. Sebuah bukti nyata bahwa ketekunan dan mental baja dapat mengantarkan seorang atlet meraih kesuksesan, bahkan ketika jalur yang ditempuh terlihat sangat terjal.
Bangkit dari Keterpurukan: Momen "Bagel" dan Semangat Juang
Pertandingan melawan Katerina Siniakova di babak perempat final pada Jumat (10/10) menjadi saksi bisu drama yang harus dilalui Jessica Pegula. Di awal laga, Pegula tampak kesulitan dan tak berdaya, terbukti dari kekalahan telak 2-6 di set pertama hanya dalam waktu 30 menit. Beban fisik yang ia pikul memang tidak main-main. Dalam dua pekan terakhir, Pegula telah menghabiskan lebih dari 15 jam di lapangan, sebuah akumulasi waktu yang sangat melelahkan bagi siapapun.
Namun, seperti yang telah menjadi ciri khasnya di turnamen ini, Pegula menunjukkan mentalitas yang luar biasa. Ia bangkit dengan cara yang mengejutkan. Set kedua disapu bersih dengan skor telak 6-0 dalam waktu hanya 23 menit, sebuah hasil yang dalam dunia tenis dikenal sebagai "bagel". Kemenangan tanpa balas ini menjadi momentum krusial bagi Pegula untuk membalikkan keadaan.
Dengan momentum yang didapat, Pegula melanjutkan performa gemilangnya di set penentu. Ia berhasil mengunci kemenangan 2-6, 6-0, 6-3 dalam total waktu 1 jam 36 menit. "Sejujurnya, saya juga tidak tahu bagaimana saya bisa terus bertahan," ujar Pegula sambil tertawa setelah pertandingan. Ia menambahkan bahwa kondisi fisiknya sedang sangat baik dan ia tidak merasa perlu menambah latihan fisik, karena pertandingan itu sendiri sudah menjadi ajang latihan yang cukup baginya. Pegula bahkan menyatakan bahwa meskipun ia berharap pertandingan bisa berjalan lebih mudah, ia akan tetap senang jika harus memenangkan setiap pertandingan melalui tiga set sepanjang kariernya.
Memecahkan Rekor Langka di Kancah WTA
Kemenangan dramatis atas Siniakova tidak hanya membawa Jessica Pegula melaju ke semifinal Wuhan Open 2025, tetapi juga mengukir sebuah rekor unik di WTA. Ia kini tercatat sebagai pemain pertama di WTA yang berhasil menyelesaikan tujuh pertandingan tiga set secara beruntun di babak utama sebuah turnamen sejak Jelena Ostapenko melakukannya pada tahun 2023. Perbedaan signifikan terletak pada jumlah kemenangan: Ostapenko hanya memenangkan lima dari tujuh pertandingan tiga set tersebut, sementara Pegula telah mengoleksi enam kemenangan.
Rekor ini semakin mempertegas ketangguhan Pegula dalam menghadapi pertandingan yang alot. Kemampuannya untuk terus berjuang dan menemukan cara untuk menang, bahkan ketika harus melalui tiga set yang melelahkan, menunjukkan kedalaman mental dan fisiknya. Ini adalah pencapaian yang patut diacungi jempol, terutama di level kompetisi setinggi ini.
Keberhasilan ini menempatkan Pegula dalam jajaran petenis yang memiliki daya juang luar biasa. Ia telah membuktikan bahwa pertandingan yang panjang dan penuh drama bukanlah penghalang baginya, melainkan justru menjadi panggung untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Catatan ini tentu menjadi motivasi tambahan bagi Pegula untuk terus melangkah di turnamen ini.
Strategi Jitu dan Ketangguhan di Poin Krusial
Perubahan nasib Jessica Pegula dalam pertandingan melawan Siniakova berawal dari sebuah strategi sederhana namun efektif: menahan agresivitas dan menjaga ketenangan. Di set pertama, Pegula mengakui bahwa ia terlalu memaksakan diri untuk mencari poin cepat dan tidak cukup tenang. "Saya terlalu berusaha mencari poin cepat. Saya tidak cukup tenang, dan dia (Siniakova) langsung menekan sejak awal," ungkapnya.
Memasuki set kedua, Pendekatan Pegula berubah total. Ia mencoba untuk lebih rileks dan membiarkan tubuhnya menemukan ritme permainan yang ideal. Perubahan strategi ini berbuah manis. Statistik menunjukkan peningkatan drastis pada performa servisnya. Jika di set pertama ia hanya mampu memasukkan 46% servis pertama, angka tersebut melonjak menjadi 80% di set kedua. Lebih mengesankan lagi, ia bahkan tidak menghadapi satu pun break point di set tersebut, sebuah bukti dominasinya.
Set penentuan berlangsung jauh lebih menegangkan. Siniakova, yang dikenal sebagai petenis nomor satu dunia di sektor ganda, sempat memiliki peluang untuk mematahkan servis Pegula di awal set ketiga ketika unggul 1-0, dengan dua peluang break. Namun, Pegula kembali menunjukkan mental baja. Ia berhasil menyelamatkan kedua peluang tersebut dan menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Dari titik itu, Pegula mulai melaju dengan penuh percaya diri. Ia mencatat 11 poin beruntun untuk membangun keunggulan, meskipun Siniakova sempat memperkecil ketertinggalan menjadi 4-3.
Pada momen-momen krusial di game terakhir, kesalahan justru datang dari Siniakova. Dua kesalahan tak perlu (unforced error) di game penentu memastikan kemenangan bagi Pegula. Ia menutup laga dengan enam poin beruntun, sebuah penutup yang dramatis untuk pertandingan yang penuh dengan pasang surut.
Konsistensi Luar Biasa Sepanjang Musim dan Misi Balas Dendam
Keberhasilan menembus semifinal Wuhan Open 2025 ini menandai pencapaian semifinal ketiga beruntun bagi Jessica Pegula, setelah sebelumnya tampil di Beijing dan US Open. Total, ia telah mencapai delapan semifinal sepanjang musim 2025, dengan rekor lima kemenangan dan dua kekalahan di babak empat besar. Konsistensi luar biasa ini menunjukkan bahwa Pegula telah menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan di setiap turnamen yang ia ikuti.
Namun, tren terbaru belum sepenuhnya berpihak padanya. Dua semifinal terakhir yang ia jalani berakhir dengan kekalahan, salah satunya dari petenis nomor satu dunia, Aryna Sabalenka, di New York. Ironisnya, di semifinal Wuhan Open kali ini, Pegula akan kembali berhadapan dengan Sabalenka. Catatan rekor pertemuan mereka sejauh ini tidak memihak Pegula; dari sepuluh pertemuan sebelumnya, ia hanya mampu meraih dua kemenangan, sementara delapan di antaranya berakhir dengan kekalahan, termasuk empat kekalahan beruntun.
Meskipun demikian, Pegula memiliki alasan untuk tetap optimistis. Dalam tiga dari lima turnamen terakhir di mana ia berhasil menyingkirkan lawan-lawannya di babak awal yang alot dan akhirnya keluar sebagai juara, termasuk di Bad Homburg awal tahun ini. Kini, dengan kepercayaan diri yang tinggi berkat daya tahan luar biasa yang ia tunjukkan di Wuhan, Pegula siap menantang takdirnya kembali. Jika pola tiga set ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin satu lagi kemenangan penuh drama akan mengantarnya ke final, dan bahkan mungkin meraih gelar besar berikutnya.