Insiden keracunan makanan kembali terjadi, kali ini menimpa ratusan siswa SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Program makanan bergizi gratis (MBG) yang bertujuan baik, justru menjadi malapetaka bagi para siswa. Ironisnya, salah satu korban adalah anak dari anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat, Pipit Puspita Ahdiani. Kejadian ini sontak memicu kepanikan dan sorotan tajam terhadap pelaksanaan program MBG, terutama terkait aspek kesehatan dan kualitas makanan yang disajikan. Pipit, yang juga merupakan anggota Komisi II DPRD, turut merasakan kekhawatiran mendalam sebagai orang tua, sekaligus memiliki tanggung jawab untuk mengawal program pemerintah agar berjalan dengan baik dan aman bagi masyarakat. Kasus ini menjadi pukulan telak bagi upaya peningkatan gizi anak sekolah dan menuntut evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Masyarakat berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret untuk menjamin keamanan dan kualitas makanan yang dikonsumsi anak-anak.
Anak Anggota DPRD Jadi Korban Keracunan MBG
Pipit Puspita Ahdiani, anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat dari Fraksi Golkar, merasakan betul dampak dari keracunan MBG yang menimpa anaknya. Anaknya yang merupakan siswa kelas 8 di SMPN 1 Cisarua, menjadi salah satu dari ratusan korban keracunan makanan tersebut. Pipit menceritakan kronologi kejadian, dimulai dari anaknya yang sehat-sehat saja saat berangkat sekolah hingga tiba-tiba mengalami gejala keracunan pada sore harinya. Kepanikan jelas terlihat dari raut wajahnya saat ditemui di Posko SMPN 1 Cisarua. Ia langsung membawa anaknya ke RSUD Lembang untuk mendapatkan penanganan medis. Saat ini, anaknya masih dalam tahap observasi di rumah sakit. Kejadian ini menjadi tamparan keras bagi program MBG, terutama terkait pengawasan dan kualitas makanan yang diberikan kepada siswa.
Kronologi dan Gejala Keracunan yang Dialami
Menurut penuturan Pipit, anaknya mulai merasakan gejala keracunan sekitar pukul 4 sore. Gejala awal yang dirasakan adalah lemas dan pusing. Karena khawatir, Pipit langsung membawa anaknya kembali ke sekolah dan selanjutnya dirujuk ke RSUD Lembang. Gejala yang dialami anaknya, menurut Pipit, mirip dengan gejala yang dialami siswa lainnya. Ia mengungkapkan bahwa anaknya hanya memakan ayam dari menu MBG yang disediakan hari itu. Padahal, biasanya anaknya tidak pernah menyentuh makanan tersebut. Namun, pada hari nahas itu, anaknya mencoba makan ayamnya saja. Setelah memakan ayam tersebut, barulah muncul gejala-gejala keracunan. Gejala yang dialami antara lain:
- Lemas
- Pusing
- Sakit perut
Evaluasi Program Makanan Bergizi Gratis (MBG)
Sebagai orang tua dan anggota DPRD, Pipit menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG. Ia mendukung penuh program ini karena dinilai baik untuk meningkatkan gizi anak-anak. Namun, kejadian keracunan ini menjadi bukti nyata bahwa pemerintah perlu lebih memperhatikan aspek kesehatan dan kualitas makanan yang disajikan. Apalagi, satu dapur bisa melayani hingga 3.000 porsi. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kualitas dan keamanan makanan. Pipit juga menyoroti perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap proses pengolahan dan pendistribusian makanan. Ia berharap kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, termasuk DPRD, agar program MBG dapat berjalan lebih aman dan berkualitas di masa mendatang. Karena program ini merupakan kebijakan langsung dari Presiden, pihaknya akan terus mengawal agar pelaksanaannya di lapangan lebih aman dan berkualitas.
Tindak Lanjut dan Penanganan Korban Keracunan
Pasca kejadian keracunan, pihak sekolah dan dinas kesehatan setempat telah melakukan berbagai upaya penanganan. Posko kesehatan didirikan di SMPN 1 Cisarua untuk memberikan pertolongan pertama bagi siswa yang mengalami gejala keracunan. Sebagian besar siswa yang mengalami gejala ringan sudah diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan. Namun, beberapa siswa yang mengalami gejala lebih berat masih harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Pemerintah daerah juga telah membentuk tim investigasi untuk mencari tahu penyebab pasti keracunan. Sampel makanan MBG telah diambil untuk diuji di laboratorium. Diharapkan, hasil investigasi dapat segera diumumkan agar masyarakat mengetahui penyebab keracunan dan langkah-langkah pencegahan dapat segera dilakukan. Pemerintah daerah juga berjanji akan memberikan perhatian khusus kepada para korban keracunan dan memastikan mereka mendapatkan perawatan yang terbaik.