Indonesia berada di peringkat ke-14 dunia untuk kasus HIV/AIDS. Di Jawa Timur, angka kasusnya menempati urutan kedua secara nasional. Kabupaten Bojonegoro sendiri berada di peringkat ke-11 di tingkat provinsi. Data terbaru menunjukkan adanya ratusan kasus baru di tahun 2025. Hal ini mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat untuk terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit ini dan menghilangkan stigma negatif terhadap penderitanya. Dinkes Bojonegoro berharap masyarakat dapat menerima dan mendukung penderita HIV/AIDS agar mereka dapat hidup berkualitas dan bersosialisasi dengan baik. Selain itu, kesadaran untuk melakukan tes HIV secara rutin juga menjadi fokus utama dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit ini. Dengan edukasi yang tepat, diharapkan angka penularan HIV/AIDS di Bojonegoro dapat ditekan secara signifikan.
Tingginya Kasus HIV/AIDS di Bojonegoro
Dinas Kesehatan Bojonegoro mencatat, hingga November 2025, ada 358 kasus baru HIV/AIDS. Angka ini menambah daftar panjang penderita di Bojonegoro. Pada tahun sebelumnya, tercatat total 417 kasus. Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Bojonegoro, Paiman, menyampaikan bahwa masih banyak masyarakat yang menolak keberadaan penderita HIV/AIDS. Penolakan ini muncul dari berbagai kalangan, mulai dari diri sendiri, keluarga, hingga masyarakat luas. Kondisi ini tentu memperburuk keadaan penderita dan menghambat upaya penanggulangan HIV/AIDS di Bojonegoro. Oleh karena itu, Dinkes terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengubah pandangan negatif terhadap penderita HIV/AIDS.
Edukasi Masyarakat untuk Hilangkan Stigma Negatif
Salah satu upaya Dinkes Bojonegoro adalah mengedukasi masyarakat agar tidak memberikan stigma negatif kepada penderita HIV/AIDS. Penderita HIV/AIDS memiliki hak yang sama untuk bersosialisasi dan berinteraksi di masyarakat. Dinkes Bojonegoro menekankan pentingnya pemahaman yang benar tentang cara penularan HIV/AIDS. Dengan pemahaman yang benar, diharapkan masyarakat tidak lagi merasa takut atau jijik terhadap penderita. Selain itu, Dinkes juga mengajak masyarakat untuk rutin melakukan tes HIV/AIDS. Tes ini penting untuk mendeteksi dini infeksi HIV/AIDS sehingga penanganan dapat dilakukan secepat mungkin. Semakin cepat penanganan, semakin besar peluang penderita untuk hidup sehat dan produktif.
Strategi Penanggulangan HIV/AIDS di Bojonegoro
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV AIDS (KPA) Kabupaten Bojonegoro, Suharto, menjelaskan bahwa angka penularan HIV/AIDS di Bojonegoro masih cukup tinggi, terutama pada usia produktif (26-50 tahun). Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi yang lebih luas perlu dilakukan, terutama kepada generasi muda. KPA Bojonegoro aktif mengadakan rapat koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk membahas strategi pencegahan HIV/AIDS. Selain itu, KPA juga melakukan sosialisasi tentang pentingnya menghindari seks bebas dan seks pranikah.
Lima Pesan Kunci untuk Penderita HIV/AIDS
Dinkes Bojonegoro memberikan lima pesan kunci kepada penderita HIV/AIDS agar dapat hidup berkualitas:
- Adaptif menghadapi perubahan: Penderita harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang dialaminya dan mengikuti perkembangan informasi terbaru tentang HIV/AIDS.
- Tepat dosis tepat waktu: Penting untuk mengonsumsi obat ARV (antiretroviral) sesuai dosis dan jadwal yang ditentukan oleh dokter.
- Pengelolaan gejala: Penderita harus menjaga diri agar tidak muncul gejala lain yang dapat memperburuk kondisi HIV/AIDS.
- Menjaga kesehatan mental: Kondisi mental yang stabil dapat membantu menekan perkembangan virus HIV.
- Mengelola gaya hidup sehat: Menerapkan pola makan sehat, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Dengan menerapkan lima pesan kunci ini, diharapkan penderita HIV/AIDS dapat hidup sehat, produktif, dan berkualitas.
